Tanpa Ardi percayai. Besok dia akan mulai bekerja di perusahaan ternama di indonesia. PT Harapan, PT yang termasuk perusahaan industri dan pangan yang cukup besar di indonesia.
Memiliki enam puluh cabang yang tersebar luas kepenjuru kota di indonesia. Salah satunya di Jogja tempat kelahiran Ardi sekarang. Seragam kerja langsung datang setelah mendapatkan kabar di terima di perusahaan tersebut, sorenya langsung di antar oleh kerabat Arifin yang menjabat sebagai ketua Cleaning Servis di sana.
"Mas Ardi nanti di tempatkan khusus loh mas?! Mas cuman membersihkan kantor CEO di sana, dan yah. Beruntungnya Mas Ardi, nanti mas bisa di kenal sama Ibu Lia."
Ardi terdiam untuk beberapa saat. 'Apa orang cacat seperti ku tidak masalah yah! Jika bekerja langsung di hadapan bossnya?!' batin Ardi kurang percaya diri.
"Mas?!" sahut kerabat Arifin sekali lagi.
"Eh iya, Mas."
"Jangan panggil mas terus mas Ardi. Saya oranganya kurang nyamanan jika di panggil mas."
"Lantas saya harus memanggil mas apa?" jawab Ardi kebingungan.
"Nama aja. Ilham, nama saya Ilham mas Ardi."
"Oh baiklah mas Ilham."
"Mending sih kalo ada namanya! Haha. Ya udah mas saya pamit, saya ada urusan di rumah. Dan yah libur kerja satu minggu satu hari, kata Arifin mas kalo jumat ada acara yah?!"
"Iya mas Ilham."
"Yaudah, nanti mas saya khususin liburnya untuk hari jumat aja, tapi hari minggu kerja lagi ya mas."
"Iya mas, sekali lagi saya berterima kasih mas."
"Iya sama-sama mas. Emang ini rejeki mas sendiri, mungkin perantaranya dari saya." Ilham segera pergi dari rumah Ardi.
Setelah mandi, Ardi sudah rapih dengan seragam baru yang kini ia pakai. Rehan di ajaknya untuk pergi ke tempat kerja, dia sudah menyampaikan perihal masalahnya memiliki seorang putra.
Ilham mengizinkan Ardi membawa anaknya ke tempat kerja, asal anaknya tidak rewel dan nurut ketika di tempat kerja. Dengan kecepatan sepeda yang di bawa sedang.
Ardi bersama Rehan, akhirnya sampai di tempat kerjanya. Dia menatap takjub gerbang perusahaan yang sangat besar.
'Apa kita boleh masuk?!' batin Ardi kebingungan, seorang satpam penjaga gerbang tiba-tiba membuka gerbang perusahaan. Satpam itu melambaikan tanganya tanda Ardi di persilahkan masuk.
"Rajin banget mas?!" sapa pak satpam ramah.
"Iya nih pak! Maklum saya baru."
"Oh baru, pantes kayaknya saya baru lihat. Silahkan mas masuk!?"
"Oh iya pak, nanti saya masuk lewat mana?" tanya Ardi penasaran.
"Mas entar lurus belok kanan, nah itu biasanya parkiran karyawan biasa. Mas nanti masuk lewat belakang aja enggak papa."
"Oh iya saya tugasnya khusus beresin ruangan Bu Lia. Tau ruanganya di mana?"
"Kalo itu saya kurang tau mas. Tugas saya cuman di sini, nanti kalo datang karyawan lain aja mas!? Mas nanti bisa langsung tanyakan."
"Oh yaudah. Sekali lagi saya terima kasih ya pak."
Ardi memberi isyarat kepada Rehan untuk menyalami pak satpam, dan bergegas pergi masuk ke dalam. Saat masuk dan melewati pintu gerbang. Ardi tidak henti-hentinya takjub dengan perusahaan tempat kerjanya sekarang.
Jarak antara gerbang depan dan pabrik, berjarak sekitar satu kilo meter. Di jalanan yang memisahkan ini, terdapat banyak bunga-bunga dan tanaman hias yang sengaja di rawat agar memperindah suasana.
Rehan beberapa kali bersuara, dia memberitahu ayahnya, jika dia melihat bunga yang indah. Dengan polosnya anak laki-laki ini meminta ijin kepada ayahnya mengambil satu bunga yang berada di pinggiran jalan.
