Share

Bab 6

Author: Shenina
Ashley menyelesaikan perawatan lukanya di rumah sakit seorang diri, tapi segera setelah itu dia dipanggil ke ruang dokter. Melihat hasil pemeriksaan yang baru saja keluar, rasanya seperti ada benda tumpul yang menusuk jantungnya perlahan. Bahkan napasnya juga terasa panas dan berat.

Bagaimana bisa? Dia dan Marcello selalu berhati-hati setiap kali bersama. Bahkan kalaupun mereka sempat terbawa suasana, dia selalu memastikan untuk minum obat setelahnya. Anak ini benar-benar datang di waktu yang paling tidak tepat.

"Dokter, tolong bantu aku jadwalkan aborsi secepat mungkin."

Operasi ditetapkan tiga hari kemudian.

Dalam tiga hari itu, Marcello sama sekali tidak meneleponnya. Ketika Ashley menerima permintaan pertemanan di ponselnya, entah mengapa dia menekan tombol "terima".

Lini masa Ivana seperti buku harian cinta yang merekam setiap momen mesra antara dirinya dan Marcello sejak Ivana kembali ke negara ini. Marcello memasak sendiri untuk Ivana, menyuapinya sedikit demi sedikit dengan senyum lembut.

Dia mengirim hadiah mahal setiap hari, hanya agar Ivana tidak bosan selama di rumah sakit. Bahkan di larut malam, dia menelusuri kumpulan lelucon receh, lalu menirukan satu per satu demi membuat Ivana tertawa sebelum tidur. Dia merawat Ivana dengan sabar, berjanji bahwa setelah dia keluar dari rumah sakit, Marcello sudah menyiapkan kejutan istimewa untuknya.

Ashley menatap semua foto dan tulisan itu dengan tatapan kosong. Di pikirannya, muncul kenangan lama ketika hubungan mereka baru dimulai.

Karena urusan kerja, Ashley dulu sering mabuk berat. Setiap kali itu terjadi, Marcello akan menunggunya di depan klub, menjemputnya pulang dan menjaganya sepanjang malam. Saat itu, Ashley benar-benar percaya bahwa Marcello memiliki sedikit rasa tulus untuknya. Meskipun ketulusan itu mungkin dibangun di atas uang, dia tidak peduli.

Namun sekarang, dia baru benar-benar mengerti. Selama ini dia mengira Marcello adalah pelariannya di saat kesepian. Padahal, dialah yang sebenarnya menjadi hiburan terbesar Marcello.

Malam itu, Ashley kembali mabuk. Dalam tidurnya yang gelisah, mimpi yang sama terus berulang. Dalam mimpi itu, dia bertanya pada Marcello apakah Marcello mau menikahinya. Namun, jawaban itu tak pernah datang.

Ashley merasa gelisah, cemas, dan sakit hati. Sampai akhirnya, dia melihat tatapan Marcello yang rumit dan tak terbaca dalam mimpinya.

"Kenapa kamu sampai nangis dalam mimpi?"

Ashley menyentuh wajahnya, baru sadar bahwa air mata benar-benar menetes di pipinya. Dia menarik napas panjang, mencoba menekan debaran di dadanya.

"Aku mimpi kamu bilang ngagk mencintaiku dan nggak pernah berniat menikah denganku."

Ashley hanya asal mengarang. Namun karena posisinya sedang menunduk, dia tidak melihat ekspresi terkejut yang sempat melintas di mata Marcello.

Marcello langsung memeluknya erat dan suaranya terdengar cemas. "Apa karena aku nggak pulang beberapa hari makanya kamu jadi begini? Jangan pikir yang aneh-aneh, aku mau nikah sama siapa lagi selain kamu?"

"Sayang, aku cuma belum punya kemampuan buat kasih kamu yang terbaik. Aku nggak mau kamu susah. Tapi begitu aku cukup mampu, hal pertama yang kulakukan adalah melamarmu, ya?"

Ashley tertawa getir di dalam pelukannya, air matanya kembali jatuh tanpa bisa ditahan.

Dulu, setelah mereka bersama, dia pernah bercanda, "Kamu tiap hari kayak gini, nggak takut kalau aku nanti hamil?"

