Nara merasakan sekujur tubuhnya sakit. Terutama di area selangkangan yang terasa perih sekali. Jo memeluknya dengan kuat seolah takut Nara akan meninggalkannya setelah apa yang ia lakukan pada Nara tadi. Jo tertidur di samping Nara. Air mata Nara mengalir, ia ingin pergi dari kehidupan Jo Daniel. Ia tidak ingin lagi mengenal pria itu.
Pagi tiba, semburat sinar matahari menerobos masuk ke kamar Nara melalui kisi-kisi jendela balkon. Nara menyingkirkan tubuh Jo yang mnindihnyam. Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Nara menangis di bawah guyuran shower. Ia membersihkan dirinya dengan geram. Ia tidak mau aroma tubuh Jo tertinggal disana.
Jo terbangun perlahan membuka matanya. Nara sudah tidak di sampingnya. Jo bergerak mencari jubah mandi milik Nara. Ia mandi di kamar mandi Nara. Jo mengingat betapa kejamnya ia pada Nara kemarin.
Jo membenturkan pelan kepalanya ke dinding kamar mandi. Menyadari kesalahannya. Selesai mandi Jo bergegas keluar
Jo meneguk minuman di gelasnya lalu dengan emosi ia membanting gelas itu ke dinding. "Tuan saya mohon kendalikan diri anda" Ryan mencoba menyadarkan tuannya agar bisa waras kembali. Sejak kejadian pemukulan di rumah sakit Jo dan Edward kini sudah putus pertemanan. "Ryan apa kau tahu artinya di khianati oleh sahabat mu sendiri?!" "Tuan...." "Kenapa harus Nara? kenapa bajingan itu harus menyukai Naraku?" Jo menahan tangisnya. Sesungguhnya ia sangat merindukan Nara. Tapi kemarahannya dan rasa sakit karena di khianati membuatnya ingin membuang wanita itu jauh-jauh dari hidupnya. "Apa tuan ingin saya menyelidiki perihal nona dengan tuan Edward?" "Untuk apa kau mau menyelidiki lagi soal mereka?! Semua sudah jelas! Apa kau dungu Ryan?!" "Kalau begitu saya akan antar anda pulang, anda sudah mabuk" "Aku tidak mau pulang, jika aku pulang aku akan mengingat wanita itu. Wanita yang telah meembuaatku jadi hancur. Kenapa aku begitu menyukai wanita kejam itu? Apa kelebihannya Rya?!" Jo me
Marisa menangis memeluk kakaknya. Ia patah hati karena merasa Edward juga mengkhianatinya. "Sudahlah hentikan tangisan mu itu. Bukan kah kakak sering bilang jangan dekati pria macam Edward!" "Huhuhu maaf aku tidak menghiraukan nasehat kak Jo" "Gadis nakal sekarang kau tahu kan rasanya patah hati?" Jo menahan getir di hatinya. Ia sendiri juga merasakan patah hati yang teramat dalam. Rasanya jiwanya terguncang. Barang kali sekarang ia sudah benar-benar gila. Ditinggal Nara adalah bencana baginya. Tapi melihat wanita itu bersama pria lain membuat darah Jo mendidih. Ia selalu tidak bisa berpikir jernih jika sudah menyangkut Nara. "Kakak sendiri bagaimana dengan kak Nara?" "Itu bukan urusan mu anak kecil" "Ryan antarkan Marisa ke kamarnya. Jangan lupa kunci pintu kamarnya dari luar, Pastikan dia tidak kabur mencari si brengsek Edward!" "Kakak untuk apa melakukan hal itu?! aku sudah benci padanya aku tidak akan lagi mencarinya. "Bagus, carilah pria muda setidaknya seusiamu untuk
Jo Daniel berdiri di depan pintu apartemen Nara dan memencet bel dengan brutalnya. Nara yang tadinya tidak berniat membukakan pintu akhirnya mengalah juga dengan tingkah suaminya itu. Nara membiarkan rambut panjangnya tergerai, ia menyambar kaca mata minusnya lalu berjalan membuka pintu apartemennya. Terlihat Jo Daniel bersandar pinggiran pintu dan menatap Nara dengan lekat. ia mengepulkan asap rokok di hadapan Nara. "Mau apa?!" tanya Nara ketus. Jo tersenyum menyeringai sembari mematikan puntung rokoknya dengan menggenggam erat puntung rokok itu. "Jo hentikan! tangan mu bisa luka bakar!" kata Nara yang tidak habis pikir dengan tingkah Jo Daniel. "Kau tahu kalau hati ku terluka parah?!" tangan Jo meraih wajah Nara dengan lembut. Nara menepisnya dan memalingkan wajahnya. "Pergilah, aku mohon jangan mengganggu ku lagi, surat perpisahan kita akan aku kirim melalui Ryan" kata Nara yang semakin memancing amarah Jo Daniel. Jo memaksa masuk ke apartemen Nara dengan kasar ia mendo