Ardi yang takut jika nanti terjadi masalah, menasehati putranya dengan baik-baik. "De, bunga di sini sengaja di rawat. Kalo nanti adik ambil bunga di sini!? Nanti adik enggak boleh masuk lagi mau?"
Rehan yang takut mendengar pernyataan ayahnya, langsung memanyunkan bibirnya. Ardi sadar jika anaknya tidak bermaksud aneh, namun dia takut terkena masalah.
Setelah memarkirkan sepeda onthelnya di tempat paling pojok, Ardi menuntun Rehan, untuk duduk di area merokok yang terdapat bangku di sana. Dia memilih menunggu seseorang agar nanti dia bisa bertanya tugas apa nanti ia harus lakukan.
Setelah menunggu, sekitar lima belas menit. Seorang pria datang dengan mengendarai motor di sana. Ardi langsung berdiri, dan menyambut kedatanganya.
Dia menhulurkan tanganya untuk menyalami pria tersebut. "Mohon maaf mas. Saya pekerja Cleaning servis baru di sini! Dan tugas saya khusus merapihkan dan membersihkan ruangan Bu Lia."
Wajah pria itu berubah, setelah Ardi menyebutkan nama CEO seluruh pabrik PT. Harapan. "Waduh langsung dapat tugas berat ya mas."
"Apa mas?!" tanya Ardi penasaran, dia seakan mau mendengar ulang apa yang Pria di hadapanya ini katakan.
"Enggak papa. Nanti kita masuk sama-sama, adeknya nanti gimana ini? Anak kecil enggak boleh masuk ruangan kantor soalnya mas?!"
"Ada ruang istirahatnya kan nanti? Di sini ada kantin enggak mas? Saya sudah di izinkan membawa anak saya ke sini. Karena anak saya masih belum sekolah dan di rumah tidak ada yang ngurus."
"Cerai?!"
"Bukan mas." Ardi memantapkan hatinya. "Istri saya sudah tidak ada mas."
Pria itu terkejut dan meminta maaf jika karenanya, Ardi harus menyampaikan apa yang tidak ingin ia sampaikan.
"Enggak papa mas!"
"Tapi yang kuat yah nanti mas. Saya kasih tau rahasianya aja nih mas, rata-rata pekerja yang di bagian kantor Bu Lia. Hampir semuanya di DO ( Drop Out ) sama beliau. Semoga aja mas enggak."
Perasaan Ardi menjadi campur aduk setelah mendengar pernyataan tadi. Dia tidak percaya Mas Ilham, tidak mengabarinya tentang hal ini. Dia tiba-tiba gelisah dan takut, rasa percaya dirinya langsung menciut.
Tapi, saat melihat Rehan yang tengah bermain dengan bunga-bunga di tempat itu. Ardi kembai membulatkan tekadnya.
'Demi Rehan, aku enggak boleh putus asa dulu.'
Ardi lalu memanggil Rehan untuk ikut denganya masuk ke dalam, dan melihat-lihat di sana. Ardi di tunjukan ruangan istirahat dan loker khusus para pekerja, untuk menyimpan barang bawaan mereka. Dia juga akhirnya tahu, tempat CEO atau bosnya berada.
'Jadi nanti di sini, tempat saya harus bekerja.'
Setelah melihat-lihat di dalam kantor dan Pabrik, puluhan pekerja akhirnya berdatangan satu persatu. Mereka menaruh jempol mereka ke alat Finger untuk data absen kehadiran mereka.
Ardi membatu, karena semakin banyaknya pekerja yang berdatangan. Dia semakin bingung harus berbuat apa. Namun, Ilham tiba-tiba menariknya dan membawa Ardi menemui seseorang tanpa Ardi ketahui orang itu siapa.
Saat dia tiba-tiba harus masuk ke dalam ruangan yang sudah ia tandai tadi. Hatinya tiba-tiba kembali tidak siap untuk menemui orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Permisi Bu!?" sapa Ilham kepada seseorng yang ada di dalam ruangan.
"Iya, silahkan masuk."
Luas ruangan dan barang-barang mewah di dalam ruangan ini sedikit mengejutkan pikiran Ardi. Namun, merasakan adanya tatapan yang melihat ke arah dirinya. Ardi hanya bisa menundukan pandanganya ke lantai.
