Share

Rencana Pindah Rumah

Author: BalqizAzzahra
last update Huling Na-update: 2025-06-10 12:21:49

🔥🔥🔥

Libur tiga hari sudah cukup bagi Anjasmara. Sudah waktunya baginya untuk kembali aktif bekerja dan mengontrol pabrik garmen miliknya. Sebenarnya, pabrik itu milik Johan, tapi dia sudah mewariskannya kepada Anjasmara.

Anjas selalu bekerja dengan giat. Dia berusaha membuat pabrik garmen yang dikelolanya semakin maju setiap hari dan membuat ayah Johan bangga padanya. Hal itu akhirnya bisa terwujud, semua berkat kerja keras Anjas dan dukungan penuh dari Johan.

Pagi itu, Anjas terlihat tampan dalam balutan kemeja dan jas berwarna senada. Ningrum sampai pangling ketika melihat menantunya keluar dari kamar. Tak hanya Ningrum, Zaskia juga dibuat linglung oleh Anjas.

"Dia lebih keren dari mantanmu yang berandalan itu, kan?" Ningrum menyenggol bahu putrinya.

"Bu, jangan bandingkan dia dengan siapa pun, termasuk Kevin!" bisik Zaskia.

"Kenapa memangnya? Kamu masih belum bisa move on dari Kevin, begitu? Tidak terima Ibu menjelek-jelekkan dia?" tuduh Ningrum terus terang.

"Ini masih pagi, Bu. Berhenti membuat keributan!" omel Zaskia.

Zaskia merasa kesal menerima tekanan dari ibunya karena yang dikatakan ibunya itu benar. Zaskia belum bisa move on dari Kevin. Meski hanya singgah sebentar, kenangan manis yang ditinggalkan Kevin lumayan berbekas di hati Zaskia.

Anjas menghampiri Zaskia. Dia mengulurkan tangan kanannya. Zaskia melongo beberapa detik karena bingung, tapi Anjas memberi kode agar Zaskia menyambut tangannya dan menciumnya seperti saat menikah kemarin.

Ibu Zaskia juga selalu melakukan itu pada suaminya sebelum berangkat ke tempat kerja. Anjas menuntut Zaskia melakukan hal yang sama.

"Kenapa melamun? Itu loh, suamimu pamit mau berangkat kerja," Ningrum mendorong Zaskia pelan. Atas desakan sang ibu, Zaskia akhirnya mau menyalami dan mencium tangan Anjas.

"Bu, Anjas berangkat kerja dulu ya," pamit Anjas pada Ningrum.

"Ya, hati-hati di jalan!" balas Ningrum.

"Kia, kemasi barangmu. Besok kita akan pindah ke rumah baru," perintah Anjas pada Zaskia tiba-tiba.

"Rumah baru?" Zaskia melotot. Dia syok karena sebelumnya Anjas tidak mengatakan apa-apa.

"Iya, rumah baru. Aku baru membelinya. Orangku sedang membersihkannya sekarang."

"Tidak mau! Aku mau tinggal di sini saja dengan Ayah dan Ibu," Zaskia berusaha menolak secara halus.

"Zaskia, apa-apaan kamu! Kamu sudah menikah. Ke mana pun Anjas pergi, kamu harus ikut bersamanya. Harusnya kamu senang, loh. Baru menikah tiga hari sudah dibelikan rumah baru oleh suamimu," sambung Ningrum.

"Tapi, Bu, kalau Zaskia ikut Anjas, nanti Ibu sama Ayah hanya tinggal berdua saja dong, Bu."

"Jangan pikirkan Ayah dan Ibu. Pikirkan saja keluarga barumu. Pikirkan juga bagaimana caranya agar keluarga kecilmu bisa bahagia, guyub, dan rukun sampai tua." Ningrum memberi petuah bijak pada putrinya.

"Terima kasih ya, Bu. Ibu sudah mau mengerti Anjas. Tempatku mencari nafkah lumayan jauh dari rumah Ibu. Kalau harus mondar-mandir setiap hari, Anjas pasti capek, Bu. Kalau aku jarang pulang ke sini, nanti aku dikira Bang Toyib sama tetangga," ucap Anjas dengan nada bercanda.

"Kamu tenang saja, Nak. Ibu dan Ayah mertuamu akan selalu ada untuk mendukungmu," janji Ningrum pada menantu kesayangannya.

*

Dua puluh empat tahun hidup di dunia ini, tak pernah sekalipun Zaskia hidup terpisah dari kedua orang tuanya. Bagaimana bisa dia pindah rumah dan tinggal bersama orang asing? Maksudnya, bersama pria yang dia nikahi karena terpaksa. Apa hidupnya ke depan akan baik-baik saja?

