Jo Daniel pria blasteran yang tampan dan terlihat sempurna sebagai CEO perusahaan terbesar di negaranya. Suatu hari ia menikahi wedding plannernya yang bertubuh gemuk bernama Nara Letitia Harahap. Calon istri Jo Daniel bernama Manuela melarikan diri di hari pernikahannya sehingga ia meminta Nara harus bertanggung jawab atas kekacauan itu, kalau tidak Jo Daniel akan menghancurkan usaha wedding orgenaizer milik Nara. Akhirnya mereka menikah secara kontrak dan akan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Tapi kenyataannya tumbuh perasaan cinta di hati keduanya. Apakah Jo Daniel akan mempertahankan Nara di sisinya atau ia akan kembali dengan Manuela. Selamat membaca.
view moreSeorang gadis bertubuh sedikit subur bernama Nara Letitia Harahap terlihat gesit dan lincah menemani kliennya untuk mencoba gaun pengantin di sebuah butik ternama milik desainer terbaik di kota itu.
Nara sabar meladeni ocehan Manuela wanita cantik yang akan menjadi calon pengantin dari CEO tampan bernama Jo Daniel.
"Bagaimana menurutmu? apa aku cantik dengan gaun ini?" tanya Manuela. Itu adalah gaun ke-enam yang di cobanya.
"Bagus sekali, kau terlihat ramping dan elegan ketika mengenakannya" jawab Nara. Manuela memang memiliki tubuh bak model internasional. Pantas saja jika CEO itu memperistrinya.
______
Jo Daniel terlihat turun dari mobil mewahnya, ia nampak tampan dengan stelan jas mahalnya dan kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya. Asistennya setia mengikuti berjalan di belakangnya.
"Yang benar saja, Manuela memilih WO ini untuk mengurus pernikahan kami?" tanya Jo Daniel heran. Memang WO yang dipilih Manuela bukanlah WO besar dan tidak terlalu terkenal.
"Benar tuan"
"Apa dia sudah gila?!"
Jo Daniel melangkah menuju ruang tunggu. Ia mengedarkan pandangannya menatap interior ruangan itu. Cukup lucu menurutnya dengan berbagai hiasan tidak penting terpajang di sebuah meja kerja. Yaitu meja kerja Nara.
"Dimana Manuela?" tanyanya tidak sabar.
"Sedang mencoba gaun pengantin tuan"
Jo Daniel melirik jam tangan mewahnya. waktunya sangat berharga untuk terbuang menunggu suatu hal yang tidak penting itu. Sejak awal ia sudah menekankan pada Manuela agar Ryan asistennya yang mengurusi semua termasuk memilih jasa WO terbaik.
"Yan apa nama Wo ini?"
"Y&J tuan"
"Aneh sekali, siapa pendirinya?"
"Nona Nara Harahap tuan"
Jo terdiam tidak sabar. Ia berdiri dari duduknya dan hampir melangkah pergi sampai di kejauhan terlihat wanita menjulang tinggi sempurna dan di sampingnya berjalan wanita bertubuh agak subur dengan kaca mata minus di wajahnya. Mereka adalah Manuela dan Nara yang telah kembali dari butik.
"Sayang, maaf kau menunggu lama" Manuela bergelayut di lengan Jo Daniel. Nara terdiam, ia sempat menatap pria itu dan diacuhkan. Kliennya kali ini bukanlah orang sembarangan.
"Saya Nara, wedding planner di si......"
"Itu tidak penting, sejauh mana persiapan pesta pernikahan?" tanya Jo Daniel dengan nada dingin dan angkuh.
Pria ini sungguh menyebalkan. Benar-benar tidak sopan memotong pembicaraan orang. Batin Nara kesal. "Sudah 70 persen tuan" jawab Nara.
"Ryan kau urusi semua, pastikan mereka tidak berbuat kesalahan fatal" kata Jo Daniel meremehkan sembari memandang Nara. Nara membenarkan letak kaca mata minusnya yang melorot.
"Apa yang perlu dibicarakan? aku harus pergi segera"
"Tuan hanya perlu mencoba jas pengantin yang sudah disiapkan desainer khusus" jawab Nara.
Jo Daniel mengikuti langkah Nara menuju sebuah ruangan. Ryan ikut serta di belakang. Sementara Manuela memilih menunggu di ruang tunggu untuk menikmati segelas jus dingin.
Ryan menenteng sebuah jas dari dalam ruangan tersebut. Ia memperlihatkan jas itu pada majikannya. "Tuan ini jas yang akan tuan kenakan di hari pernikahan nanti" kata Ryan.
