Beranda / Rumah Tangga / Bukan Surga Impian / 5 : Permintaan Orang Sekarat

Share

5 : Permintaan Orang Sekarat

Penulis: Authorfii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 10:39:58

"Meskipun orang yang meminta ini sedang sekarat sekali pun, Jenna?" Sepasang manik mata Jenna, bahkan tak berkedip saat kalimat itu terlontar dari bibir dokter Cahaya—psikiaternya. Gadis itu tertegun, terkejut bukan main dengan perkataan dokter Cahaya yang seolah mempermainkan takdir kehidupan.

Alih-alih menjawab pertanyaan tersebut, Jenna justru terdiam sembari mencerna semuanya. Bagi Jenna, permintaan konyol itu bukan hanya mendadak. Tapi juga mengusik kembali luka lama yang telah dia usahakan untuk lupa.

Seharusnya di sini, Dokter Cahaya tau hal itu, kan? Dia yang berperan sebagai seorang Psikiater untuk Jenna. Dia juga yang telah menyembuhkan luka hati tersebut. Lantas kenapa sekarang dia juga yang membuka kembali luka lama itu?

Terlebih, alasan Dokter Cahaya yang membawa-bawa kalimat 'sekarat', membuat Jenna benar-benar tidak suka. Seseorang tidak boleh mempermainkan takdir semacam itu hanya untuk mencapai keinginannya.

"A-apa maksud, Dokter? Sekali pun Dokter inginkan hal itu, Dokter nggak boleh bawa-bawa sekarat segala!" Cahaya tau, respon Jenna pasti akan sama sepertinya saat waktu di mana ia mendapatkan, diagnosa tentang penyakitnya dan kemungkinan hidupnya. Kurang lebih, Cahaya juga seperti itu. Terus bertanya berulang kali, sampai hasil lab yang membuatnya tersadar.

"Kamu lihat diriku sekarang!" Cahaya menundukkan kepala, ia melirik pakaian yang saat ini bukanlah pakaian biasa yang seringkali dia pakai jika sedang dinas.

Sehelai pakaian berwarna biru muda nampak dipakai Cahaya. Pakaian yang sudah khas untuk para pasien di Rumah Sakit.

"Apa pakaian pasien ini tidak cukup membuktikan, kalau aku sekarang sudah bukan Dokter Cahaya yang kuat seperti dulu?" Cahaya melanjutkan.

Kedua bola mata Jenna kemudian berotasi, dia ingat kembali jika pakaian yang dikenakan dokter Cahaya saat ini adalah pakaian pasien. Itu artinya, beliau memang menjadi salah satu pasien inap di rumah sakit ini.

"Apa yang terjadi, Dok? Bagaimana bisa Dokter mengatakan hal seperti itu? Katakan padaku kalau Dokter baik-baik saja, 'kan?" Pacuan jantung Jenna semakin berdetak lebih kencang saat menunggu jawaban dari dokter Cahaya.

Cahaya sendiri malah mengulas senyum tipis. Tapi bertepatan dengan itu, saat Cahaya akan menjawab pertanyaan Jenna—ada cairan merah kental keluar dari lubang hidung Cahaya.

Sontak saja, hal itu membuat Jenna sendiri terperangah. Dengan cekatan, dia menarik beberapa lembar tisu yang ada di atas meja lalu menyumpal lubang hidung Cahaya yang mengeluarkan darah.

"Dokter mimisan," ucap Jenna lalu membekap mulutnya tak percaya.

"Terimakasih." Cahaya berucap sambil mengambil alih peran Jenna yang tadi menyumpal lubang hidungnya.

Gemuruh di dada Jenna semakin lebih terasa. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dokter Cahaya, sampai-sampai wanita itu memintanya untuk menjadi madu.

"Aku didiagnosis mengidap penyakit leukemia limfobastik akut stadium 3, Jenna." Dengan rasa sakit yang mendera di area kepala dan tubuhnya, Cahaya mencoba menjelaskan segalanya pada Jenna. Sebuah kalimat yang tentu saja membuat Jenna amat terkejut.

Wanita yang memakai pakaian pasien itu menyandarkan punggungnya pada kursi yang didudukinya. Pandangan matanya seolah sedang memutar waktu pada saat di mana dia mendapatkan diagnosis itu.

"Aku memintamu menjadi maduku bukan tanpa alasan, Jenna. Aku sakit keras, kemungkinan untuk sembuh itu kecil." Melarikan tatapan, itulah yang kini Cahaya lakukan. Matanya mulai berembun, saat menyadari jika waktunya sudah tidak banyak lagi.

