Setelah membaca pesan dari Maya kemarin, Bella langsung menelepon Mona. Sama sekali tak ada tanggapan pada percakapan grup mereka.Mona setuju menjadi yang terakhir dan memberikan Bella kesempatan untuk lebih dahulu bertemu dengan Number One."Aku penasaran aja sih sama ini orang, hahaha,,,," ucap Bella via telepon."Yaudah gak apa - apa kamu duluan aja. Aku terakhir aja," jawab Mona santai.Dan malam ini, tepat malam minggu yang keempat Number One menjadi gigolo bagi Maya dan teman - temannya.Tempat dan waktu pertemuan masih sama. Tak ada perubahan. Namun untuk malam ini, Number One sedikit terlambat tiba di New Idola Hotel.Entah mengapa di sepanjang perjalanan menuju hotel, lebih - lebih saat hendak memasuki area hotel Number One merasa ada sesuatu yang aneh."Kayaknya ada yang ngikutin aku ngga sih? Atau cuma perasaan aku aja ya?" Tanya Number One dalam hatinya.Number One buru - buru memarkir sepeda motornya lalu sengaja berjalan menuju ke cafe di sebelah hotel.Ia sengaja melak
Maya langsung menelepon putrinya setelah membaca pesan panjang yang dikirim oleh putrinya itu. Ia menangis. Hatinya terasa begitu hancur.Nancy tak tahu apa alasan ibunya pergi meninggalkan rumah. Ia mengira ibunya marah dan kecewa padanya yang tak pulang - pulang selama berhari - hari.Nancy sama sekali tak tahu bahwa ibunya pergi lantaran kehadiran sosok ayahnya yang telah lama dilupakan oleh ibunya.Maya telah mencoba beberapa kali namun panggilan teleponnya tak terhubung. "Maafkan Mama, Nak. Mama gak bermaksud pergi ninggalin kamu. Mama tahu Mama salah. Mama ngerti kalau kamu marah sama Mama."Mama pergi cuman sebentar. Mama cuma pengen tenangin diri Mama. Kamu jaga diri ya, Nak. Kalau butuh pembantu, kabarin Mama biar Mama cariin buat kamu ya, Nak." Maya mencoba mengirim pesan ke nomor putrinya setelah panggilan teleponnya tak terhubung sedari tadi.Untuk saat ini ia merasa hatinya sangat hancur. Baru saja tiba di Bali dan ia sudah dihadapkan pada persoalan dengan putri semata wa
Maya hendak mengantar Number One pulang ke kost tapi Number One menolak untuk diantar. Number One sengaja menolak karena ia tak mau Maya tahu kontrakan barunya."Antar aku ke hotel aja, motor aku masih di sana soalnya," ucap Number One lembut.Keduanya pun meninggalkan area restoran dan bergerak menuju ke hotel New Idola milik Maya. Tak ada percakapan selama perjalanan mereka berdua.Setelah tiba di hotel, barulah ada percakapan di antara mereka berdua. Pikiran Maya masih tertuju pada Nancy."Makasih ya untuk makan malamnya," ucap Number One saat hendak turun dari mobil."Makasih juga ya untuk malam ini, semoga kamu gak menolak aku lagi," balas Maya kembali menyinggung pertemuan mereka sewaktu di hotel dan semua yang telah terjadi beberapa jam lalu.Number One hanya mengangguk lalu keluar dari mobil dan meninggalkan Maya seorang di dalam mobilnya.Maya pun pergi meninggalkan area hotel sementara Number One berjalan sendi
Sekembalinya dari taman, Maya mengemas semua pakaiannya. Ia mengisi semua pakaiannya ke dalam dua buah koper besar.Ketika ketenangannya telah diusik, Maya berusaha agar menghindarinya. Ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin.Ia akan menghilang tanpa jejak. Tak peduli saat ini putrinya belum juga kembali ke rumah. Ia tak peduli lagi di mana putrinya berada.Satu keyakinannya bahwa putrinya akan baik - baik saja. Putrinya bisa memenuhi segala kebutuhannya dengan jatah uang saku yang tiap bulan dikirim olehnya.Ia juga telah memutuskan untuk memberikan uang tambahan sebelum ia pergi. Yang terpenting sekarang ialah menjauh dari lelaki bangsat yang pernah ada dalam hidupnya.Setelah mengemasi semua yang ia butuhkan, Maya memainkan jemarinya pada layar gawainya. Ia memesan tiket Jakarta - Bali untuk keberangkatan malam ini juga.Ia sudah tak peduli berapapun biayanya saat ini. Lebih baik ia mengeluarkan uang untuk kenyamanannya send
Maya kembali berjalan menuju kamarnya setelah mendengar suara bunyi mobil Fred meninggalkan rumahnya.Kunci gerbang rumahnya sengaja tidak ia kunci karena Nancy sedang berada di luar rumah saat ini. Ia bisa langsung membukanya sendiri sewaktu ia pulang ke rumah.Maya menuju ke ranjang lalu merebahkan tubuhnya. Ia langsung menangis.Tangisannya kali ini bukan karena Nancy yang belum juga kembali ke rumah melainkan kedatangan Fred yang tiba - tiba di rumahnya.Dua belas tahun ia berusaha seorang diri membesarkan Nancy. Dua belas tahun ia berusaha untuk melupakan semua tentang masa lalunya bersama Fred.Namun semua itu kini kembali di saat hatinya sedang terluka sejak kepergian Nancy.Setelah beberapa saat membiarkan air matanya jatuh dan membasahi kasurnya sendiri, Maya bangkit lalu mengganti pakaiannya.Ia bergegas pergi meninggalkan rumah dan pergi menuju ke taman, sebuah taman yang sering ia kunjungi. Sebuah taman yang
Sedari tadi Maya berusaha menahan kantuknya. Matanya sudah tak kuasa terus terbuka. Demikian juga tubuhnya. Ia benar-benar lelah.Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak bisa menutup kedua matanya. Isi kepalanya masih terus dipenuhi oleh sosok putri semata wayangnya.Ia benar-benar tak tahu Nancy berada di mana saat ini. Hubungan keduanya yang tidak terlalu dekat membuat Maya sendiri tak tahu putrinya berteman dengan siapa saja.Sehingga ia benar-benar tak tahu di mana putrinya saat ini. Entah di rumah temannya atau memilih menginap di hotel atau appartemen.Meski demikian, jatah uang jajan Nancy tiap bulan tak pernah lupa ia transfer langsung ke rekening putrinya.Hal itu jugalah yang membuat Nancy bebas memilih tinggal di mana saja untuk saat ini. Ia sanggup menyewa appartemen untuk dirinya sendiri.Ia mencoba terus menerus menghubungi nomor putrinya namun sampai saat ini sama sekali tak ada jawaban. Semua panggilan telepon a