"Kau bantu aku memakainya!" perintah Jo pada Nara.
Nara bergegas meletakan ponselnya di atas meja. Ia membuka bungkus jas mahal itu.
"Cepat bantu aku memakainya, kau tidak dengar?" Jo Daniel menunduk mendekatkan wajah nya pada Nara. Pria di hadapannya sungguh tampan. Nara sedikit nervous di buatnya.
Nara mengerti maksud klien gilanya itu. Ia mulai membantu melepas jas yang di kenakan Jo Daniel. Kemudian Jo Daniel melepas kemeja hitamnya. Terpampang tubuh sempurna di hadapan Nara. Nara salah tingkah dan mencoba berpaling tidak mau memandang tubuh Jo Daniel.
"Hahaha kenapa? kau nervous melihat ku telanjang dada? apa kau tidak memiliki kekasih?"
Nara tidak memperdulikan pria itu. Ia terdiam sembari memakaikan kemeja putih pada Jo Daniel lalu jas dan tuxsedo beserta dasi kupu-kupu. Nara merapikan kancing jas, Jo Daniel nampak berpaling. Ia malas menatap wajah Nara.
Selesai mencoba jasnya Jo Daniel dan asistennya Ryan bergegas meninggalkan kantor Y&J. Sementara Nara dan Manuela masih membahas persiapan yang lain. Untuk souvenir pernikahan akan ada tiga mobil mewah yang akan di undi untuk tamu yang hadir nanti.
Orang kaya memang sudah gila. Menikah saja menghamburkan banyak uang. Souvenir saja mobil mewah. Benar-benar sinting, pikir Nara.
Akhirnya Manuela pamit setelah dari pagi hingga sore ia berada di kantor Nara untuk membahas acara pesta pernikahannya dengan CEO kaya raya itu.
Jo Daniel berdiri di depan pintu apartemen Nara dan memencet bel dengan brutalnya. Nara yang tadinya tidak berniat membukakan pintu akhirnya mengalah juga dengan tingkah suaminya itu. Nara membiarkan rambut panjangnya tergerai, ia menyambar kaca mata minusnya lalu berjalan membuka pintu apartemennya. Terlihat Jo Daniel bersandar pinggiran pintu dan menatap Nara dengan lekat. ia mengepulkan asap rokok di hadapan Nara. "Mau apa?!" tanya Nara ketus. Jo tersenyum menyeringai sembari mematikan puntung rokoknya dengan menggenggam erat puntung rokok itu. "Jo hentikan! tangan mu bisa luka bakar!" kata Nara yang tidak habis pikir dengan tingkah Jo Daniel. "Kau tahu kalau hati ku terluka parah?!" tangan Jo meraih wajah Nara dengan lembut. Nara menepisnya dan memalingkan wajahnya. "Pergilah, aku mohon jangan mengganggu ku lagi, surat perpisahan kita akan aku kirim melalui Ryan" kata Nara yang semakin memancing amarah Jo Daniel. Jo memaksa masuk ke apartemen Nara dengan kasar ia mendo
Marisa menangis memeluk kakaknya. Ia patah hati karena merasa Edward juga mengkhianatinya. "Sudahlah hentikan tangisan mu itu. Bukan kah kakak sering bilang jangan dekati pria macam Edward!" "Huhuhu maaf aku tidak menghiraukan nasehat kak Jo" "Gadis nakal sekarang kau tahu kan rasanya patah hati?" Jo menahan getir di hatinya. Ia sendiri juga merasakan patah hati yang teramat dalam. Rasanya jiwanya terguncang. Barang kali sekarang ia sudah benar-benar gila. Ditinggal Nara adalah bencana baginya. Tapi melihat wanita itu bersama pria lain membuat darah Jo mendidih. Ia selalu tidak bisa berpikir jernih jika sudah menyangkut Nara. "Kakak sendiri bagaimana dengan kak Nara?" "Itu bukan urusan mu anak kecil" "Ryan antarkan Marisa ke kamarnya. Jangan lupa kunci pintu kamarnya dari luar, Pastikan dia tidak kabur mencari si brengsek Edward!" "Kakak untuk apa melakukan hal itu?! aku sudah benci padanya aku tidak akan lagi mencarinya. "Bagus, carilah pria muda setidaknya seusiamu untuk
Jo meneguk minuman di gelasnya lalu dengan emosi ia membanting gelas itu ke dinding. "Tuan saya mohon kendalikan diri anda" Ryan mencoba menyadarkan tuannya agar bisa waras kembali. Sejak kejadian pemukulan di rumah sakit Jo dan Edward kini sudah putus pertemanan. "Ryan apa kau tahu artinya di khianati oleh sahabat mu sendiri?!" "Tuan...." "Kenapa harus Nara? kenapa bajingan itu harus menyukai Naraku?" Jo menahan tangisnya. Sesungguhnya ia sangat merindukan Nara. Tapi kemarahannya dan rasa sakit karena di khianati membuatnya ingin membuang wanita itu jauh-jauh dari hidupnya. "Apa tuan ingin saya menyelidiki perihal nona dengan tuan Edward?" "Untuk apa kau mau menyelidiki lagi soal mereka?! Semua sudah jelas! Apa kau dungu Ryan?!" "Kalau begitu saya akan antar anda pulang, anda sudah mabuk" "Aku tidak mau pulang, jika aku pulang aku akan mengingat wanita itu. Wanita yang telah meembuaatku jadi hancur. Kenapa aku begitu menyukai wanita kejam itu? Apa kelebihannya Rya?!" Jo me
Nara merasakan sekujur tubuhnya sakit. Terutama di area selangkangan yang terasa perih sekali. Jo memeluknya dengan kuat seolah takut Nara akan meninggalkannya setelah apa yang ia lakukan pada Nara tadi. Jo tertidur di samping Nara. Air mata Nara mengalir, ia ingin pergi dari kehidupan Jo Daniel. Ia tidak ingin lagi mengenal pria itu.Pagi tiba, semburat sinar matahari menerobos masuk ke kamar Nara melalui kisi-kisi jendela balkon. Nara menyingkirkan tubuh Jo yang mnindihnyam. Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Nara menangis di bawah guyuran shower. Ia membersihkan dirinya dengan geram. Ia tidak mau aroma tubuh Jo tertinggal disana.Jo terbangun perlahan membuka matanya. Nara sudah tidak di sampingnya. Jo bergerak mencari jubah mandi milik Nara. Ia mandi di kamar mandi Nara. Jo mengingat betapa kejamnya ia pada Nara kemarin.Jo membenturkan pelan kepalanya ke dinding kamar mandi. Menyadari kesalahannya. Selesai mandi Jo bergegas keluar
Nara bergegas berangkat ke kantor Y&J begitu Jo Daniel berangkat dengan Ryan ke kantor. Nara mampir terlebih dulu ke coffe shop dekat kantornya. Ia membeli segelas latte dan sandwich mentimun. Ia menjalani program diet untuk menurunkan sekitar 5Kg. Ia ingin mencapai berat di bawah 50kg."Hai Nara...""Hai dokter Edward, kau disini?""Iya kebetulan saja aku baru bertemu seseorang. Apa kau sedang buru-buru?""Tidak nanti aku akan meeting dengan klien jam sembilan""Jika kau tidak keberatan apa kau mau sarapan bersamaku?""Oh tentu, ayo kita duduk disana" Nara menunjuk sebuah meja kosong. Ia sedikit terkejut kenapa Edward mengajaknya sarapan. Tapi ia tidak berpikir aneh karena toh Edward adalah teman Jo Daniel.Sementara di kantornya Jo sedang terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Ia baru saja selesai meeting untuk produk baru yang akan di luncurkan oleh perusahaan. Yaitu berupa mainan anak-anak. Jo tertarik sekali de
Marisa datang ke rumah sakit tepat jam makanan siang. Ia membawa bekal untuk dokter Edward. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Marisa langsung masuk ke ruang kerja dokter Edward. Di dalam ruangannya dokter Edward sedang berbicara dengan seorang perawat cantik bernama suster Tiffany. Edward terkejut ketika Marisa berdiri di hadapannya dengan wajah sedikit pucat. "Kak Ed aku sakit" kata Marisa dengan suara yang di buat-buat. Edward yang sudah terbiasa dengan tingkah Marisa pun tersenyum dan meminta suster Tiffany keluar dari ruangannya. Edward mendekati Marisa dan pura-pura memeriksa kondisi gadis itu. Ia memegang kening Marisa lalu menyentilnya dengan sedikit keras hingga gadis itu kesakitan. "Kakak kenapa kau malah menyakitiku bukan memeriksaku dengan stetoskop mu?" "Ada apa kau kemari?" Edward memasukan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya. "Jika kau bosan bermain mainlah dengan teman-temanmu" "Aku tidak enak b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments