Share

Tempat Tinggal Baru

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2025-06-10 12:28:40

🔥🔥🔥

Pagi hari, Zaskia dan Anjas pamit pergi kepada orangtua Zaskia. Usai bersalaman dan saling berpelukan, keduanya masuk ke dalam mobil mewah milik Anjas. Meski Ayah dan Ibunya tidak menangis, Zaskia tau kalau saat ini mereka sedang bersedih.

Mobil berjalan meninggalkan rumah Zaskia, semakin lama semakin menjauh hingga akhirnya bayangan rumah itu hilang ditelan lekukan jalan. Zaskia menjauh dari kaca jendela mobil, dia menyeka beberapa tetes air mata yang jatuh membasahi pipinya.

"Berhenti menangis. Kamu bisa mengunjungi mereka kapanpun kamu mau, aku tidak akan melarang dan mengekang mu,"

"Janji?"

"Iya, aku janji."

Anjas meletakan telapak tangannya diatas kepala Zaskia lalu mengusapnya beberapa kali. Untuk sesaat Zaskia tertegun mendapat perlakuan manis dari suaminya, ada yang aneh dari sikap Anjas padanya. Apa pria itu diam-diam telah menyukainya?

Zaskia menggelengkan kepalanya, dia mencoba mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba hinggap di kepalanya. Anjas menyukainya? Tidak mungkin. Pria kaku dan galak seperti Anjas tidak akan tertarik pada wanita apa lagi jatuh cinta.

Zaskia mencoba menghitung jumlah kendaraan yang berhasil disalip oleh Anjas. Satu, dua, tiga. Lama-lama matanya diserang rasa kantuk, Zaskia pun terpejam dan terbang kedalam mimpi indah.

Beberapa jam berlalu, terasa sebuah tangan mencubit pipi Zaskia pelan. Zaskia membuka mata, dia memperhatikan keadaan sekitarnya.

"Apa sudah sampai?"

"Sudah, ayo kita turun,"

Zaskia turun dari mobil, disusul dengan Anjas. Pria bertubuh tinggi besar itu mengambil koper milik Zaskia dan menyeretnya ke arah rumah baru mereka. Sebuah rumah berukuran besar dengan gaya arsitektur khas eropa.

"Ini bukan rumah, ini lebih mirip dengan istana tempat raja-raja mengurung hamba sahayanya," seloroh Zaskia asal.

"Kalau begitu, aku adalah raja dan kamu hamba sahayanya,"

"Aku? Oh... No. Kecuali kamu mau memberikan seluruh harta kekayaanmu padaku tanpa syarat, aku baru mau menjadi hamba sahaya mu,"

'Jangankan harta, hidupku pun jika kamu mau aku akan memberikannya Zaskia.' batin Anjasmara.

Anjas memasang sangat mencintai Zaskia, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Terlebih, wanita itu sangat galak dan bermulut pedas. Entah apa yang akan terjadi pada Anjas jika Zaskia tahu Anjas menyukainya.

Seorang wanita paruh baya keluar menyambut kedatangan Anjas dan Istrinya. Dia adalah Bi sumi ART yang telah bekerja lama pada Ayah Johan. Anjas meminta Bi Sumi bekerja di rumahnya karena merasa wanita itu bisa melayani dan mengawasi Zaskia dengan baik.

"Selamat siang, selamat datang Pak, Bu," ucap Bi Sumi ramah. Wajahnya yang ceria dan murah senyum mengundang perhatian Zaskia. Sudah berumur, tapi masih memiliki semangat untuk bekerja dengan keras. Mengurus rumah sebesar itu sendiri bukanlah perkara yang mudah.

"Siang Bi. Kamar utama sudah siap?"

"Sudah Pak,"

"Kalau kamar tamu bagaimana Bi," sambung Zaskia.

"Kamar tamu? Memangnya mau ada tamu yang datang menginap dirumah kita Bu?" Bi Sumi memasang wajah bingung.

"Untuk apa menyiapkan kamar tamu? Kita akan tinggal satu kamar disini, sama seperti waktu kita tinggal dirumah Ayah dan Ibu!" Tegas Anjas. Dia terlihat kesal, padahal Zaskia hanya bertanya soal kamar saja.

Memang benar Zaskia ingin tinggal beda kamar dengan Anjasmara, sampai detik ini Zaskia belum bisa menerima kehadiran Anjas dalam hidupnya, tinggal satu kamar membuatnya merasa canggung.

"Begitu saja marah," Zaskia menggerutu pendek.

"Ikut aku!" Perintah Anjas. Zaskia mengikuti kemana langkah kaki suaminya pergi.

Klak...

Pintu sebuah kamar terbuka, Zaskia terperangah saat melihat isinya. Begitu mewah, rapih, dan dipenuhi oleh barang barang berharga mahal.

Ada tiga hal yang menjadi fokus seorang Zaskia di kamar itu. Pertama, ukuran ranjangnya begitu besar. Kedua, ada cermin besar berdiri di sisi ranjang. Dan ketiga, ada sofa melengkung yang biasanya dipakai oleh pasangan untuk bercinta.

Tiga benda itu berbau mesum, atau pikiran Zaskia saja yang mesum? Apa Anjas menyiapkan semua itu untuk bertempur dengannya? Barangnya terlihat mengkilat, jelas sekali Anjas baru saja membelinya.

"Ada apa? Kenapa melamun?" Anjas menatap Zaskia sambil berkerut dahi.

Fokus Zaskia pindah kepada bibir tipis nan ranum milik Anjas, lalu turun kearah leher, dada dan... Zaskia melarikan diri menuju kearah kamar mandi. Dia perlu mencuci wajahnya dengan air dingin agar pikiran kotornya bisa segera hilang.

"Gadis yang aneh!" umpat Anjasmara.

*

Jam makan malam tiba. Bi Sumi telah menyiapkan aneka hidangan di atas meja makan. Meski makanan itu terlihat enak, Zaskia sama sekali tidak bernafsu untuk menyantapnya.

"Em.... Anjas. Apa kamu sendiri yang telah membeli perabotan untuk mengisi rumah ini?"

"Iya, aku membelinya secara online. Kenapa memangnya? Ada barang yang tidak kamu suka?"

"Ah, bukan. Anu, apa kaca, ranjang dan sofa keramat itu kamu juga yang membelinya?"

"Iya."

Bulu kuduk Zaskia berdiri, dia merinding mendengar pengakuan dari suaminya. Terlebih tiba-tiba Anjas menatapnya dengan tatapan intens seolah Zaskia adalah mangsa yang siap untuk diterkam.

"Kita tidak perlu kaca besar dan sofa itu,"

"Kata siapa tidak perlu? Bukankah kamu seorang penulis? Kamu pasti punya daya imajinasi tinggi dalam hal berbau itu,"

"Maksudnya?"

"Aku ingin mengajakmu mempraktekannya,"

"Apa? Aku tidak mau!"

"Kita lihat saja nanti, apa kamu masih bisa menolak ku." ucap Anjas dengan nada penuh percaya diri.

Trak...

Suara sendok terjatuh, Bi Sumi kaget mendengar percakapan pengantin baru yang begitu horor didengar. Wanita tua itu tersenyum malu, dia memutuskan untuk pergi dari ruang makan meninggalkan Zaskia dan Anjas berdua saja.

"Berhenti membahas hal seperti itu di depan orang lain!" Omel Zaskia.

"Kamu yang memulainya duluan tadi, aku hanya melanjutkannya saja."

"Dengarkan ini baik baik Anjas. Aku tidak mau melakukan hubungan badan tanpa didasarkan perasaan cinta," tegas Zaskia. Dia mengatakan dengan sungguh sungguh dan serius.

"Tapi aku mencintaimu Zaskia," celetuk Anjas.

"Hah? Kamu bilang apa tadi?" Zaskia mendelik tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 53

    Suasana kelas siang itu terasa berbeda bagi Ray. Sejak beberapa minggu terakhir, Prilan berubah drastis. Gadis itu, yang biasanya cerewet dan selalu mencari perhatian Ray, kini seolah menarik diri. Tak ada lagi pesan singkat penuh emotikon lucu. Tak ada lagi komentar-komentar manja di setiap unggahan Ray di media sosial.Bahkan, di kelas pun Prilan bersikap dingin. Jika dulu dia selalu duduk di bangku dekat Ray hanya untuk bisa melihat wajahnya lebih jelas, kini gadis itu memilih duduk di deretan paling belakang, menunduk, fokus pada buku-bukunya, seolah Ray tak pernah ada.Awalnya, Ray mengira ini hanya fase sesaat. Tapi semakin lama, semakin terasa bahwa Prilan benar-benar menjauhinya. Ada sesuatu yang hilang dari hari-harinya.“Bro, lo kenapa dari tadi murung?” tanya salah satu teman Ray, menepuk bahunya.Ray hanya menghela napas, matanya tak lepas dari punggung Prilan yang sedang membereskan buku di mejanya. “Gue nggak ngerti, kenapa dia tiba-tiba gini,” gumamnya lirih.Temannya m

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 52

    Sudah seminggu Ray tidak pernah lagi mengganggu Prilan. Tidak ada godaan saat melewati lorong kelas, tidak ada panggilan iseng di kantin, bahkan senyum menyebalkannya pun tak terlihat lagi.Sebaliknya, Ray kini lebih sering terlihat di lapangan basket, dikelilingi para siswi yang tertawa-tawa melihat aksinya menggiring bola. Wajahnya yang tampan dan postur tingginya seperti magnet bagi para gadis. Tapi tidak bagi Prilan.Setidaknya, itu yang ingin dia yakini.Dari balik jendela kelas, Prilan memperhatikan Ray yang sedang tertawa bersama teman-teman basketnya. Keringat membasahi pelipisnya, tapi senyum itu—senyum yang dulu sering ditujukan padanya—kini tampak bebas, liar, dan milik semua orang kecuali dirinya.Entah kenapa, dadanya terasa sesak.“Huh, sok ganteng,” gumam Prilan pelan, sambil memalingkan wajah dari jendela.Namun, suara langkah kaki yang cepat membuatnya menoleh kembali. Seorang gadis berambut ikal sebahu, mengenakan rok abu dan jaket sekolah, berlari kecil ke arah Ray.

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 51

    Langit sore menggelap perlahan, menyisakan bias jingga yang muram di jendela kamar Ray. Ia duduk termenung di tepian ranjang, menatap lantai tanpa benar-benar melihat apa pun. Napasnya berat. Di tangannya, ponsel menyala redup dengan pesan terakhir dari Prilan yang hanya dibacanya tanpa balasan.Harusnya Ray tak tersinggung saat gadis itu menolaknya. Sejak awal, cara Ray mendekati gadis itu memang sudah salah.Anjas memperhatikannya dari ambang pintu. Ia tak butuh waktu lama untuk tahu ada yang tidak beres. Langkahnya ringan, tapi terdengar jelas di lantai kayu yang bergemeretak pelan. Ia menghampiri putranya dan duduk di sebelahnya tanpa banyak bicara."Ray," panggilnya lembut.Ray tak menoleh. Dia hanya menunduk lebih dalam, bahunya terangkat seolah sedang menahan sesuatu. Anjas menghela napas, lalu bertanya pelan, "Ada apa, Nak?"Butuh beberapa detik sebelum Ray menjawab, suaranya serak dan pelan, nyaris seperti bisikan. "Aku ditolak... sama Prilan."Anjas mendengus kecil. Lalu, ta

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 50

    Ray membuka pintu rumah dengan langkah gontai, masih mengenakan seragam SMA-nya yang sedikit kusut karena seharian duduk di kelas dan... patah hati. Matanya kosong menatap ke depan, wajahnya lesu seperti baru saja kalah dalam pertandingan penting. Padahal biasanya, pulang sekolah dia selalu bersemangat, langsung menceritakan kegiatannya pada sang ibu.Zaskia yang sedang duduk di ruang tamu langsung bangkit begitu melihat putranya masuk."Ray, kamu pulang, Nak. Ganti baju dulu, ya. Mamih udah siapin makan siang kesukaanmu, ayam goreng kremes dan sambal terasi," ucapnya dengan senyum lembut, berusaha menyambut Ray dengan hangat seperti biasa.Ray hanya mengangguk pelan tanpa suara. Ia melewati ibunya begitu saja, menuju kamarnya. Zaskia mengerutkan dahi. Ada yang tidak beres.Beberapa menit kemudian, Ray kembali ke ruang makan dengan kaus oblong dan celana pendek. Mereka duduk berhadapan, menyantap makan siang dalam keheningan. Zaskia sesekali melirik anaknya, mencari celah untuk memula

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 49

    Sinar matahari siang menyorot cerah ke lapangan sekolah. Jam istirahat baru saja dimulai, dan para siswa berhamburan keluar dari kelas, mencari hiburan dan angin segar. Beberapa berkumpul di kantin, sebagian lagi duduk di bawah pohon rindang. Tapi perhatian sebagian besar siswa hari itu tertuju ke lapangan basket.Ray berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangan. Seragam olahraganya basah oleh keringat, tapi senyumnya justru semakin lebar. Di depannya, Dedi berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya sedikit memburu. Mereka baru saja menyelesaikan ronde pertama permainan satu lawan satu.“Lanjut, atau mau menyerah?” Ray memutar bola di ujung jarinya, matanya menantang.Dedi mendengus. “Jangan mimpi. Aku belum selesai.”Kerumunan siswi di pinggir lapangan bersorak saat Ray melesakkan bola ke dalam ring dengan gerakan lay-up yang mulus. Gerakannya lincah, cepat, dan penuh percaya diri. Setiap lemparan selalu tepat sasaran, membuat banyak gadis berdecak kagum.“Gila, Ray jago

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 48

    Anjas berdiri diam di balkon rumahnya, memandangi langit senja yang merona jingga. Angin sore berembus pelan, menerpa wajahnya yang terlihat letih. Di tangannya tergenggam cangkir kosong, sisa kopi yang tadi dia teguk perlahan.Pikirannya tidak berada di sana. Ia melayang jauh ke masa lalu, ke sebuah masa yang sudah dia kubur dalam-dalam tapi tiba-tiba mencuat kembali. Ingatannya tentang seorang gadis di bangku SMA—mantan kekasihnya—menyeruak tanpa diundang.Gadis itu begitu menyayanginya. Tapi Anjas, dalam kebodohannya yang remaja, hanya memanfaatkannya. Ia pura-pura mencintai hanya demi membuat Zaskia, gadis yang benar-benar ia sukai saat itu, merasa cemburu. Cinta yang dipaksakan, tak pernah tumbuh meski dia mencoba. Sampai akhirnya Anjas memutuskan hubungan itu secara sepihak—dingin, tanpa penjelasan, tanpa permintaan maaf."Aku tidak bisa terus berpura-pura," ucapnya saat itu, tanpa tahu betapa hancurnya hati gadis itu.Karma memang tidak pernah lupa alamat, pikir Anjas getir. Ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status