"Aku mencintai suami dan puteriku. Aku tidak ingin mereka merasa kehilangan yang mendalam setelah aku pergi. Untuk itu aku butuh kamu," ucap Cahaya masih melanjutkan.

"Tapi, Dok? Dokter pikir semua itu akan terasa mudah? Bagaimana dengan perasaan suami dan puteri Dokter? Bagaimana juga dengan pandangan keluarga Dokter? Dan kenapa juga harus aku? Di antara banyaknya perempuan yang Dokter Cahaya kenal, kenapa harus aku?" Rentetan pertanyaan dari Jenna, membuat Cahaya menggigit bibirnya kuat—menahan agar dia tidak menangis.

"Jenna ...," Cahaya beringsut pelan, dia meraih tangan Jenna lalu menggenggamnya. "dalam pandanganku, hanya kamu yang pantas menggantikan peranku. Aku tau, kamu masih punya trauma itu. Tapi aku akan menghabiskan sisa waktuku untuk menyembuhkan kamu, aku janji."

"Aku mohon padamu, Jenna! Jadilah maduku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Surga Impian    52 : Akhir Semua Luka

    Sempat diinfokan jika Jenna mengalami kritis, pasca melahirkan secara Caesar. Reyhan beserta keluarga besarnya dan keluarga Jenna, mengalami kegundahan hati luar biasa. Mereka tak henti merapal do'a untuk Jenna, pun mengikuti semua perkembangan yang dijelaskan oleh dokter. Syukurnya, masa kritis yang sempat membuat mereka khawatir sepenuh hati itu pada akhirnya usai. Jenna kembali sadar setelah dia tertidur selama hampir seharian. Bahkan bayinya, belum sempat mendapatkan asi pertama setelah dilahirkan ke dunia. Perihal masalah yang membuat Jenna kritis. Selain adanya traumatis yang cukup mendalam, ada juga pendarahan yang membuatnya kekurangan darah. Alhasil, Reyhan mengerahkan semua orang yang bisa dia mintai tolong untuk mencarikan beberapa kantung darah. Syukurnya, semua sudah teratasi dalam tepat waktu. "Kita patut bersyukur, Pak. Bu Jenna mau berjuang untuk tetap bertahan," kata dokter yang menangani Jenna. Reyhan bahkan tak mampu lagi menyembunyikan air matanya. Dia sudah me

  • Bukan Surga Impian    51 : Bertemu Sang Madu

    32 minggu kemudianMenjalankan hidup sebagai calon ibu, bagi Jenna bisa dibilang ada senangnya, ada juga tidak senangnya. Tapi jujur, senangnya lebih banyak dibandingkan tidak senangnya. Semasa hamil, Jenna justru merasa dirinya bak seorang ratu dalam rumah. Semua keinginan dan kebutuhannya dipenuhi dengan baik oleh sang suami dan keluarga. Bahkan perihal pekerjaan saja, Jenna tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan yang berat. Untuk hal yang tidak senang, Jenna cukup merasakan hormonnya turun naik. Dia tau, hal itu disebabkan oleh keadaannya yang sedang mengandung. Pernah satu waktu, Jenna ingin sekali seharian penuh bersama dengan Reyhan. Entah itu karena hormonal, atau ngidam yang katanya keinginan si cabang bayi. Jenna sebenarnya tak mempermasalahkan, jika sang suami menyanggupi. Hanya saja, dia merasa tidak enak—jika Reyhan harus mengabaikan pekerjaannya demi keinginan Jenna. Alhasil, Jenna yang menahan keinginan—sempat merasakan emosinya naik turun dan mood-nya hancur s

  • Bukan Surga Impian    50 : "Selamat tidur, Ya Zawjati."

