"Apa maksud Bapak meneruskan niat untuk mengkhitbahku?" tanya Melisa begitu dia berada dalam satu mobil dengan Ardan untuk berangkat ke sekolah."Saya tidak ada maksud apa-apa, saya hanya ingin tetap menjadikan Ibu sebagai pendamping saya," jawab Ardan.Melisa tidak bisa melihat ekspresi Ardan ketika menjawab pertanyaannya. Walaupun mereka berada di dalam satu mobil tetapi Melisa duduk di kursi belakang. Dia tidak mau duduk di samping Ardan karena mereka memang belum mempunyai hubungan apa-apa.Sesungguhnya Melisa tadi juga ingin membawa mobil sendiri, tetapi Imran memaksanya untuk ikut dengan mobil Ardan saja. Mau tidak mau pun akhirnya Melisa ikut dengan Ardan."Tolong jangan bercanda, Pak. Bukankah kemarin saya sudah mengatakan semua tentang saya pada Pak Ardan?""Saya tidak bercanda, bahkan saya sudah yakin ingin secepatnya menghalalkan Bu Melisa," jelas Ardan membuat Melisa terkejut."Jangan mempermainkan saya, Pak. Saya tahu setiap orang yang mengetahui masa lalu saya, pasti aka
Tak terasa hari ini Melisa kembali menikah lagi, dua minggu yang lalu dia menerima pinangan Ardan. Wajah orangtua Melisa berbinar bahagia ketika Melisa mengatakan kalau dia menerima Ardan.Melisa mencoba mengalah menerima pinangan Ardan, untuk kebahagiaan ayah dan ibunya. Dia mencoba peruntungannya dengan menerima Ardan. Berharap Ardan menjadi jodoh terakhirnya.Pernikahan mereka dilakukan dua minggu setelah Melisa menerima Ardan. Memang sangat terkesan buru-buru, tapi itu semua keinginan Ardan.Acara ijab kabul, sudah dilaksanakan sejak pukul delapan pagi tadi, Melisa akhirnya sudah resmi menjadi istri Ardan. Acara pernikahan mereka tidaklah mewah, mereka hanya mengundang keluarga dekat saja. Melisa pun hanya mengundang Alina sekeluarga, mengingat dia sudah tidak punya teman lain lagi.Dia sangat berharap Alina bersedia datang ke pernikahannya. Melisa juga sudah rindu sekali dengan Alisa, sudah satu minggu dia tidak bertemu dengannya karena sibuk mempersiapkan acara pernikahannya.M
Pertemuan Irham dan Ratih "Maaf aku tidak bisa menemanimu, Sayang," ucap Irham kepada Alina di depan pintu masuk gedung."Tidak apa-apa, Mas. Naya lebih penting, kasihan dia kecapekan jika harus naik taxi. Apalagi adik Aryan sedang aktif-aktifnya," sahut Alina."Ya sudah kalau begitu kamu masuk dulu, Al. Aku akan pergi jika kamu dan Alisa sudah masuk ke dalam. Jaga diri baik-baik, jangan terlalu banyak berdiri di sana nanti. Aku akan menjemputmu jika sudah mengantar Naya ke rumah." Irham menurunkan Alisa yang sedang berada dalam gendongannya. "Alisa jangan nakal, jaga mama dan adik-adik Alisa dengan baik. Jangan sampai menyusahkan mama.""Iya, Yah," jawab Alisa menurut.Irham mengelus puncak kepala Alisa dengan lembut. Nampak Irham sangat menyayangi putri kecilnya itu."Hati-hati di jalan, Mas. Jangan ngebut-ngebut mengemudinya, aku akan menunggu sampai kamu datang. Jadi tidak usah terlalu buru-buru," ucap Alina sembari meraih tangan Irham dan mencium punggung tangannya."Iya, Sayang
Melisa masih menunduk saat Hanan mulai mendekat ke arahnya. Ardan yang melihat Melisa terus menunduk sedikit heran dengan sikap wanita yang baru saja menjadi istrinya itu."Selamat Mas, atas pernikahannya. Semoga Mas Ardan dan istrinya cepat dikaruniai momongan," ucap Hanan pada Ardan membuat hati Melisa berdenyut nyeri.Ardan sedikit tersentak mendengar ucapan Hanan, dia lupa kalau dia tidak menceritakan pada siapapun tentang kondisi Melisa yang sebenarnya. Dia juga tidak mengatakannya pada Widia, ibu kandung Ardan."Terima kasih, doanya," ucapnya menanggapi Hanan. "Oh iya, Mel. Kenalkan dia suami Dara." Ardan beralih berbicara pada Melisa.Melisa hanya diam tidak mampu mengangkat wajahnya, dia masih takut untuk bertemu Hanan. Dia juga takut jika Ardan sampai mengetahui kalau Hanan lah mantan suami Melisa."Mungkin, Kak Melisa malu jika berkenalan dengan orang baru," ucap Dara memecah keheningan karena Melisa tak kunjung mengangkat wajahnya dan berkenalan dengan Hanan.Hanan yang men
