Share

Rahasia Zaskia

Penulis: BalqizAzzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 12:27:30

🔥🔥🔥

Pabrik Jaya Mulya.

Gerald baru saja selesai mengecek stok barang di gudang. Pria itu langsung pergi ke ruangan Bosnya untuk melaporkan hasil pengecekannya. Bulan ini jumlah pesanan pabrik mereka lebih banyak dari bulan bulan sebelumnya, sudah bisa dipastikan omset pada bulan ini ikut juga naik.

Anjasmara tersenyum senang, dia membayangkan wajah bahagia Joshua saat melihat hasil kerja kerasnya dan para staff. Pria itu selalu mengharapkan ada kemajuan setiap bulan di pabrik yang Anjas pegang, walaupun hanya beberapa persen saja.

"Pak, kemarin anak saya liburan di Bali bersama dengan teman-temannya. Katanya dia bertemu dengan Pak Kevin, dia sedang bersama seorang wanita yang sedang hamil tua. Siapa wanita itu ya Pak? Bukankah dia baru saja menikah dengan tunangannya?" Gerald mulai menelisik karena rasa penasarannya cukup tinggi.

Sebenarnya, pria matang itu tahu desas desus pernikahan Kevin dengan Zaskia batal, lalu Zaskia dinikahkan dengan Anjasmara. Gerald hanya ingin kepastian dari Anjas saja kalau berita yang dia dengar adalah benar.

Bukan rahasia umum kalau hubungan Anjas dan Kakak Angkatnya tidak baik. Semua orang di jagad raya ini tau, mereka sering memperebutkan sesuatu. Kecuali soal wanita. Karena Anjas selalu dingin pada lawan jenis dan tak pernah terlihat sedang menggandeng seorang wanita. Tapi tiba-tiba saja dia menikah dengan Zaskia, Gerald merasa ada yang aneh.

"Wanita itu kekasih gelap Kevin. Biarkan saja mereka hidup bahagia dan damai disana. Syukur-syukur mereka tidak kembali ke kota ini lagi,"

"Kekasih gelap? Lalu nasib calon istri Pak Kevin bagaimana Pak?"

"Aku sudah menikahinya,"

"Apa?"

"Jangan pura-pura terkejut, tidak lucu! Semua orang sudah tau soal itu, masa kamu belum tau? Lebih baik sekarang kamu pergi ke area produksi, awasi kinerja pegawai baru kita disana,"

"Oke. Siap Pak!"

Gerald adalah orang kepercayaan Anjas di kantor, dia tak keberatan membagi apapun dengannya termasuk tentang hal pribadi. Pria tua berumur 45 tahun itu punya pemikiran bijak, terkadang suka memberi nasihat yang bermanfaat untuk hidup Anjas yang penuh dengan drama.

"Untung saja aku bisa memancing jalang itu untuk datang ke acara pernikahan dan menggagalkan pernikahan Kevin dengan Zaskia. Kalau tidak, hidup Zaskia akan hancur berantakan seperti kaca yang terkena timpukan batu," gumam Anjasmara.

*

Tidak ada sambutan saat suami pulang kerja, Zaskia sibuk dengan laptop dan isi pikirannya sendiri. Anjasmara meletakan tas nya, dia melepas pakaian dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Akan sangat menyenangkan jika Anjas disambut dengan senyum manis Zaskia, secangkir minuman hangat dan kudapan lezat ketika pulang kerja. Rasa lelah dan pusing setelah seharian bekerja akan hilang seketika. Sayangnya, Anjas tidak mendapatkan pelayanan super itu dari Zaskia. Bahkan melirik kearahnya pun tidak.

Anjas keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap, setelan kolor berwarna hijau dan kaos oblong tanpa lengan. Aroma sabun tercium semerbak, mengusik konsentrasi Zaskia dalam menuangkan ide dan gagasannya di laptop.

"Mau langsung makan atau mau minum teh dan ngemil dulu?" Zaskia mencopot kacamata besar yang dikenakannya.

"Ternyata kamu melihatku pulang, aku pikir kamu tidak melihatnya,"

"Tentu saja aku melihatnya, aku tidak rabun!"

"Tapi kamu tadi tidak melirik kearahku,"

"Aku sedang tanggung tadi,"

"Sudah selesai mengemasi barangmu?"

"Sudah,"

"Bagus. Sekarang tolong bawakan aku secangkir teh manis hangat dan satu toples cookies." Anjas merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur.

Zakia pergi ke dapur, Anjas yang penasaran dengan tema dan genre novel yang sedang Zaskia garap diam diam membaca tulisan yang ada di laptop. Mata Anjas mendelik, dia tak menyangka jika Zaskia tengah membuat adegan panas dalam ceritanya. Saking panasnya, tubuh Anjas sampai merinding dan mengeluarkan keringat dingin.

"Dia bahkan belum pernah melakukan begituan. Bagaimana bisa dia tau semua jurus dan posisi bercinta? Ternyata dia tak sepolos yang aku bayangkan," lirih Anjasmara.

