Share

Pagi yang Panas

Author: Senja Berpena
last update Huling Na-update: 2025-08-27 00:43:02

Matahari pagi menyelinap lewat celah tirai, menimpa wajah Xavier yang masih terlelap.

Kepala terasa berat, mulut kering, dan tubuhnya lengket oleh keringat semalam. Ia mengerang pelan, mencoba berguling, namun baru sadar bahwa dia masih memeluk erat tubuh telanjang Kayla.

Tubuh mungil istrinya terbaring di pelukannya, rambut berantakan menutupi wajah cantiknya, kulitnya penuh bekas ciuman merah yang ditinggalkan semalam. Melihat itu, rasa bersalah langsung menyeruak di dada Xavier.

“Kayla?” bisiknya lalu mengecup pelipis istrinya dengan lembut. “Aku … terlalu kasar semalam, ya?”

Kayla membuka matanya perlahan lalu menatapnya dengan senyum tipis. “Kasar?” Ia terkekeh manja.

“Kau menyebut itu kasar? Aku menyebutnya … luar biasa.”

Pipi Xavier memanas mendengarnya. Dia lalu menunduk, menatap wajah Kayla yang tenang. “Aku mabuk. Aku bahkan tidak ingat semua detailnya. Aku takut sudah menyakitimu.”

Kayla mengangkat tangannya lalu menyentuh rahang tegas suaminya. “Kau tidak menyakitiku, Xavi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Pagi yang Panas

    Matahari pagi menyelinap lewat celah tirai, menimpa wajah Xavier yang masih terlelap.Kepala terasa berat, mulut kering, dan tubuhnya lengket oleh keringat semalam. Ia mengerang pelan, mencoba berguling, namun baru sadar bahwa dia masih memeluk erat tubuh telanjang Kayla.Tubuh mungil istrinya terbaring di pelukannya, rambut berantakan menutupi wajah cantiknya, kulitnya penuh bekas ciuman merah yang ditinggalkan semalam. Melihat itu, rasa bersalah langsung menyeruak di dada Xavier.“Kayla?” bisiknya lalu mengecup pelipis istrinya dengan lembut. “Aku … terlalu kasar semalam, ya?”Kayla membuka matanya perlahan lalu menatapnya dengan senyum tipis. “Kasar?” Ia terkekeh manja.“Kau menyebut itu kasar? Aku menyebutnya … luar biasa.”Pipi Xavier memanas mendengarnya. Dia lalu menunduk, menatap wajah Kayla yang tenang. “Aku mabuk. Aku bahkan tidak ingat semua detailnya. Aku takut sudah menyakitimu.”Kayla mengangkat tangannya lalu menyentuh rahang tegas suaminya. “Kau tidak menyakitiku, Xavi

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Maaf, Aku Terlalu Kasar

    Hari-hari berikutnya menjadi mimpi buruk bagi semua orang di kantor.Jadwal rapat bisa berlangsung hingga dini hari, pesan singkat masuk di grup kantor setiap jam, bahkan akhir pekan pun mereka tetap bekerja.Kayla, yang beberapa kali datang membawakan makan malam untuk Xavier, terkejut melihat pemandangan kantor yang seperti medan perang.Tubuh-tubuh yang lelah, wajah pucat, namun tatapan mata yang tetap menyala. Semua orang seperti sedang berlari maraton tanpa garis finis yang jelas.Namun di balik semua itu, ada semangat aneh yang tumbuh di dalam diri mereka semua.Seolah api yang dipantik oleh Xavier menjalar ke semua karyawannya. Mereka mungkin menggerutu, tapi tangan mereka tidak berhenti bekerja.Dan di tengah semua itu, Xavier tetap menjadi pusat gravitasi.Tatapannya tajam, ucapannya dingin, namun setiap kali dia berdiri di depan timnya, aura kepemimpinan itu menular. Tidak ada yang berani goyah ketika pria itu sudah melangkah.“Dua minggu,” Xavier mengulangi kalimat itu di r