    Setiap insan, memanglah tidak ada yang sempurna. Pasti ada cela di balik kesempurnaannya. Sama halnya dengan Reyhan, semasa pernikahan—dirinya merasa sudah cukup baik memperlakukan Cahaya. Meski mengaku tak cinta, tapi Reyhan begitu menyayangi Cahaya. Semua itu berjalan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Namun Reyhan tak tau, jika pernyataan 'tak cinta' darinya—ternyata menyakiti hati sang istri, Cahaya. Sampai-sampai dia menahan rasa sakit itu bertahun-tahun lamanya. Terdengar tidak adil memang, saat Cahaya merasa sakit hati dengan tidak adanya pernyataan cinta itu. Dia justru menghadirkan sosok perempuan yang Reyhan cintai sejak dulu hingga kini. Membuatnya bersatu dengan perempuan yang ia kira, hadir hanya sebagai ibu pengganti untuk Anala. Setelah semua fakta itu terungkap, rasanya Reyhan merasa malu jika mengatakan dirinya suami yang baik untuk Cahaya. Nyatanya, dia tidak lebih dari seorang pria yang memupuk luka di hati perempuan baik hati seperti Cahaya. Reyhan tau,

  • Bukan Surga Impian    49 : Bukan Surga Impian

    Dalam hidup, hakikatnya terdapat dua hal yang dialami setiap insan. Sebuah kebahagiaan dan kesedihan. Tapi ada beberapa orang, yang mungkin saja diberikan kesedihan lebih lama untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal abadi. Salah satunya kebahagiaan yang kekal abadi adalah diberikannya surga dari Sang Maha Kuasa. Menilik kembali kehidupannya di masa lalu, bagi Jenna hidupnya pasang surut. Ada sedih dan ada juga bahagia. Kebahagiaan yang paling dirasakan, adalah saat keluarga kecilnya utuh dan saling menyayangi. Sementara kesedihan yang paling menyayat hati dirasakan, adalah ketika keluarga kecilnya hancur karena kesalahan sang ayah. Melempar dirinya ke masa lalu, bukan berarti Jenna ingin menyimpan perasaan dendam atas kesalahan sang ayah. Ataupun dirinya yang kembali membuka luka lama yang sulit untuk sembuh itu. Tapi dari kesedihan itu dirinya banyak belajar. Belajar bagaimana menjadi perempuan yang tidak goyah dengan seorang lelaki yang bermodalkan 'cinta', belajar menjadi perem

  • Bukan Surga Impian    48 : Sindrom Couvade

    Sudah ada beberapa hari ini, Jenna bolak-balik ke rumah ayahnya untuk merawat sang ayah serta Dania—ibu tirinya yang sekarang sudah mulai bisa berjalan lagi. Tentu saja, apa yang Jenna lakukan atas izin dari suaminya sendiri—Reyhan Dirgantara. Pria itu, bahkan setiap hari menjelang sore—datang menjemput Jenna bersama Anala. Ayah dan anak perempuannya itu selalu kompak memakai baju dengan warna sama akhir-akhir ini setiap kali datang menjemput Jenna. Seperti sore ini, Reyhan dan Anala kompakan memakai baju berwarna maroon untuk menjemput Jenna. Kedatangan mereka, disambut tawa kecil dari Jenna yang merasa lucu dengan tingkah keduanya. "Jadi, hari ini temanya maroon?" tanya Jenna dengan senyum kecil di wajah. "Iya, Bunda. Malahan ya, tadi Papa maunya pake baju pink. Terus aku bilangin, emangnya Papa mau diledekin Bunda pake baju yang warnanya cewek banget. Eh, nggak jadi deh." Anala menyahuti pertanyaan Jenna sebelumnya. Anak gadis itu, menceritakan apa yang terjadi di rumah sebelum

  • Bukan Surga Impian    47 : Hakikat Ikhlas

    Setelah hijrah, Jenna banyak sekali belajar lebih memperdalam lagi ilmu agama. Untuk yang kali ini, dia tidak ingin lagi salah melangkah di saat ujian datang. Tentu saja, apa yang dia lakukan di masa lalu—marah karena Allah memberikannya ujian lewat keluarga kecil yang hancur, Jenna malah melampiaskan kemarahan dalam bentuk kemaksiatan. Dia membuka kembali auratnya, dia tidak lagi rajin setiap hari membaca Alquran, dia tidak lagi melakukan sunnah-sunnah yang sangat dianjurkan, bahkan untuk shalat—dia sering sengaja telat, meskipun tidak sampai meninggalkan. Lewat hidayah yang dia jemput, dan dia dapatkan secara tak terduga. Usai almarhumah dokter Cahaya memintanya menjadi madu, Jenna merasakan jika dirinya sudah terlanjur jauh dari Allah. Maka sekarang yang dilakukan oleh Jenna, selain dia bergaul dengan orang-orang sholih. Dia juga belajar memperdalam ilmu agama seorang diri. Sebelum resmi menikah dengan Reyhan, dia juga sudah sering datang ke majelis ilmu. Apalagi setelah menika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status