"Mmuuah, makasih sayang sudah memberikan untukku," bisik Mahardika dengan mencium pipi putih Arsyila. Arsyila masih nampak ngantuk karena begadang semalaman."Hmmm, ngantuk, Mas," ucap Arsyila nampak manja, dia bahkan menarik Mahardika untuk dia peluk."Hmmm, sekarang manja, ya?" Mahardika membalas dengan pelukan. Dia sendiri jadi malam untuk bangun. 'Untung di beri cuti 1 minggu sama ayah,' gumam Mahardika yang masih bisa di dengar oleh Arsyila. Arsyila membuka matanya, lalu melihat ke arah suaminya."Kita di beri cuti 1 minggu, mas? Lama banget," protes Arsyila membuat Mahardika mengernyitkan keningnya merasa bingung."Apakah kamu tidak suka?" tanya Mahardika heran."Bukannya tidak suka, tapi rasanya bahaya untuk kita." Mahardika merasa bingung."Kenapa bisa begitu?" Arsyila menarik napasnya dengan panjang mendengar pertanyaan dari suaminya."Apakah kita akan selalu melakukan seperti semalam?" Arsyila terlihat meringis mengucapkannya. Mendengar itu, Mahardika tersenyum gemas."Tent
Mahardika mengajak Arsyila ke Villa milik keluarganya. Arsyila nampak menikmati pemandangan selama perjalanan. Kali ini Mahardika sengaja tidak membawa supir, dia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama Arsyila.Arsyila membuka jendela mobilnya, dia melihat pemandangan yang nampak hijau dengan di kelilingi tumbuhan teh dan ada beberapa orang yang memetik teh di sana.Arsyila sendiri terlihat tersenyum kagum dengan pemandangannya.“Apakah kamu suka, Sayang?” tanya Mahardika begitu antusias“Sangat suka sekali, Mas,” jawab Arsyila sangat bahagia.Arsyila menyandarkan kepalanya pada pundak Mahardika membuat Mahardika memperlambat laju kendaraan mobilnya.“Makasih, Mas,” kata Arsyila sembari mengecup singkat pipi kiri Mahardika.“Yang kanan belum, Sayang,” ucap Mahardika penuh canda.“Nanti saja saat di Villa kita lanjut.” Dengan beraninya Arsyila berkata demikian. Mahardika tertawa merasa gemas dengan ucapan dari Arsyila.“Sekarang sudah berani, ya?” Arsyila dengan segera membungka
“Amira apa yang kamu lakukan?” gertak Fahri yang menemukan Amira dalam pengaruh alkohol bersama dengan beberapa teman cewek lainnya.“Sayang, kamu datang? Ayo kemarilah bergabung dengan kita,” ucap Amira separo dalam kesadarannya.“Ayo kita pulang,” ucap Fahri sangat marah. Inilah yang menjadi tugas beratnya dalam menghadapi Amira, bahkan setahu Fahri Amira tidak pernah minum alkohol sebelumnya.“Cowok kamu ganteng sekali, Mir, boleh enggak buat aku?” ucap salah satu teman Amira membuat Amira sedikit sadar.“Apa kamu bilang? Dia hanya milikku, aku sangat mencintainya,bahkan aku rela berjuang untuk mendapatkannya,” ucap Amira marah, bahkan Amira telah menggandeng tangan Fahri dengan agresif.“Santai cantik, bercanda saja,” ucap teman Amira tak ingin Amira marah.Fahri tak berkata lagi. Dia segera menggendong Amira untuk segera dia bawa pulang.Amira terlihat memukul-mukul punggung belakang Fahri karena memberontak, tetapi fahri tak menghiraukannya.Fahri segera membawa masuk Amira ke d
"Ini tidak boleh di biarkan, aku harus video call Fahri untuk memastikan jika mereka tidak sedang berbuat yang tidak benar," ucap Mahardika membuat Arsyila takut."Maksud aku bukan begitu, Mas. Maksud aku Amira tentunya akan di jaga oleh kak Fahri. Tahu sendiri bukan jika kak Fahri orang yang sangat bertanggung jawab dan tertib," kata Arsyila sembari menarik tangan Mahardika agar tidak menghubungi Fahri."Tapi, tetap saja aku tidak tenang." Mahardika segera menghubungi Fahri.Namun, sudah berkali-kali menghubungi Fahri, dia tak kunjung menjawab panggilannya."Mas, ini masih jam dua malam, tentu mereka masih nyenyak dalam tidurnya," kata Arsyila mencari alasan yang masuk akal agar suaminya bisa mengerti.Mahardika nampak mengacak rambutnya asal. Dia bingung sendiri. Ingin pulang juga tidak mungkin karena jarak villa dengan kota mereka cukup jauh, belum kagi ini momen honey moon untuk mereka."Tenanglah, percayalah pada kak Fahri," Arsyila mendekati suaminya, lalu mengelus dada Mahardik
