Jo sudah siap dengan stelan jas, tuxedo dan dasi kupu-kupu yang terlihat elegan di lehernya. Ryan mengikuti langkah Jo menuju kamar Nara karena sedari tadi gadis itu tidak keluar juga. Bahkan ia tidak membantu Jo untuk bersiap.
"Nara! sedang apa kau di dalam kenapa lama sekali?" Jo mulai kesal ia mengetuk kasar pintu kamar Nara yang terkunci.
Pintu kamar Nara terbuka pelan. Jo terpana menatap Nara dengan gaun tertutup berwarna biru laut di padukan dengan anting panjang berwarna senada dengan gaunnya. Rambutnya dicepol rapi di belakang.
Nara terlihat canggung. Ia nampak kurang percaya diri dengan penampilannya. "Apa gaun ini bagus?" tanya Nara. "Gaunnya bagus, tapi kau terlihat jelek!" kata Jo ketus.
Nara sudah biasa dengan pria ceplas ceplos itu. Keduanya diantar Ryan menaiki mobil mewah Jo menuju kediaman orangtua Jo. Di pelataran sudah terparkir rapi mobil-mobil mewah, mereka adalah tamu undangan orangtua Jo yang kebanyakan dari kalangan pengusaha.
Ryan membuka pintu mobil untuk Jo dan Nara. Jo menekuk lengannya, pertanda Nara untuk menggamit lengan Jo. Nara melangkah anggun di sisi Jo. Tamu undangan memperhatikan tuan muda dan istrinya itu. Jo dan Nara memberi selamat pada papa dan mama.
"Nara kau cantik sekali" kata mama senang. Papa mengangguk setuju.
"Dia jelek sekali" kata Jo.
"Jo......." mama melirik Jo.
Pesta dansa di mulai, musik mengalun indah papa dan mama mulai berdansa romantis. Kemudian diikuti para tamu undangan yang juga ikut berdansa.
Papa mengajak Jo dan Nara untuk berdansa. Keduanya terasa canggung dan menolak ajakan papa. Papa mengulurkan tangannya pada Nara. Nara tersenyum dan menyambutnya. mama dan para tamu bertepuk tangan meriah.
Jo tersenyum ia terpana memandang papa dan Nara berdansa dengan indah. Lalu Jo turun ke lantai dansa dan mengulurkan tangan pada Nara.
Sekali lagi para tamu bertepuk tangan meriah. Jo dan Nara terlihat serasi meski tubuh Nara terlihat berisi tapi ia bisa berdansa dan terlihat elegan. "Apa aku sedang menggenggam pisang?" Jo berbisik di telinga Nara.
Nara yang kesal karena jarinya dikatai mirip pisang langsung meremas jemari Jo yang berada di genggamannya. Jo terlihat meringis menahan sakit. Ia lalu tersenyum kembali.
Dokter Edward dan Ryan memandangi pasangan itu dari kejauhan. "Ryan sepertinya tuanmu termakan sendiri dengan permainannya" kata Edward tersenyum. Ryan diam menatap tuannya yang sedang berdansa dengan wajah ceria. Memang tuan muda terlihat berbeda akhir-akhir ini, batin Ryan.
"Nara?" seorang pria tampan menyapa Nara seusai pesta dansa.
"Kau tidak ingat padaku?" pria itu mencoba mengingatkan Nara pada dirinya.
"Aku Nicolas Tan"
"Oh kau klienku bukan?"
"Aha benar sekali Nara. Aku tidak menyangka kita bertemu disini. Kau sudah menikah dengan tuan muda dari keluarga Jo?"
"Benar" kata Nara tersenyum. Di kejauhan Jo dan Ryan menatap sinis ke arah pria yang sedang bicara dengan Nara. Ryan mengawasi dengan seksama. akhir-akhir ini mood tuan mudanya sedang bagus. Dan jangan sampai pria itu merusak mood tuannya dengan membuat tuannya merasa cemburu.
"Siapa dia?" tanya Jo sambil menatap tajam ke arah Nara dan pria itu.
"Dia tuan Nicolas Tan, tuan. perusahaanya menjadi salah satu bagian dari perusahaan kita"
"Cari tahu tentang nya, dia berani mendekati mainan ku"
"Baik tuan" Ryan mengangguk menyetujui perintah tuannya.
Nara terlihat sedang meeting dengan timnya. Dua hari lagi akan ada penyelenggaraan pesta pernikahan dari salah satu klien Y&J. "Bagaimana persiapannya?" tanya Nara pada Tania."Oke sudah delapan puluh persen" kata Tania. "Oh ya pastikan pengantin perempuan tidak kabur lagi ya teman-teman" seloroh Tania hingga semua tertawa. Nara mencubit Tania. Tapi perkataan Tania benar juga jangan sampai pengantin perempuan kabur lagi karena tidak ada stok gadis di tim kerja Tania. Semua sudah menikah dan tidak bisa jadi pengganti apa lagi sampai di ajak nikah kontrak. Nara pergi makan siang dengan Tania di cafe dekat kantornya."Jo Daniel mencium mu?" Tania terlihat terkejut. Hingga ia tersedak minumannya. "Pelankan suaramu!" "Yang benar? apa ia sudah jatuh cinta pada mu?" "Jangan harap! dia sedang mabuk waktu mencium ku" "Owww aku kira kalian berdua terlibat cinta" "Jangan ngarang, aku men
Jo pulang larut malam, sebelum ke kamarnya ia sempat ke depan kamar Nara. Jo membuka handel pintu dan ternyata tidak di kunci.Jo menatap Nara yang tertidur pulas dengan piama pendeknya. Kulit kaki Nara yang mulus terlihat oleh Jo. Ia lalumengambil selimut dan menyelimuti Nara.Jo tidak sengaja menatap kalender di meja Nara. Rupanya Nara melingkari setiap tanggal dan menghitung perpisahan dengannya.Jo berjalan keluar kamar Nara. Ia menuju kamarnya dan duduk di sofa.Jo membayangkan perpisahannya dengan Nara nanti. Gadis itu tidak tahu apa-apa, sudah bagus ia mau menyelamatkan harga diri Jo di hadapan banyak orang dengan menggantikan posisi Manuela.Jo mandi di bawah guyuran shower. Selesai mandi ia bergegas mengenakan baju dan pergi ke kamar Nara. Ia merebahkan diri di samping Nara sembari memandang wajah Nara yang tertidur pulas.Apa kau sama sekali tidak tertarik dengan ku? batin Jo. Ia membelai rambut Na
Nara menghabiskan makan siangnya. Ia meminum es kopi latte kesukaannya."Kau terlihat lebih diam?" tanya Tania.Nara mengedikkan bahunya. Ia sedang malas bicara banyak. Bahkan hari ini ia tidak ingin bertemu klien manapun."Apa kau bertengkar lagi dengan Jo?""Tidak, dia malah jadi baik padaku""Bagus, kurasa dia memang menyukaimu Nara" kata Tania lagi."Manuela sudah kembali" Kata Nara pelan.Tania meletakkan sendoknya. Ia menatap Nara menunggu kelanjutan ucapan Nara."Kurasa ia akan kembali pada Jo Daniel dengan cara apapun""Apa Jo masih menyukai Manuela?""Kurasa tidak setelah Manuela mempermalukannya di hari itu. Jo bahkan tidak mau memandang wanita itu""Nara, apa kau sama sekali tidak tertarik pada Jo Daniel?"Nara terdiam dengan pertanyaan Tania. Ia sendiri bingung dengan perasaannya yang akhir-akhir ini sulit di kendalikan oleh akalnya."Jika kau memang ada perasaan pada
Dokter Edward terlihat keluar dari ruang operasi. Papa dan mama serta Nara segera mengerumuninya."Operasi sudah selesai pelurunya berhasil di keluarkan. Jo akan di pindahkan ke ruang rawat"Semua terlihat lega termasuk Nara. Edward memandang Nara yang terlihat sangat sedih dan cemas."Tenanglah dia tidak apa-apa" kata Edward mencoba menenangkan Nara"Nara mengangguk. Tak berapa lama perawat mendorong ranjang Jo menuju kamar rawat. Jo masih belum siuman karena pengaruh obat bius. Nara menatap wajah tampan yang tergolek di atas ranjang itu."Nara kau pulanglah dulu biar papa dan mama yang menjaga Jo""Tidak ma, papa dan mama yang beristirahat saja biar Nara menjaga Jo disini, lagipula ada dokter Edward juga"Jo membuka matanya, ia merasakan sakit di lengan atasnya. Ia mengedarkan pandangannya."Kau mencarinya?" suara dokter Edward mengejutkan Jo yang baru siuman."Dia aku suruh pulang, kasihan kelelahan menunggu d
Nara siap dengan baju santainya. Rambut ikal panjangnya diikat keatas sehingga terlihat lincah. Ia mengenakan topi koboi berwara krem terlihat serasi dengan bentuk wajahnya."Kau belum bersiap?" Nara menatap Jo Daniel yang masih berdiri di depan cermin dengan stelan kemeja hitam dan celana panjang hitam, sepatu pantofel dan jam tangan kulit berwarna coklat tua."Hei tuan, kita mau tamasya ke kebun binatang bukan mau meeting dengan kolega besar mu" Nara terkekeh melihat penampilan Jo."Memang apa yang salah dengan penampilan ku?""Ayo" Nara mendorong Jo duduk di atas kasur, ia pergi memilihkan baju untuk Jo. Nara menggeleng di lemari itu hanya tersimpan baju-baju formal.Nara menghubungi Ryan dan meminta tolong Ryan membelikan baju santai untuk Jo.Nara mengajak Jo tamasya ke kebun binatang karena Jo belum pernah ke tempat itu dan kebun binatang adalah tempat wisata yang paling Nara suka sejak kecil.Tak berapa la
Jo Daniel duduk di kursi kerjanya sembari menatap selembar foto dirinya dengan Nara. Foto itu diambil oleh Ryan sewaktu mereka bertamasya ke kebun binatang. Di foto itu Nara terlihat tertawa lepas, sementara Jo tersenyum lebar sembari menatap Nara."Ryan" Jo memanggil Ryan yang terlihat sibuk menyiapkan materi untuk meeting nanti."Ya tuan" Ryan berjalan mendekat ke arah meja kerja Jo. Ia berdiri terdiam menunggu Jo bicara. Ryan menatap selembar foto di tangan Jo. Ia ingat dirinya yang memberikan cetakan foto itu kemarin."Apa menurutmu dia menyukai ku?" Jo tersenyum tipis menatap wajah Nara dalam foto itu."Saya tidak tahu tuan, tapi kemungkinan itu ada""Begitu ya" Jo berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati jendela kaca. Ia memandang keluar, menatap jajaran gedung pencakar langit di hadapannya. Empat bulan ia bersama Nara dengan status suami istri meski itu hanya kontrak belaka."Maaf tuan, kenapa a
Nara sedang melakukan tugasnya mengikat dasi untuk Jo. "Pulanglah lebih awal aku akan mengajakmu makan malam" Jo meraih jasnya dan memakainya sendiri tanpa bantuan Nara. Kecanggungan masih terasa diantara mereka berdua sejak kejadian ciuman brutal Jo pada Nara. "Kenapa kau cuma diam?" Jo kesal karena Nara tidak menanggapi ajakannya. "Itu perintah dan aku harus menyetujuinya bukan?" kata Nara sambil berjalan keluar kamar Jo. Jo meraih lengan Nara dan menahan langkah istrinya itu. Nara berbalik mendongakan wajahnya dan menatap Jo. "Permisi tuan" Ryan tiba-tiba muncul dan mengganggu adegan cangggung itu. "Ada apa?" tanya Jo yang masih menatap lekat wajah Nara. "Ada nona Elisa menunggu anda" Jo memalingkan pandangannya dan menatap Ryan. Ia melepas lengan Nara yang di genggamnya. Nara bisa melihat perubahan mimik muka Jo. Sorot matanya terlihat berbeda. Jo berjalan cepat menuruni anak tangga. Pria itu berhenti memandang seorang wanita yan
"Apa kau bersedia tidur denganku?" kata-kata itu terngiang di telinga Nara hingga membuatnya tidak bisa memejamkan mata semalaman. Ucapan Jo Daniel bak bisikan setan yang menggoda imannya. Dia pikir aku wanita macam apa? dasar pria sialan! batin Nara kesal sambil memukul gulingnya. Jam menunjukan pukul 6 pagi, Nara bergegas bangun dari tidurnya dan mandi. Semalam ia baru bisa tertidur menjelang jam 3 pagi. Nara merias wajahnya dan mengenakan kacamata minusnya. Ia bergegas menuju meja makan untuk sarapan. Ia mengambil nasi goreng dan krupuk udang di piringnya. Nara makan dengan lahap hingga ia lupa dengan tugasnya setiap pagi. "Bagus kau mulai membangkang padaku" suara Jo mengagetkannya. Nara meletakkan sendok dan menepuk keningnya pelan. karena kesiangan ia lupa dengan rutinitas pagi meladeni kepentingan Jo Daniel. Di lihatnya Jo sudah rapi dengan stelan jasnya dan bibi Jang sedang melayani makan paginya. "Maaf aku buru-buru karena harus menangani