Seorang gadis bertubuh sedikit subur bernama Nara Letitia Harahap terlihat gesit dan lincah menemani kliennya untuk mencoba gaun pengantin di sebuah butik ternama milik desainer terbaik di kota itu.Nara sabar meladeni ocehan Manuela wanita cantik yang akan menjadi calon pengantin dari CEO tampan bernama Jo Daniel."Bagaimana menurutmu? apa aku cantik dengan gaun ini?" tanya Manuela. Itu adalah gaun ke-enam yang di cobanya."Bagus sekali, kau terlihat ramping dan elegan ketika mengenakannya" jawab Nara.Manuela memang memiliki tubuh bak model internasional. Pantas saja jika CEO itu memperistrinya.______Jo Daniel terlihat turun dari mobil mewahnya, ia nampak tampan dengan stelan jas mahalnya dan kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya. Asistennya setia mengikuti berjalan di belakangnya."Yang benar saja, Manuela memilih WO ini untuk mengurus pernikahan kami?" tanya Jo Daniel heran.Memang WO yang di
Nara terlihat mendatangi perusahaan keluarga Jo Daniel.Ia sudah menunggu di ruang tunggu selama satu jam dan akhirnya pria itu menampakan batang hidungnya di hadapan Nara. "Ada apa?" tanya Jo Danil acuh sembari memainkan ponselnya. "Saya sudah menyiapkan susunan acara di pesta nanti, anda bisa memberikan Acc jika menyetujui susunan acara yang kami buat" "Ryan kau dengarkan dia bicara, aku harus meeting" "Baik tuan" "Mari nona ikut dengan saya" Nara terlihat jengkel dengan pria itu. Baru kali ini ia mendapat klien super menyebalkan seperti Jo Daniel dan Manuela. Nara terpaksa menerima mereka karena desakan dari orang tua Manuela. Orangtua Manuela dan ibu Nara berteman baik. "Maaf nona...." suara Ryan membuyarkan lamunan Nara. "Maaf tuan Ryan sudah berapa lama kau bekerja untuk tuan Jo Daniel?" "Sudah lama sekali nona, kenapa?" Ryan terlihat heran dengan pertanyaan Nara barusan.
Jo Daniel sudah siap dengan stelan jas pengantinnya. Ia nampak tampan dan gagah.Ryan menemaninya dengan setia berdiri di belakang tuannya.Nara sibuk mengatur persiapan. Ia membagi timnya untuk menangani di bagian katering, makeup, souvenir dan lainnya.Nara melihat jam tangannya, ia memperhatikan Manuela yang sedang dirias. Nara segera berganti pakaian dan merias wajahnya tipis-tipis. Matanya siaga mengawasi setiap detail dari pesta pernikahan itu.Tamu sudah banyak yang hadir. Kedua keluarga mempelai juga sudah siap.Jo menatap Nara dari kejauhan. Gadis itu terlihat lincah dengan tubuh berisinya.Nara terduduk di sebuah sofa dan melepas kacamata minusnya. Seseorang memperhatikan gerak geriknya. Wajah cantik Nara terlihat tanpa kaca mata minus yang selalu bertengger di hidungnya."Nara gawat!!" Tania salah satu timnya terlihat panik."Tania ada apa? apa ada masalah dengan gaun pengantin Manuela? atau makeupnya ter
Nara melepas gaun pengantinnya. Ia memakai kembali kaca mata minusnya."Nona tuan Jo ingin bicara dengan anda" kata Ryan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar rias. "Kau mengagetkan ku! baiklah akan ku temui dia" Nara pasrah ia tidak tahu skenario apa lagi yang sedang di buat Jo Daniel. Pria itu membuat hidupnya jungkir balik dalam waktu sekejap. Nara melirik cincin pernikahan di jari manisnya. C
Pagi sekali di rumah mewah Jo Daniel terlihat sibuk. Pelayan mengerjakan tugas masing-masing ada yang memasak, membersihkan rumah dan melayani tuannya.Nara berjalan menuju dapur. Seorang wanita paruh baya terlihat menatap Nara dengan mata sipitnya. Ia adalah bibi Jang kepala pelayan di rumah itu. "Nona muda kau tahu tugas mu?" tanya bibi Jang sedikit menyindir. Pagi itu Nara harus membantu mempersiapkan keperluan Jo Daniel sebelum ia berangkat ke kantor."Aku hanya mau mengambil segelas air putih bi" jawab Nara sambil berlalu. Ia menaiki anak tangga menuju kamar Jo Daniel. Kamarnya tidak di kunci. Nara tertegun menatap interior kamar itu sungguh mirip dengan hotel mewah di eropa.Terdengar suara gemericik air dari shower. Rupanya tuan muda itu sedang mandi, pikir Nara. Ia langsung menju ruangan tempat menyimpan stelan jas dan aksesoris yang biasa di kenakan Jo. Lagi-lagi Nara di buat tercengang dengan jajaran jas mahal dan kemeja d