Marcello malah menanggapinya serius dan menenangkannya dengan suara lembut, "Aku juga ingin punya anak sama kamu, tapi nanti saja, kalau aku sudah siap, ya?"

Kini, Ashley melepaskan diri perlahan dari pelukannya. Marcello buru-buru menariknya kembali untuk duduk. "Kemarin kamu bilang ingin makan kue dari toko ini, 'kan? Aku sampai antre dua jam buat beli. Nih, coba deh."

Namun bersamaan dengan itu, ponsel Ashley bergetar menunjukkan sebuah pesan dari Ivana.

[ Kuenya enak nggak? Aku cuma iseng bilang pengin, eh dia langsung pergi beli. Aku juga sempat bilang ke dia, sekalian beli satu lagi buatmu. Itu rasa favoritmu, ya? ]

Rasa pahit menjalar di dada Ashley. Tanpa ragu, dia mengambil kue itu dan melemparkannya ke tempat sampah. Marcello mengira dia masih mengambek, wajahnya langsung menggelap.

"Marcello, aku alergi mangga."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 25

    Sejak Hector tiba-tiba menyatakan perasaannya, sikap Ashley terhadap pernikahan mereka pun berubah drastis.Hector pernah menyelamatkannya dua kali, lima tahun lalu dan lima tahun kemudian. Dalam situasi yang hampir sama. Setiap kali, dia bisa selamat karena pria itu.Jadi, dia tidak punya alasan untuk merasa tidak puas. Memang Ashley yang bersalah lebih dulu, jadi apa pun yang dilakukan Hector padanya, rasanya masih bisa dimaklumi.Hector membawa Ashley pulang ke Keluarga Sandiago, memperkenalkannya sendiri di hadapan semua anggota keluarga dan secara resmi mengumumkan bahwa Ashley adalah istrinya. Ashley bisa melihat jelas ketidakrelaan di wajah Keluarga Sandiago, tapi tak ada seorang pun yang berani menunjukkan penolakan secara terang-terangan.Tak lama kemudian, Hector juga mengumumkan identitas Ashley di depan publik. Dia membawanya ke berbagai acara resmi dengan terang-terangan. Semua orang memuji bahwa mereka pasangan yang serasi dan bahagia.Ashley pun berusaha memainkan peran

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 24

    Tubuh Ashley mulai bergetar tanpa kendali. Lima tahun sudah berlalu, tetapi hal itu tetap menjadi luka yang selalu dihindarinya untuk dihadapi. Andai bisa, dia lebih memilih Hector tidak pernah tahu apa pun. Biarlah pria itu terus membencinya, itu tidak apa-apa.“Kamu kira dengan diam-diam mengembalikan 100 miliar itu, semuanya bisa dianggap nggak pernah terjadi?”Ternyata Hector sudah tahu segalanya. Sayang, dia mengetahuinya terlalu terlambat.Hector teringat setengah tahun lalu, sebelum ibunya meninggal dunia. Saat itu, sang ibu memanggilnya sendirian ke sisi ranjang. Tubuhnya sudah lemah dan pikirannya sering kabur, tapi ingatan tentang bagaimana dulu dia memaksa Ashley pergi masih begitu jelas.“Selama ini kamu selalu sendiri, bahkan nggak pernah ada wanita di sisimu. Tiap kali orang menyinggung soal pernikahan, kamu selalu bilang nggak perlu terburu-buru. Tapi aku tahu, di dalam hatimu masih ada seseorang. Hector, aku benar-benar nggak mengerti, apa yang istimewa dari wanita itu,

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 23

    "Kamu sendiri gimana? Kita sudah bersama selama tiga tahun, kamu menipuku selama tiga tahun juga. Kamu punya hati nurani nggak?" Suara Ashley terdengar tanpa emosi sedikit pun, membuat Marcello perlahan-lahan merasa putus asa.Padahal dulu, apa pun yang dia lakukan Ashley selalu percaya padanya tanpa syarat. Bahkan dia pernah berkata, "Meski suatu hari kamu berbuat salah, aku tetap akan memaafkanmu."Namun sekarang, semua itu terasa begitu jauh. Semua kasih dan keistimewaan yang pernah diberikannya, telah dihancurkan oleh Marcello sendiri.Ashley menyuruh Hector naik ke mobil lebih dulu, lalu memandang dingin ke arah Marcello yang sedang kehilangan kendali."Marcello, kupikir semalam aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Atas dasar apa kamu berpikir aku nggak akan bisa melupakanmu? Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?""Ketika kamu berkali-kali berbohong padaku, bilang mau kerja paruh waktu padahal pergi menemani Ivana .... Ketika kamu berpura-pura miskin dan pura-pu

