Sekuel Aku Tidak Mandul, Mas! Melisa wanita yang pernah menjadi istri kedua, selalu mendapat cap pelakor. Padahal dia sudah bertaubat, dia sudah melepaskan Hanan sang suami. Melisa memulai hidup baru kembali, tapi semua tidak berjalan mulus karena kehadiran orang-orang dari masa lalunya termasuk Ratih sang mertua, juga Naya, wanita yang telah Melisa sakiti.
Lihat lebih banyak"Oh, dia calon istri yang kau ceritakan, Ris?" ucap seseorang yang Melisa kenal memandangnya dengan tatapan sinis.
"Iya, Ham. Melisa kenalkan temanku, Irham. Dia temanku sewaktu kuliah dulu," ucap Aris mengenalkan Melisa pada sosok yang membuatnya takut.Melisa hanya menundukkan kepala tidak berani menatap wajah garang sosok tersebut. Dia benar-benar merasa ciut di hadapannya.Pandangan mata lelaki tersebut seolah mengintimidasi Melisa, menatap tajam hingga terasa ke dalam tulang-tulangnya.Melisa mengenal sosok tersebut, dia adalah kakak laki-laki Naya. Melisa bertemu dengannya hanya satu kali saja, tapi dia sudah sangat takut akan sosoknya.Padahal sudah empat tahun berlalu semenjak Melisa berpisah dengan Hanan, tapi dia masih mengingat sosok kakak Naya itu."Hai, kenapa diam saja, Mel?" tanya Aris pada Melisa yang hanya diam menunduk sedari tadi."Jangan paksa calon istrimu itu untuk berkenalan denganku, Ris. Dia sudah sangat mengenalku, jadi tidak perlu mengenalkan kami kembali," ucap sosok tersebut tajam.Irham menggeser kursi kosong dan mendudukinya. Mereka sedang berada di sebuah restoran, Aris meminta Melisa bertemu di restoran untuk membahas rencana pernikahan mereka.Aris pun nampak bingung dengan semua ucapan Irham, dia tidak mengerti maksud dari ucapan temannya itu."Apa maksudmu, Ham?" tanya Aris."Dari mana kamu mengenal wanita ini, Ris? Pasti kamu belum terlalu lama mengenalnya, kan?" tanya Irham sembari menopang tangannya di bawah dagu.Melisa merasa gugup, dia tidak pernah menyangka jika harus berada di posisi seperti ini."Aku memang baru mengenal Melisa, Ham. Tapi aku yakin Melisa wanita baik-baik, dia akan menjadi istri yang baik untukku," jawab Aris sembari menatap Melisa lembut."Hah ... berarti kamu tidak tahu bahwa dialah penyebab rumah tangga adikku hancur berantakan, Ris?" tanya Irham dengan senyum sinis."Apa maksudmu, Ham? Apa hubungan Melisa dengan hancurnya pernikahan adikmu?" tanya Aris ingin tahu.Sementara Melisa memejamkan mata meraba-raba kemana arah pembicaraan Irham dan juga calon suaminya itu. Tangan Melisa gemetar merasakan takut, sungguh dia ingin mengubur masa lalunya yang sangat kelam itu."Hahahaha ... pintar sekali calon istrimu menyembunyikan siapa dirinya dengan penampilannya itu ya, Ris," ejek Irham kepada Melisa."Jangan menghina calon istriku, Ham! Walaupun kamu temanku, aku tidak akan tinggal diam jika kamu menghinanya begitu saja dan tanpa alasan!" sahut Aris marah, dia tidak ingin ucapan Irham menyakiti calon istrinya."Aku tidak menghinanya, Ris. Tanyakan saja pada calon istrimu itu, apakah aku salah jika aku berbicara seperti itu? Ah, iya, mungkin aku lebih baik menyebutnya pelakor. Wanita yang tega merebut suami orang lain, wanita egois yang tega menghancurkan rumah tangga orang lain. Dialah calon istrimu itu, Ris!" ucap Irham dengan nada penuh amarah.Aris membulatkan mata terkejut dengan fakta yang disampaikan oleh Irham. Dia tidak menyangka kawan baiknya itu tega menfitnah calon istrinya."Apa yang kamu tuduhkan itu tidak benar, Ham. Tidak mungkin Melisa wanita seperti itu!" sanggah Aris tidak percaya dengan kata-kata Irham."Tanyakan saja pada calon istrimu itu, Ris. Aku pergi dulu, Ris. Semoga saja kamu bisa mendidiknya menjadi wanita yang lebih baik," ucap Irham sembari menepuk pundak Aris dan berlalu pergi.Melisa dan Aris pun terdiam, tidak ada yang mengeluarkan kata di antara mereka berdua. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing."A-pa itu benar, Mel? Apa yang dikatakan oleh Irham itu benar?" tanya Aris pada Melisa.Melisa tersentak kaget dengan pertanyaan Aris. Dia tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Terlalu sakit jika dia harus menjawabnya di saat dia sudah mengubur masa lalunya dalam-dalam.Melisa sudah tidak mau mengingat masa kelamnya, dia tidak mau kembali mengingat bagaimana jahatnya dia dulu. Melisa merasa membuat semua orang menderita karena keegoisannya yang terobsesi dengan Hanan."Jawab aku, Mel!" bentak Aris membuat Melisa terperanjat."I-ya, Mas," cicit Melisa lirih."Hah, tidak kusangka calon istriku ternyata seorang pelakor. Memang penampilan bisa saja menipu seseorang. Aku sungguh merasa tertipu dengan penampilan syar'imu itu, Mel. Kita batalkan saja rencana pernikahan kita, aku tidak mau mempunyai istri seorang pelakor!" Aris pun bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Melisa tanpa menoleh sedikit pun.Hati Melisa berdenyut nyeri merasakan sesak di dalam dada, tidak terasa air matanya mulai menetes membasahi pipi. Melisa segera berlari masuk ke dalam mobil. Dia tidak mau orang-orang melihatnya menangis menyedihkan.Dia tidak menyangka jika pilihannya untuk membuka hatinya dengan menerima lamaran Aris akan berakhir seperti ini.Melisa menangis tergugu di dalam mobil, merasakan sesak di dalam dada. Melisa merasakan sakit yang teramat dalam di saat dia akan mereguk hidup berumah tangga kembali, tapi harus dihempaskan, diingatkan kembali ke dasar penyesalan."Apakah aku tidak berhak untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya? Apakah karmaku masih akan tetap aku tanggung sampai akhir hayatku? Apakah sebutan pelakor masih akan tersemat di setiap langkah hidupku?" lirih Melisa dalam tangisnya.Sungguh Melisa merasa ingin mati saja jika tidak mengingat dosa. Dia sudah merasa teramat dosa dengan mencoba bunuh diri sewaktu dulu. Melisa tidak ingin mengulanginya lagi.Melisa sudah diberi kesempatan kedua untuk menebus semua dosa-dosa yang telah dia lakukan.Melisa selalu mencoba untuk berbuat baik agar semua dosa-dosanya sedikit berkurang. Tapi, masih tetap saja dia tidak bisa menahan sakitnya penyesalan yang teramat dalam."Maaf, saya tidak sengaja." Naya menunduk membantu seorang wanita yang sedang memungut barang belanjaannya yang berserakan."Tidak apa-apa, saya juga tidak melihat jalan dengan benar," sahut Dara, wanita yang ditabrak oleh Naya. Dia masih fokus mengumpulkan barang-barangnya yang jatuh.Setelah selesai mengumpulkan barang-barang tersebut, Naya menyerahkannya kepada Dara yang masih menunduk."Terima kasih banyak." Dara mendongak melihat Naya, netranya langsung membulat begitu melihat Naya lah yang ada di hadapannya. Bibir Dara seolah kelu, dari dulu dia ingin sekali bertemu dengan Naya, akhirnya setelah sekian lama, Dara diberi kesempatan untuk bertemu dengan Naya tanpa terduga-duga."Sama-sama," ucap Naya sembari tersenyum teduh. "Maaf, apakah ada yang terluka?" tanya Naya.Dara masih membeku, dia belum bisa berkata-kata karena terkejut melihat Naya. Dara masih mematung memandang Naya takjub."Maaf, apakah benar ada yang sakit? Kenapa Mbak diam saja?" tanya Naya lagi sembari menggoyang
"Hai, Mel. Apa kabarmu?" tanya Naya sembari tersenyum. Kemudian dia menunduk diam sejenak, kelopak matanya mulai mengembun, dirasakannya usapan lembut di punggungnya.Naya menoleh, melihat Alisa yang sudah beranjak remaja. Tidak terasa lima tahun berlalu begitu cepat sejak kepergian Melisa. Operasi pencangkokan jantung Alina berjalan dengan lancar, Alina sudah sehat kembali dengan jantung baru dari Melisa. Bahkan anak-anaknya sudah tumbuh dengan sehat.Naya dan juga keluarganya tidak bisa melupakan jasa Melisa, mereka rutin mengunjungi makam Melisa di setiap tanggal kepergiannya.Masih teringat dengan jelas betapa sedihnya mereka saat Melisa pergi untuk selamanya dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Alina. Sungguh jasa Melisa sangat berharga untuk semua orang, terlebih untuk Irham dan juga keluarganya.Bahkan Irham sempat menurunkan egonya untuk berterima kasih dan meminta maaf kepada Melisa, Naya yang menyaksikan adegan tersebut menangis terharu atas sikap Irham tersebut. Nay