"Anjas, sedang apa kamu?" Zaskia panik.

"Membaca tulisanmu,"

Zaskia mendelik. Dia meletakan nampan yang dibawanya ke atas meja lalu menutup laptop miliknya. Wajahnya bersemu merah, dia malu gambaran cerita adegan panasnya dibaca oleh sang suami. Entah apa yang sedang ada didalam pikiran Anjas tentang Zaskia saat ini, yang jelas Zaskia takut Anjas berpikir jelek tentangnya.

"Aku baru tau kalau kamu penulis novel dewasa,"

"Kenapa memangnya? Ada yang salah dengan genre novel itu? Kalau kamu tidak suka jangan dibaca!"

"Emh... Aku suka, makannya aku baca tadi. Ngomong-ngomong, akan sangat menyenangkan jika adegan dalam ceritamu itu di praktekan. Mau mencobanya denganku?"

"Idih, ogah!" Zaskia memonyongkan bibirnya.

"Jangan langsung menolak dong, coba saja dulu. Dijamin kamu akan ketagihan,"

"Anjas, beraninya kamu menggodaku seperti itu. Terima ini..." Zaskia mengambil bantal guling dan memukulkannya kepada Anjas.

Anjas berlari menghindari kejaran Zaskia, keduanya seperti kucing dan tikus yang sedang bermain di dalam kamar. Pemandangan lucu itu terlihat oleh Ningrum, tak pelak wanita paruh baya itu tertawa keras.

Sadar ada yang sedang memperhatikan, Zaskia dan Anjas menghentikan kelakuan konyol mereka.

"Eh, Ibu. Ada apa Bu?" tanya Zaskia kikuk.

"Ibu dan Bapak mau keluar sebentar, kalian berdua jaga rumah ya," sahut Ningrum.

"Pergi kemana Bu?"

"Arisan teman pensiunan Bapakmu,"

"Oh, iya Bu. Hati-hati dijalan."

Ningrum beranjak pergi, Zaskia dan Anjas saling melempar pandangan mata. Zaskia melotot pada Anjas, dia kesal karena pria itu telah berani mengeluarkan kata kata ngeres untuk menggodanya. Tidak salah sih, karena Zaskia adalah istrinya. Tapi Zaskia merasa mereka berdua belum layak untuk membahas hal-hal intim bersama.

"Lain kali jangan merayuku dengan kata-kata seperti itu lagi!" Oceh Zaskia.

"Aku tidak bisa janji,"

"Kenapa begitu?"

"Karena aku.... Aku suka melihatmu emosi dan marah-marah seperti tadi. Ha.... Ha.... Ha...." Anjas menikmati secangkir teh nya. Dia tidak memperdulikan Zaskia sedang ngedumel panjang pendek.

Bersambung....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 49

    Sinar matahari siang menyorot cerah ke lapangan sekolah. Jam istirahat baru saja dimulai, dan para siswa berhamburan keluar dari kelas, mencari hiburan dan angin segar. Beberapa berkumpul di kantin, sebagian lagi duduk di bawah pohon rindang. Tapi perhatian sebagian besar siswa hari itu tertuju ke lapangan basket.Ray berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangan. Seragam olahraganya basah oleh keringat, tapi senyumnya justru semakin lebar. Di depannya, Dedi berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya sedikit memburu. Mereka baru saja menyelesaikan ronde pertama permainan satu lawan satu.“Lanjut, atau mau menyerah?” Ray memutar bola di ujung jarinya, matanya menantang.Dedi mendengus. “Jangan mimpi. Aku belum selesai.”Kerumunan siswi di pinggir lapangan bersorak saat Ray melesakkan bola ke dalam ring dengan gerakan lay-up yang mulus. Gerakannya lincah, cepat, dan penuh percaya diri. Setiap lemparan selalu tepat sasaran, membuat banyak gadis berdecak kagum.“Gila, Ray jago

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 48

    Anjas berdiri diam di balkon rumahnya, memandangi langit senja yang merona jingga. Angin sore berembus pelan, menerpa wajahnya yang terlihat letih. Di tangannya tergenggam cangkir kosong, sisa kopi yang tadi dia teguk perlahan.Pikirannya tidak berada di sana. Ia melayang jauh ke masa lalu, ke sebuah masa yang sudah dia kubur dalam-dalam tapi tiba-tiba mencuat kembali. Ingatannya tentang seorang gadis di bangku SMA—mantan kekasihnya—menyeruak tanpa diundang.Gadis itu begitu menyayanginya. Tapi Anjas, dalam kebodohannya yang remaja, hanya memanfaatkannya. Ia pura-pura mencintai hanya demi membuat Zaskia, gadis yang benar-benar ia sukai saat itu, merasa cemburu. Cinta yang dipaksakan, tak pernah tumbuh meski dia mencoba. Sampai akhirnya Anjas memutuskan hubungan itu secara sepihak—dingin, tanpa penjelasan, tanpa permintaan maaf."Aku tidak bisa terus berpura-pura," ucapnya saat itu, tanpa tahu betapa hancurnya hati gadis itu.Karma memang tidak pernah lupa alamat, pikir Anjas getir. Ki