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Motivasi untuk Mati Muda

    “Dua minggu?!” Richard mengulang kalimatnya untuk memastikan tidak salah dengar.Suaranya terdengar parau, setengah putus asa, setengah ingin meledak. “Xavier, kau ingin kita meluncurkan produk ini dalam dua minggu?!”Mata Richard masih terasa panas, bukan karena kopi yang baru saja diteguknya, melainkan karena keputusan Xavier yang hampir membuat jantungnya meloncat dari rongga dada.Dua minggu. Hanya dua minggu untuk meluncurkan produk raksasa yang seharusnya disiapkan berbulan-bulan lamanya.Richard tahu sepupunya itu gila, tapi kali ini, kegilaannya benar-benar berada di level yang sulit dijangkau akal sehat.Xavier hanya menatapnya dengan ekspresi tenang—tenang yang membuat semua orang di ruangan itu menahan napas.Senyum tipis terukir di wajahnya seakan dia sedang menonton sandiwara konyol, padahal semua ini adalah kenyataan yang akan menentukan nasib The Moons Company.“Kenapa?” Xavier bersuara tenang, nadanya seolah menyindir. “Kau keberatan, Richard? Atau mungkin ingin aku ma

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Tahu Cara Menaklukan Xavier

    Kayla menaruh gelas berisi air tepat di hadapan Xavier.Tangannya yang ramping sedikit gemetar, entah karena cemas atau karena ia masih kesal melihat aura sang suami yang begitu tenang padahal dunia seakan runtuh di depan mereka.“Aku benar-benar tidak mengerti,” gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.“Bagaimana bisa ada orang yang berani mengkhianatimu? Bahkan aku saja, yang sudah diberi kepercayaan sepenuhnya, tidak berani bermain-main denganmu.”Xavier yang sedang mengunyah potongan steaknya lantas menoleh pelan. Sudut bibirnya terangkat, tawa renyah keluar begitu saja. “Tentu saja, Kayla. Itu karena aku terlalu sempurna untuk dikhianati.”Kayla langsung mendengus, setengah malas mendengar nada congkak itu. “Oh, Tuhan ….” Ia langsung memutar bola matanya.“Apa? Kau tahu itu benar, Sayang.” Xavier menyandarkan tubuhnya ke kursi seraya menatap istrinya dengan tatapan arogan yang justru membuat dada Kayla berdesir.“Tidak ada yang sanggup menandingi ketampananku, kekayaanku, apalagi

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Penuh dengan Ketegangan

    Rapat siang itu kembali dimulai dengan suasana jauh lebih kaku dibanding sebelum makan siang.Lampu-lampu ruang konferensi yang terang benderang seakan menyorot setiap wajah yang hadir, memaksa mereka untuk tidak bisa bersembunyi dari tatapan tajam sang CEO.Xavier duduk di kursi utama, bersandar dengan tenang, namun sorot matanya menusuk seperti bilah pedang. Setiap orang yang menatapnya seketika kehilangan keberanian untuk bernapas lega.Xavier membuka laptop pribadinya lalu menekan beberapa tombol sebelum layar besar di ruangan itu menampilkan rekaman CCTV dari beberapa sudut kantor.Semua menoleh ke layar dan hanya suara detakan jam dinding yang terdengar bersamaan dengan suara rekaman berganti dari satu sudut ke sudut lain.“Tidak ada yang aneh, bukan?” suara Xavier terdengar dalam, terkontrol, namun dinginnya membuat seluruh ruangan menegang.Beberapa orang mengangguk meski jelas mereka tidak yakin apa jawaban yang tepat.

  • Bukan Wanita Pilihanmu (Hanya Istri Pengganti)   Pembahasan yang Absurd

    Suasana kantin siang itu lebih ramai dari biasanya. Meja panjang di sudut kanan sudah dipesan khusus untuk tiga orang yang wajahnya tampak penuh beban.Richard datang dengan langkah mantap menenteng nampan berisi steak, nasi, dan secangkir kopi hitam yang mengepul.Axel sudah lebih dulu duduk tengah mengetuk-ngetukkan sendok ke meja dengan gelisah. Andreas datang belakangan, membawa sepiring spaghetti dan jus jeruk.“Aku benar-benar tidak bisa makan dengan tenang kalau ingat wajah Tuan Xavier tadi di ruang rapat.” Axel menggerutu dan langsung meletakkan sumpitnya.“Tatapannya, sumpah, seperti mau menelan hidup-hidup siapa pun yang membuat kesalahan.”Richard mendengus sambil menarik kursinya. “Itu tatapan khas bos kita. Dingin, menusuk, tapi efektif membuat semua orang kerja dua kali lipat lebih cepat. Bahkan aku pun, yang sudah bertahun-tahun kerja dengan dia, masih bisa merinding setiap kali dia marah.”Andreas ikut duduk dan langsung menaruh piringnya dengan hati-hati. “Ya, tapi ad

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status