Pagi harinya, Fahri lebih dahulu bangun.Fahri tersenyum saat melihat Amira tidur pulas dengan membawa kaos oblong miliknya yang terlihat kebesaran pada tubuh Amira."Hmmm," ucap Amira sembari menggerakkan tubuhnya hampir mengenai Fahri yang saat ini duduk di samping Amira yang berniat untuk membangunkannya."Mas," ucap Amira bersamaan dirinya mengucek mata agar lebih mudah melihat Fahri. Fahri terlihat hanya tersenyum.Tiba-tiba Amira memeluk Fahri begitu erat, entah apa yang Amira pikirkan sehingga Amira terlihat ketakutan."Kita sudah jadian kan mas?" tanya Amira seolah memastikan dengan apa yang telah terjadi semalam.Fahri membalas pelukan dari Amira, lalu melerai pelukannya dan membingkai wajah Amira serta merapikan rambut Amira yang berantakan."Iya, kita sudah jadian." Amira meneteskan air matanya saking terharunya. Dirinya merasa perjuangannya selama ini tidak sia-sia."Mas," ucap Amira lagi dan memeluk Fahri lagi. Fahri kini membalas pelukan Amira karena merasa jika Amira ga
Mahardika merasa kesal karena momen honey moon mereka harus diganggu oleh Amira dan Fahri yang tiba-tiba datang."Huh, kenapa datang enggak bilang-bilang?" tanya Mahardika dengan muka juteknya."Mas..." Arsyila nampak menenangkan sang suami. Tentu Arsyila paham sikap sang suami saat tidak mau di ganggu."Biasa,enggak kaget. Memang sikap kak Dika terkadang seperti itu," ucap Amira membuat Fahri tertawa. Tentu Amira dan Fahri paham bagaimana sikap Mahardika."Ganggu saja," umpat Mahardika semakin membuat Amira, Fahri dan Arsyila tertawa."Kenapa tertawa? Aku lagi marah lo ini," ucap Mahardika di buat sedingin mungkin wajahnya."Memang kita datang sengaja ingin mengganggu pengantin haru. Takut kakak terlalu menyiksa kak Arsyila," canda Amira dengan tertawa. Amira sendiri senang jika harus membuat Mahardika kesal."Kesel benar. Fah, ajari tu calon istri lo, jangan suka ganggu. Lagian lo juga di ajak jemput ke sini mau-mau aja," protes Mahardika sembari menoyor kening Fahri membuat Fahri m
“PANAS! Kerja itu yang becus!” Amira memandang Arsyila dengan tatapan dengki. “Lihat, gara-gara kamu, tanganku jadi merah ketumpahan air panas! Matamu ditaruh mana, sih?”"A-aku bisa jelaskan," ucap Arsyila dengan tubuh gemetar saat semua orang mengerubunginya."Apa? Apalagi yang ingin kamu jelaskan? Semua orang melihat, kamu sengaja nyiram teh panas itu ke tanganku, kan? Berani sekali karyawan sepertimu berbuat lancang!?" Amira ingin menampar pipi Arsyila, tapi tangan kanannya tidak kuasa menahan panas."Maaf, Non. Saya tidak sengaja. Sungguh, saya berani sumpah, saya tidak pernah bermaksud menyiram tangan Nona Amira.” Arsyila ingin memaki Amira, tapi dia sadar, dia hanya pegawai biasa yang beruntung bisa bekerja di sini karena ayah gadis sombong itu.Arsyila adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Dia bekerja di tempat Pak Handoko tak lain ayah dari Amira karena permintaan Pak Handoko sendiri karena mengetahui jika Arsyila ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang
“Terserah! Lebih baik aku pulang saja.” Arsyila bangkit dari duduknya dengan tergesa-gesa.“Tunggu!” cegah Kayla yang masih ingin melanjutkan ucapannya.“Semakin lama di sini, semakin membuatku emosi.” Arsyila pergi dan tak menghiraukan lagi ucapan dari Kayla.Sepanjang perjalanan, Arsyila masih mendengus kesal dengan kelakuan Amira.‘Ada gitu, ya, orang aneh kayak nenek lamper si Amira itu?’ monolog Arsyila sembari meremas-remas telapak tangannya sebagai pelampiasan perasaan marahnya.‘Dia yang merebut nampan, dia juga yang menyiram tangannya pakai air panas, kenapa jadi aku yang dimarahin?’ Dengusan rasa kesal masih terlihat jelas pada diri Arsyila.“Arsyila, kamu sudah pulang, Nak?” tanya Khotijah, ibu panti yang merawat Arsyila sejak masih bayi.Arsyila merasa kaget dengan sapaan dari Khotijah. Sejenak, Arsyila menata hatinya agar tidak terlihat sedang marah.“Iya, Ibu, Arsyila sedang tidak enak badan,” jawabnya bohong. Arsyila memang tidak ingin jika Khotijah mengetahui dirinya d