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 22

    Ashley benar-benar kelelahan. Dia bahkan tidak sanggup lagi berkata sepatah kata pun. Begitu masuk ke rumah, pergelangan tangannya langsung ditarik keras oleh Hector dan tubuhnya didorong menempel ke dinding."Nggak kusangka setelah kita berpisah, kamu jadi sebebas ini. Punya pria simpanan dan saling jadi pengganti. Katakan, kamu menjadikannya pengganti siapa?"Dada Ashley terasa sesak. Tatapan tajam Hector membuat pikirannya kacau dan dia spontan membalas, "Yang jelas bukan kamu.""Aku ada bilang itu aku? Kenapa kamu jadi panik begitu?"Jari panjang Hector menyusuri pinggangnya, lalu melingkar kuat di sana. Gerakannya tegas dan tidak memberi ruang untuk perlawanan."Seleramu makin buruk saja. Tidur sama dia selama tiga tahun, tapi pada akhirnya dia malah diam saja menontonmu jatuh waktu kamu terdesak? Kamu sampai dipermainkan seorang pria selama tiga tahun. Ashley, sejak kapan kamu jadi sebodoh ini?"Ashley marah dan malu karena dihina seperti itu. Dia berusaha melepaskan diri dari pe

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 21

    Setelah Keluarga Hermina mengalami kehancuran, Ashley dipaksa menikah demi menyelamatkan keadaan. Saat itu, semua orang hanya menunggu saat dirinya menjadi bahan tertawaan. Bahkan di masa paling putus asa pun, dia masih memikirkan bagaimana caranya tetap berbuat baik pada Marcello.Selama tiga tahun bersama, Ashley benar-benar percaya bahwa Marcello adalah pria malang yang kehilangan orang tuanya dan tidak punya tempat pulang. Setiap kali melihat orang memperlakukannya dengan buruk, hatinya langsung bergejolak dan ingin melindunginya.Memang benar, mungkin awalnya Ashley memilihnya karena alasan pribadi. Namun selama tiga tahun itu, perasaannya tulus. Setidaknya, dia tidak pernah berbuat salah terhadap Marcello.Bahkan ketika Marcello memberinya hadiah murah, Ashley tetap menyimpannya dengan hati-hati. Dia selalu berpikir bahwa Marcello tidak punya banyak uang dan jika Marcello bersedia mengeluarkan uang demi dirinya, berarti Marcello benar-benar mencintainya.Namun setelah Ivana kemba

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 20

    "Ashley ...." Begitu melihatnya, mata Marcello langsung memerah. Dia melangkah cepat ke depan dan menggenggam lengan Ashley dengan erat. Telapak tangannya panas sampai nyaris membakar kulitnya."Akhirnya aku menemukanmu. Mereka bilang kamu menikah dengan Keluarga Sandiago, tapi aku nggak menemukanmu di rumah Keluarga Sandiago. Untung saja aku bertemu denganmu di sini."Perasaan gembira karena menemukan Ashley membuat Marcello tidak ingin melepaskannya lagi. Sepanjang perjalanan mencarinya, Marcello diam-diam bersumpah akan meminta maaf padanya dan tidak akan pernah berpisah darinya lagi.Namun saat pandangannya jatuh pada cincin berlian di jari Ashley, matanya seketika memerah penuh amarah. Dalam sekejap, logikanya dihancurkan oleh rasa panik."Selain cincin berlian yang kuberikan padamu, kamu nggak boleh pakai pemberian siapa pun!"Marcello mencoba menarik cincin itu dari jarinya dengan kasar, tetapi Ashley yang sedang mabuk dan pusing luar biasa langsung menepis tangannya. Namun begi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status