Rasa bimbang dan ragu bercampur menjadi satu. Tapi tidak ada yang bisa Zaskia lakukan saat ini selain mematuhi perintah sang suami. Kabur dari rumah dan melarikan diri? Percuma. Anjas dan ayah angkatnya memiliki ratusan orang kepercayaan yang siap siaga menangkapnya jika itu sampai terjadi.

Pakaian, beberapa tas, dan sepatu kesayangan telah masuk ke dalam koper. Juga sebuah album foto kenangan berisi foto-foto Zaskia dan orang tuanya mulai dari Zaskia baru lahir hingga beranjak dewasa. Zaskia akan rindu rumah ini, juga kenangan indah yang ada di dalamnya.

Hendri masuk ke dalam kamar Zaskia. Dia membawa sebuah kotak kecil berwarna putih bertuliskan P3K. Isinya bisa ditebak, berbagai jenis obat-obatan dari yang herbal hingga kimia.

"Bawa ini, jangan sampai ketinggalan," ucap Hendri. Pria itu sedikit khawatir melepas Zaskia pergi. Anak gadisnya mudah sakit dan ceroboh dalam urusan kesehatan.

"Kurangi minum kopi. Jangan terlalu banyak makan santan, berminyak, dan manis-manis," lanjut Hendri.

"Ayah, harusnya aku yang berpesan seperti itu pada Ayah," ucap Zaskia dengan nada manja.

Tiba-tiba Hendri menangis. Dia tidak bisa menahan rasa sedih karena akan berpisah dengan putri semata wayangnya. Zaskia hanya akan pindah ke kota sebelah, bukan ke luar negeri, tapi reaksi yang diberikan pensiunan abdi negara itu sangat berlebihan.

Kata orang, cinta pertama anak gadis adalah ayahnya. Dia akan mencari sosok pria yang mirip dengan ayahnya untuk dijadikan pendamping hidup. Mirip dari segi kebaikan hati, perhatian, dan penuh kasih sayang. Apa benar seperti itu?

"Jangan menangis. Aku bisa pulang ke rumah ini kapan pun aku mau untuk menjenguk Ayah dan Ibu." Zaskia memeluk ayahnya erat. Bukannya berhenti menangis, Hendri malah semakin menjadi. Sementara itu, Ningrum hanya bisa mengamati kelakuan manis anak dan ayah itu dari seberang pintu.

"Rasanya baru kemarin aku melahirkan Zaskia. Hari ini dia sudah mau belajar hidup mandiri saja. Waktu begitu cepat berlalu," batin Ningrum.

Bersambung....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 49

    Sinar matahari siang menyorot cerah ke lapangan sekolah. Jam istirahat baru saja dimulai, dan para siswa berhamburan keluar dari kelas, mencari hiburan dan angin segar. Beberapa berkumpul di kantin, sebagian lagi duduk di bawah pohon rindang. Tapi perhatian sebagian besar siswa hari itu tertuju ke lapangan basket.Ray berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangan. Seragam olahraganya basah oleh keringat, tapi senyumnya justru semakin lebar. Di depannya, Dedi berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya sedikit memburu. Mereka baru saja menyelesaikan ronde pertama permainan satu lawan satu.“Lanjut, atau mau menyerah?” Ray memutar bola di ujung jarinya, matanya menantang.Dedi mendengus. “Jangan mimpi. Aku belum selesai.”Kerumunan siswi di pinggir lapangan bersorak saat Ray melesakkan bola ke dalam ring dengan gerakan lay-up yang mulus. Gerakannya lincah, cepat, dan penuh percaya diri. Setiap lemparan selalu tepat sasaran, membuat banyak gadis berdecak kagum.“Gila, Ray jago

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 48

    Anjas berdiri diam di balkon rumahnya, memandangi langit senja yang merona jingga. Angin sore berembus pelan, menerpa wajahnya yang terlihat letih. Di tangannya tergenggam cangkir kosong, sisa kopi yang tadi dia teguk perlahan.Pikirannya tidak berada di sana. Ia melayang jauh ke masa lalu, ke sebuah masa yang sudah dia kubur dalam-dalam tapi tiba-tiba mencuat kembali. Ingatannya tentang seorang gadis di bangku SMA—mantan kekasihnya—menyeruak tanpa diundang.Gadis itu begitu menyayanginya. Tapi Anjas, dalam kebodohannya yang remaja, hanya memanfaatkannya. Ia pura-pura mencintai hanya demi membuat Zaskia, gadis yang benar-benar ia sukai saat itu, merasa cemburu. Cinta yang dipaksakan, tak pernah tumbuh meski dia mencoba. Sampai akhirnya Anjas memutuskan hubungan itu secara sepihak—dingin, tanpa penjelasan, tanpa permintaan maaf."Aku tidak bisa terus berpura-pura," ucapnya saat itu, tanpa tahu betapa hancurnya hati gadis itu.Karma memang tidak pernah lupa alamat, pikir Anjas getir. Ki

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 47

    Lily duduk di sofa dengan wajah masam, tangannya sibuk membolak-balik amplop berisi uang yang baru saja diberikan Kevin. Jumlahnya jauh lebih sedikit dari biasanya. Dadanya berdesir panas. Dengan ekspresi tak percaya, ia menoleh ke arah suaminya yang duduk di kursi sebelah, tampak tenang seperti tak terjadi apa-apa. “Apa ini?” suara Lily meninggi, matanya menatap Kevin dengan tajam. Kevin tetap tenang. Ia merapikan lengan bajunya sebelum menjawab, “Uang bulanan.” “Ini tidak cukup! Biasanya kamu kasih lebih banyak, kenapa tiba-tiba dikurangi?” Lily mencibir, matanya berkilat marah. Kevin menarik napas panjang, lalu bersandar ke sofa. “Aku cuma menyesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya. Selama ini kamu terlalu boros, Lily.” Lily mendengus sinis. “Boros? Aku cuma belanja, kumpul sama teman-teman, itu wajar buat seorang istri! Aku tidak mungkin diam di rumah terus kayak ibu rumah tangga kuno.” Kevin mengangkat satu alis. “Ibu rumah tangga kuno? Maksudmu yang mengurus suami

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 46

    Pukul 07.00 pagi, suara deru sepeda motor terdengar di halaman depan rumah Ray. Dua sosok turun membuka helem mereka—Tata dengan wajah ceria dan Prilan yang tak kalah semangat. Mereka disambut Anjas, ayah Ray, yang baru saja selesai menyiram tanaman di halaman."Ray masih di dalam, tunggu sebentar ya," kata Anjas sambil tersenyum ramah. "Kalian duluan saja masuk ke mobil Om, motor biar tinggal di sini.""Oke, Om." sahut Tata.Tak lama, Ray keluar dengan kaus putih dan celana pendek. Rambutnya masih sedikit basah, menunjukkan ia baru selesai mandi. Ia tersenyum kecil, tetapi matanya langsung tertuju pada Tata dan Prilan yang tampak sangat akrab."Ayo berangkat sebelum panas," kata Tata riang.Perjalanan ke pantai hanya memakan waktu satu jam. Ray yang menyetir, Anjas duduk di depan menemaninya, sementara Tata dan Prilan duduk di bangku belakang. Tawa Tata dan Prilan memenuhi kabin mobil. Mereka membicarakan hal-hal konyol—tentang masa sekolah, meme lucu, dan rencana Tata yang ingin men

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 45

    Taksi berhenti perlahan di depan sebuah rumah besar berlantai dua. Begitu pintunya dibuka, Prilan melongo, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya menyapu seluruh bagian bangunan megah itu. Pilar-pilar tinggi menjulang dengan ornamen klasik menghiasi bagian atasnya. Dindingnya berwarna putih gading dengan jendela besar dan balkon yang dihiasi tanaman gantung. Rumah itu tak ubahnya seperti istana kerajaan Eropa yang sering ia lihat di film."Astaga… ini rumah Ray?" gumam Prilan pelan sambil menoleh ke Tata yang berdiri di sampingnya.Tata mengangguk mantap. "Iya. Ini rumah yang benar kok. Aku udah cek GPS dan nomornya pas."Prilan menelan ludah. Ia memang tahu Ray anak orang kaya, tapi ia tak pernah menyangka sekaya ini. Ia pikir, paling banter rumah besar biasa di komplek elit. Tapi ini… ini terlalu megah."Ini kita tidak salah rumah, kan?" tanya Prilan sekali lagi, ragu. Matanya terus menatap gerbang besi hitam yang menjulang tinggi dengan ukiran mewah.Tata tersenyum

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 44

    Suasana sekolah siang itu cukup tenang, hingga suara panggilan dari pengeras suara menggema di seluruh sudut bangunan tua SMA Merdeka."Prilan Amelia, harap segera ke ruang kepala sekolah." ujar salah seorang guru berkacamata kuda. Wajahnya nampak serius tapi menyiratkan rasa iba.Langkah Prilan terasa berat saat menuju kantor. Perutnya mual karena cemas. Ini bukan kali pertama ia dipanggil karena hal yang sama—tunggakan SPP yang belum juga terbayar.Begitu sampai, ia melihat Pak Hendra, kepala sekolah, duduk dengan wajah masam di balik meja kayunya bercat coklat."Silakan duduk, Prilan," ucapnya datar.Gadis itu menunduk dan duduk dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang, dia sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh guru galak itu. Tapi Prilan berusaha bersikap santai dan tenang, meskipun aslinya sangat kacau."Ini sudah bulan keempat kamu belum bayar SPP. Buku paket juga belum lunas, uang kegiatan belum ada, bahkan seragam olahraga belum kamu belum dibayar."Prilan menunduk le

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status