"Apakah masih belum ada keputusan dari Bang Irham, Nay?" tanya Alan kepada Naya yang sedang bersiap untuk ke rumah sakit.Naya menggeleng lesu menanggapi pertanyaan sang suami. Abangnya itu sangat keras kepala. Padahal Melisa tidak punya waktu banyak, keadaannya sudah semakin memburuk. Jika Abangnya belum juga memberikan keputusan, Naya takut jika Melisa tidak bisa bertahan lagi dan Alina tidak mempunyai donor untuk jantungnya lagi.Sejak sadar pertama kali, Melisa sudah tidak pernah bangun lagi. Kehidupannya hanya bergantung pada alat-alat rumah sakit. Ardan masih ingin mempertahankan nyawa sang istri sampai Irham memberikan keputusannya.Ardan sudah rela jika sang istri memiliki keinginan untuk memberikan jantungnya pada Alina. Dia sudah ikhlas jika memang keinginan terakhir Melisa seperti itu."Kita tunggu saja, Nay. Mungkin Bang Irham masih bimbang," tambah Alan."Mau ditunggu sampai kapan, Mas? Bang Irham itu keras kepala, tidak tahu sampai kapan pikirannya itu akan berubah," sah
Ratih mengerjapkan matanya pelan, netranya bergerak ke sana kemari pelan. Memandang ruangan yang serba putih dengan aroma obat-obatan yang sangat kuat. Ratih melihat Dara yang tertidur dengan posisi membungkuk, tangan Ratih kaku ketika digerakkan untuk meraih Dara yang sedang tertidur di samping ranjangnya.Bibir Ratih bergerak tanpa suara memanggil Dara, tenggorokan Ratih terasa kering, dia ingin meminta minum pada Dara."Ra ... Da ... Ra," panggil Ratih dengan suara lirih.Dara tidak merespon panggilan Ratih, dia masih pulas tertidur. Dara kecapekan karena harus mondar mandir mengurus Ratih dan juga Hanan.Ratih pun menggerakkan tangannya dengan paksa untuk meraih Dara, walaupun tenaganya masih lemah, dia harus membangunkan Dara.Dara yang merasakan pergerakan Ratih akhirnya terbangun, "Ibu ... Ibu sudah bangun?" Dara segera bangkit dari duduknya dengan mata yang berbinar."Mi-num ...," lirih Ratih.Dara bergegas mengambilkan Ratih air putih dan membantu Ratih untuk meminumnya. Dara
"Apa? Apa maksudmu, Nay?" Irham meninggikan suaranya. Dia sedang berbicara dengan Naya di depan ruang rawat Alina."Bang, tolong jangan egois. Abang tahu sendiri kondisi Mbak Alina seperti apa. Sudah lama Mbak Alina belum juga menemukan donor untuk jantungnya, kini setelah ada yang mendonorkan jantungnya untuk Mbak Alina, kenapa Abang menolaknya mentah-mentah?"Naya sudah memberi tahu Irham tentang permintaan Melisa yang ingin mendonorkan jantungnya untuk Alina. Tetapi Irham terlihat menolak permintaan Melisa."Tapi kenapa harus jantung wanita pelakor itu, Nay? Kenapa tidak dari yang lain saja?" lirih Irham."Kita tidak punya pilihan lain, Bang. Jika saja kita masih mempunyai pilihan lain lagi, tentu Abang bisa memilih sesuka hati Abang," sahut Naya menatap sendu Irham."Aku tidak bisa, Nay. Aku tidak mau Alina memiliki bagian tubuh dari wanita itu. Aku tidak bisa menerimanya, hatiku tidak bisa, Nay." Irham masih bersikeras menolak.Naya menggelengkan kepala melihat sifat keras kepala
Tidak terasa sudah satu minggu semenjak Hanan meninggal, Melisa belum juga sadarkan diri. Ardan selalu berada di samping Melisa, dia tidak pernah meninggalkan Melisa barang sejenak.Naya juga mengunjungi Melisa setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Melisa walau hanya sebentar saja. Ardan dan juga Naya sudah tak lagi saling berkata tajam, mereka sudah saling bermaafan. Naya yang lebih dulu meminta maaf pada Ardan karena berbicara kasar padanya. Naya hanya ingin Ardan sadar tentang kesalahannya saja, dia tidak bermaksud melukai perasaan Ardan.Dan Ardan pun juga sebaliknya, dia juga meminta maaf atas perilaku tidak menyenangkan yang dilakukannya pada Naya.Hari ini Naya datang lagi menjenguk Melisa, tapi dia tidak sendirian. Alisa ikut bersama dengannya melihat kondisi Melisa. Naya pikir tidak mengapa jika Alisa ingin ikut dengannya, mungkin saja dengan kedatangan Alisa, Melisa bisa sadarkan diri.Naya sangat berharap Melisa bisa membuka matanya lagi. Dia ingin Meli
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen