Share

Insiden Dasi Jo Daniel

Seperti biasanya, Nara sibuk mempersiapkan keperluan Jo sebelum berangkat bekerja. Memilihkan kemeja, dasi, jas, dan jam tangan. Jo keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit di pinggangnya. Nara segera mengeringkan rambut Jo yang basah. Jo mengenakan kemeja putihnya.

"Pakaikan dasi ini" Jo menyerahkan dasi itu pada Nara. Jo jauh lebih tinggi dibanding Nara. Gadis itu kesulitan mengikat dasi Jo. Nara mengambil kursi rias. Ia naik ke atas kursi itu dan mulai memakaikan dasi untuk Jo.

"Hei apa yang kau lakukan! kau bisa terjatuh nanti"

"Tenang itu tidak akan terjadi tuan"

Nara selesai dengan dasi Jo. Saat akan turun dari kursi tiba-tiba ia tergelincir dan jatuh menimpa tubuh Jo. Badan Nara menindih sebelah lengan Jo hingga terkilir.

"Nara!" Jo berteriak kesakitan. Nara bergegas bangkit dan berdiri. Ia memandang Jo yang meringis menahan sakit.

"Tuan Jo kau tidak apa-apa?" Nara mengguncang bahu Jo.  

Ryan bergegas masuk ke dalam kamar Jo dan membantunya berdiri. Ryan segera memanggil dokter pribadi keluarga Jo yang juga sahabat Jo sendiri dokter Edward. Tak berapa lama dokter Edward datang dan memeriksa kondisi Jo. Nara cemas dan sedari tadi hanya berdiri diam di pinggir ranjang Jo. Sementara Ryan dan bibi Jang yang mengurusi semuanya. 

"Bagaimana dokter?" tanya Ryan pada dokter Edward.

"Bawa ke rumah sakit Yan, kita butuh pemeriksaan lanjutan, Apakah ada tulangnya yang retak atau tidak" kata dokter Edward. 

Nara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia merasa bersalah pada Jo karena sudah menimpanya dengan brutal. Ryan menyiapkan mobil, Jo di papah oleh dokter Edward keluar menuruni anak tangga menuju mobil. "Kau di rumah" kata Jo pada Nara. Nara mengangguk. 

"Semoga tidak parah lukanya" kata bibi Jang. 

"Bibi kakakku kenapa?" seorang gadis cantik berambut panjang datang mendekati bibi Jang. Gadis itu terlihat cemas. Ia adalah Marisa adik perempuan Jo Daniel. 

"Kakakmu sepertinya terjatuh dan mengalami cidera tulang. Marisa melirik Nara yang duduk di samping bibi Jang. Nara hanya terdiam, sepertinya Marisa menyalahkannya atas insiden yang menimpa kakaknya meski benar itu adalah kesalahannya. 

Nara berjalan menuju halaman belakang yang luas dan asri. Disana terlihat banyak tanaman hias yang terawat dengan baik. Seorang pelayan wanita mendekati Nara.

 "Anda disini nona?" sapa pelayan itu.

"Oh aku hanya mencari udara segar"

"Baik nona"

"Siapa nama mu?" tanya Nara pada pelayan itu. 

"Maya nona" 

"Maya sudah lama kau bekerja disini?" 

"Sudah lima tahun nona"

"Menurut mu orang seperti apa Jo Daniel itu?"

Maya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Nara. Ia tahu Nara pasti baru saja mengenal tuannya. Di rumah itu semua tahu cerita pernikahan Jo dan Nara yang terjadi karena calon istri Jo yang melarikan diri. 

"Tuan muda orang yang baik nona"

"Ah pasti kau takut padanya makanya kau bicara begitu. menurutku dia arogan dan egois, suka seenaknya sendiri dan membuatku marah!"

"Benarkah nona?"

"Iya benar sekali!" kata Nara berapi-api. 

Maya tersenyum lalu menyiram tanaman di halaman itu dengan hati-hati. "Nona tuan Jo memanggil anda" Ryan muncul dan meminta Nara segera naik ke kamar atas. 

"Apa dia baik-baik saja? bagaimana tangannya?"

"Lebih baik nona melihat sendiri kondisi tuan Jo" 

Pria ini sama menyebalkannya seperti majikannya, batin Nara. Jo terlihat tiduran di sofa di kamarnya. Lenganya di perban. Nara berdiri di dekat sofa, Jo membuka matanya yang terpejam dan menatap Nara jengkel. "Pernahkah kau melakukan sesuatu dengan benar?" tanya Jo sinis.

Nara terdiam, ini memang salahnya. Tapi pria itu juga salah, untuk apa ia meminta Nara melayaninya seperti istri sungguhan. 

"Ryan cancel semua meeting hari ini"

"Baik tuan" kata Ryan. Jo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ranjangnya. Ia beristirahat sembari merasakan ngilu di tangannya. 

_____

"Jadi dia terluka?" Tania menyimak cerita Nara dengan seksama. 

"Iya, dan tulang di tangannya ada yang cidera"

"Oh Nara, bagaiman kau bisa melukai si tampan itu?" kata Tania dramatis.

"Itu salah dia sendiri kenapa harus main rumah-rumahan dengan ku"

"Maksudnya apa?" tanya Tania heran. 

"Sudah ku bilang dia itu sinting menyuruh ku melayani keperluannya seperti asisten pribadinya"

Tania menghela nafasnya. Ia menepuk bahu Nara. "Oh ya kau sudah bertemu klien baru kita?"

"Belum, kenapa?" 

"Sedikit drama, ku rasa kau perlu menasehatinya dan memberi masukan tentang pesta pernikahan yang baik dan benar" kata Tania sambil tertawa. 

"Sial!" Nara melempar tisue kearah Tania yang berjalan pergi dari ruangannya. Ponsel Nara berbunyi, ada panggilan telepon dari Jo. Nara bergegas meraih ponselnya. "Kau segera pulang, Ryan akan menjemput mu"

"Tapi aku ...." Sambungan telepon di matikan. Nara meremas rambutnya yang tergerai indah. Ia gemas sekali dengan pria itu. Ryan sudah siap, ia terlihat berdiri di samping mobilnya. Ryan membukakan pintu mobil begitu melihat Nara berjalan ke arahnya. 

Nara hanya terdiam, melamun menatap jalanan kota dari balik kaca mobil. Ryan membelokan mobilnya di halaman luas rumah utama milik Jo. 

"Mari nona" Ryan kembali membuka pintu mobil untuk Nara. Nara berjalan malas menuju kamar Jo. 

"Ryan aku malas bertemu dengannya" Ryan hanya tersenyum dan membuka pintu kamar Jo. Nara menatap Jo yang terlihat asyik dengan ponselnya. 

Lihatlah dia benar sakit atau hanya mau mengerjaiku sebenarnya! batin Nara kesal. "Hey dari mana saja kau? suami sakit kenapa ditinggal pergi?" Jo meletakan ponselnya dan menatap Nara. 

"Maaf aku harus bertemu klien hari ini"

"Jadi apa klienmu itu lebih penting dari ku?"

"Tidak, kau lebih penting tuan" Nara berbicara tanpa ekspresi. Ia menyembunyikan sorot mata kesalnya di balik kaca mata minusnya. 

"Aku ingin mandi, kau bantu aku"

"Apa? tapi tuan..."

"Ini kesalahan mu kau menimpa ku sampai tanganku hampir patah karena menyangga beban tubuhmu, lalu apa aku harus meminta bibi Jang atau Ryan yang memandikan ku!"

"Baiklah" Nara lemas ia pasrah dengan kegilaan pria itu. Nara membantu Jo melepas pakaiannya dan menyiapkan bathup berisi air hangat. Jo berendam dan Nara menggosok punggung Jo yang putih. 

"Apa kau marah pada ku?"

"Tidak" jawab Nara sekenanya.

"Kenapa kau diam saja?"

"Saya hanya memikirkan pekerjaan"

Nara mengguyur pelan bahu Jo dengan air bersih. "Ceritakan tentang masa kecil mu aku ingin dengar" pinta Jo. 

"Apa? masa kecil saya?" Jo mengangguk pelan sambil tertawa. 

"Apa badan mu itu subur sejak dulu?" Jo tergelak ia senang dan puas jika bisa mengerjai Nara. Nara ingin membanting pria itu rasanya. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Nara hanya terdiam sembari meraih jubah mandi untuk Jo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status