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 47

    Lily duduk di sofa dengan wajah masam, tangannya sibuk membolak-balik amplop berisi uang yang baru saja diberikan Kevin. Jumlahnya jauh lebih sedikit dari biasanya. Dadanya berdesir panas. Dengan ekspresi tak percaya, ia menoleh ke arah suaminya yang duduk di kursi sebelah, tampak tenang seperti tak terjadi apa-apa. “Apa ini?” suara Lily meninggi, matanya menatap Kevin dengan tajam. Kevin tetap tenang. Ia merapikan lengan bajunya sebelum menjawab, “Uang bulanan.” “Ini tidak cukup! Biasanya kamu kasih lebih banyak, kenapa tiba-tiba dikurangi?” Lily mencibir, matanya berkilat marah. Kevin menarik napas panjang, lalu bersandar ke sofa. “Aku cuma menyesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya. Selama ini kamu terlalu boros, Lily.” Lily mendengus sinis. “Boros? Aku cuma belanja, kumpul sama teman-teman, itu wajar buat seorang istri! Aku tidak mungkin diam di rumah terus kayak ibu rumah tangga kuno.” Kevin mengangkat satu alis. “Ibu rumah tangga kuno? Maksudmu yang mengurus suami

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 46

    Pukul 07.00 pagi, suara deru sepeda motor terdengar di halaman depan rumah Ray. Dua sosok turun membuka helem mereka—Tata dengan wajah ceria dan Prilan yang tak kalah semangat. Mereka disambut Anjas, ayah Ray, yang baru saja selesai menyiram tanaman di halaman."Ray masih di dalam, tunggu sebentar ya," kata Anjas sambil tersenyum ramah. "Kalian duluan saja masuk ke mobil Om, motor biar tinggal di sini.""Oke, Om." sahut Tata.Tak lama, Ray keluar dengan kaus putih dan celana pendek. Rambutnya masih sedikit basah, menunjukkan ia baru selesai mandi. Ia tersenyum kecil, tetapi matanya langsung tertuju pada Tata dan Prilan yang tampak sangat akrab."Ayo berangkat sebelum panas," kata Tata riang.Perjalanan ke pantai hanya memakan waktu satu jam. Ray yang menyetir, Anjas duduk di depan menemaninya, sementara Tata dan Prilan duduk di bangku belakang. Tawa Tata dan Prilan memenuhi kabin mobil. Mereka membicarakan hal-hal konyol—tentang masa sekolah, meme lucu, dan rencana Tata yang ingin men

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 45

    Taksi berhenti perlahan di depan sebuah rumah besar berlantai dua. Begitu pintunya dibuka, Prilan melongo, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya menyapu seluruh bagian bangunan megah itu. Pilar-pilar tinggi menjulang dengan ornamen klasik menghiasi bagian atasnya. Dindingnya berwarna putih gading dengan jendela besar dan balkon yang dihiasi tanaman gantung. Rumah itu tak ubahnya seperti istana kerajaan Eropa yang sering ia lihat di film."Astaga… ini rumah Ray?" gumam Prilan pelan sambil menoleh ke Tata yang berdiri di sampingnya.Tata mengangguk mantap. "Iya. Ini rumah yang benar kok. Aku udah cek GPS dan nomornya pas."Prilan menelan ludah. Ia memang tahu Ray anak orang kaya, tapi ia tak pernah menyangka sekaya ini. Ia pikir, paling banter rumah besar biasa di komplek elit. Tapi ini… ini terlalu megah."Ini kita tidak salah rumah, kan?" tanya Prilan sekali lagi, ragu. Matanya terus menatap gerbang besi hitam yang menjulang tinggi dengan ukiran mewah.Tata tersenyum

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 44

    Suasana sekolah siang itu cukup tenang, hingga suara panggilan dari pengeras suara menggema di seluruh sudut bangunan tua SMA Merdeka."Prilan Amelia, harap segera ke ruang kepala sekolah." ujar salah seorang guru berkacamata kuda. Wajahnya nampak serius tapi menyiratkan rasa iba.Langkah Prilan terasa berat saat menuju kantor. Perutnya mual karena cemas. Ini bukan kali pertama ia dipanggil karena hal yang sama—tunggakan SPP yang belum juga terbayar.Begitu sampai, ia melihat Pak Hendra, kepala sekolah, duduk dengan wajah masam di balik meja kayunya bercat coklat."Silakan duduk, Prilan," ucapnya datar.Gadis itu menunduk dan duduk dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang, dia sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh guru galak itu. Tapi Prilan berusaha bersikap santai dan tenang, meskipun aslinya sangat kacau."Ini sudah bulan keempat kamu belum bayar SPP. Buku paket juga belum lunas, uang kegiatan belum ada, bahkan seragam olahraga belum kamu belum dibayar."Prilan menunduk le

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status