Pov Melisa Aku masih mematung setelah mendengar peringatan dari Mas Hanan. Sungguh aku tidak menyangka Mas Hanan akan berubah sedemikian rupa.Sosok yang dulu bisa membuatku jatuh cinta, kini telah berubah seiring berjalannya waktu. Aku seperti tak mengenali lagi sosok Mas Hanan yang dulu mampu membuatku menggilainya.Hatiku berdenyut nyeri kala Mas Hanan memperlakukanku dengan dingin, bahkan dia juga tidak mau mengakui bahwa kami dulu pernah menikah.Seolah semua yang kami lalui dulu adalah mimpi saja dan tidak pernah terjadi. Aku menyesal telah menghancurkan hidupku demi lelaki seperti Mas Hanan, ternyata dia tidak lebih dari seorang pengecut saja.Akan aku buktikan bahwa bukan hanya Mas Hanan saja yang bisa bahagia, aku pun juga bisa bahagia dengan pernikahanku dengan Mas Ardan.Aku tidak akan lagi mau menangisi masa laluku, aku akan hidup dengan bahagia tanpa mengingat lagi penyesalan yang selama ini membuatku menderita.Sudah cukup semua kesedihan yang telah aku tanggung selama
Hari ini adalah hari yang menurut Ratih sangat sial, niat hati ingin mengambil hati Widia atas pernikahan anak Widia, Ardan, kakak tiri dari menantunya. Tapi semua niatnya tidak jadi tercapai karena istri Ardan ternyata adalah mantan menantunya.Ratih tidak menyangka bahwa Melisa lah yang menjadi pengantin dari Ardan. Dia tidak mengira dunia sesempit ini, padahal belum lama ini dia baru saja bertemu dengan Melisa di sebuah pusat perbelanjaan."Ah, sial sekali aku hari ini. Baru saja bertemu dengan kakak Naya, tapi aku sudah bertemu dengan wanita tak berguna itu!" gerutu Ratih sambil menyesap minumannya.Ratih sedang duduk di pojok gedung sambil menikmati hidangan di acara pernikahan Melisa."Aku harus merencanakan sesuatu untuk kehancuran Melisa, dia tidak boleh lebih bahagia dari Hanan. Aku akan membuat kehidupan rumah tangga Melisa bagaikan di neraka. Aku akan membuatnya menyesal karena telah meninggalkan Hanan." Ratih masih terus bergumam sendiri.Ratih menatap sekeliling ruangan b
"Apa Jeng Widia tidak tertarik dengan apa yang aku ketahui tentang menantumu itu?" tambah Ratih lagi.Widia hanya mengernyitkan kening dengan apa yang ingin disampaikan oleh Ratih. Widia sangat hafal betul bagaimana sifat orang seperti Ratih ini. Di mata Widia, Ratih adalah wanita yang tamak dan gila harta. Hingga tidak perlu Widia hiraukan.Widia selalu enggan untuk sekedar berbincang dengan Ratih karena sudah mengetahui sifat Ratih yang sesungguhnya. Tapi Widia juga penasaran dengan menantunya itu, Widia belum terlalu mengenal Melisa, dia hanya mendengar cerita tentang Melisa dari Ardan.Sejauh yang Widia dengar dari Ardan, Melisa adalah wanita yang tepat untuk dijadikan pendamping putranya itu. Tapi Widia merasa kalau pernikahan yang diminta oleh anaknya itu terkesan buru-buru.Ada sesuatu yang mengganjal di hati Widia tentang Melisa, tapi Widia tidak mau membuat kebahagiaan putranya hancur. Widia sudah berjanji akan memberikan kebahagiaan untuk anak semata wayangnya itu.Semenjak
Sudah satu minggu sejak pernikahan anaknya, Widia menjadi semakin pendiam. Dia selalu mengawasi setiap gerak-gerik Melisa. Widia belum sempat menanyakan kebenaran tentang Melisa pada Ardan.Sejujurnya Widia ingin sekali menanyakannya pada Ardan, tapi melihat raut bahagia di wajah anaknya membuat Widia mengurungkan niatnya untuk bertanya pada anaknya itu.Widia ragu, apakah anaknya itu akan tetap mengembangkan senyumnya jika dia menanyakan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Widia takut jika Ardan terluka nanti.Selama hidupnya Ardan selalu menjadi anak yang baik bagi Widia, dia sekalipun tidak pernah mengeluhkan tentang ayahnya yang tidak lagi bersama dengan ibunya.Hati Widia kembali terasa nyeri mengingat bagaimana kehidupan rumah tangganya yang hancur karena sahabatnya sendiri yang menjadi duri dalam rumah tangganya.Rudi suami Widia bermain api dengan Mirna, sahabat yang sudah seperti saudara sendiri bagi Widia. Diam-diam Rudi dan Mirna menikah tanpa sepengetahuan Widia.Widia me