Share

Extra Part 3 Pilihan Ranu Tanpa Ragu

Mendengar Alyana menginginkan bulan, rasanya semua tulang Ranu retak. Sempat berpikir mungkin jantungnya juga ikut berhenti berdetak. Otaknya malas berpikir karena semakin lama ia justru putus asa karena tidak kunjung menemukan solusi.

Di tengah keramaian Kota Hongkong, Ranu justru merasa sepi. Setelah mengikuti kompetisi game hari ini, ia meminta timnya untuk beristirahat lebih awal. Jangan sampai mereka menyadari jika pikirannya sedang kacau.

Berjalan sendiri di trotoar sembari menikmati pemandangan kota malam hari, Ranu hanya berusaha untuk menyegarkan pikiran. Mungkin saja akan menemukan ide baru saat mengamati sekitarnya. Berbeda dengan Jakarta, di tempatnya saat ini lebih banyak pejalan kaki.

Melihat beberapa detik lagi lampu lintas akan berubah warna, Ranu menghentikan langkah. Ia menunggu sampai lampu lalu lintas berubah hijau agar bisa menyebrang jalan. Mendongak menatap langit, Ranu tersenyum melihat bulan purnama yang indah itu.

"Sulit membawa bulan itu padamu, Al. Kalau
Rat!hka saja

Maju terus pantang mundur! Yang mau saingan sama Alyana silahkan daftar, siapa tahu dibuatkan Taj Mahal versi nusantara. Dalam kisah ini kita belajar dari Ranu bahwa hidup itu dijalani dengan santai. Setiap saat bisa jadi kesempatan dan peluang. Meski usiqnya sudah menjalang akhir 20-an, tapi jiwanya masih ABG.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status