"Silahkan duduk! Itu, Pak Ilham Kakinya kenapa masnya?" tanya Lia, dengan nada yang mampu membuat jantung Ardi berpacu lebih kuat.
"Ini, katanya bekas kecelakaan saat kecil bu."
"Oh begitu. Yaudah, tolong dengarkan tugas mas kedepanya. Mas!? Tolong lihat wajah saya, saya enggak peduli jalan kamu seperti apa? Tapi, saat anda sudah bekerja dengan saya. Anda harus lihat dan dengarkan kata-kata saya dengan baik."
"Iya buk." jawab Ardi yang segera menegakkan wajahnya secara spontan karena takut. Saat kedua matanya bertemu, perasaan Ardi lansung tersentak. Karena paras Bosnya tidak biasa.
"Kenapa anda menatap saya seperti itu?!" bentak Lia."Maaf bu, saya hanya terpukau dengan kecantikan ibu.""Kau kira! Dengan berkata seperti itu aku nanti akan menyukaimu?! Sejujurnya tidak ada satu wanita normalpun yang mau dengan seorang lelaki, yang untuk berjalan saja kesusahan."Ilham memberikan sebuah isyarat untuk diam. Ardi akhirnya paham, kenapa banyak Cleaning cervis yang bekerja di ruangan CEO ini sering di ganti. Ardi menduga jika semua Cleaning Cervis itu di pecat tiba-tiba karena tuan mereka tidak suka.'Aku, lain kali harus berhati-hati.'"Ingat jangan bicara sembarangan, jika masih ingin bekerja di sini." Lia kembali mengingatkan dengan ancaman khasnya. Tatapan mendominasi Lia, sunghuh membuat Ardi ketakutan."Sekrang mulailah bekerja!? Pak Ilham anda boleh segera pergi dari ruangan ini.""Baik bu." jawab Ilham dengan langsung pergi meninggalkan k
"Supaya adik enggak marah lagi. Kakak harus apa?" Lia terus merayu, mencoba membujuk Rehan agar Rehan tidak menjauhinya."Kakak jangan marahi ayah lagi." jawab Rehan sambil berlari ke arah belakag kaki Ardi untuk bersembunyi. Meskipun dia masih kecil, perasaan malu pada orang lain bisa ia rasakan. Dia sangat takut meminta sesuatu dari orang yang baru ia kenali."Iya.. Kakak janji enggak akan marahin ayahmu lagi." Lia mengulurkan jari kelingkingnya, sebagai tanda jika Lia menyetujui permintaan Rehan. Ardi, membimbing Rehan untuk menerima ikrar janji keduanya.Setelah saling mengaitkan jari kelingking, akhirnya Rehan mau menerima eskrim pembelian Lia. Ardi lalu ijin untuk pamit, agar memikirkan kesalahanya hari ini, dan di kemudian hari dia tidak melakukan kesalahan lain lagi.Setelah Lia kembali masuk ke ruanganya. Pandagan mata, yang sedari tadi iri dengan sikap Lia terhadap putra Ardi, ada yang berpikir besok
Jam menunjukan pukul 00:21 WIB. Ardi beranjak dari tidurnya, dia pergi ke kamar mandi mengambil air untuk berwhudu dan sholat tahajud. Di tengah sujud terakhir, Ardi memperpanjang waktu sujudnya.Dia menangis dan bersimpuh pasrah akan hidupnya. 'Sesungguhnya ibadahku, dan sujudku, hidupku, serya matiku hanya untuk mu ya Tuhan. Maafkanlah hamba yang lemah akan semua cobaan yang telah kau beri. Kuatkanlah hambah untuk lebih pasrah dan berserah diri.'Di pengakhir doanya dia mendoakan masa depan Rehan, agar lebih baik. Ardi yakin, suatu saat nanti. Hidup Rehan pasti akan berbeda dengan dirinya.................Di pagi hari, seperti biasa Ardi datang paling pertama di tempat kerja. Dia membersihkan semua ruangan atas dan bawah, dengan telaten dan sabar."Kenapa kamu mengerjakan semuanya sendirian?" Lia yang tiba-tiba datang pagi, terkejut dengan
Lia menelvon ke Ardi, setelah mendapatkan kabar jika Ilham mengalami kecelakaan. Setelah sadar, Dia langsung menceritakan kesalahanya dan ingin bertemu dengan Ardi untuk meminta maaf.Lia menanyakan prihal kebencianya kepada Ardi dengan alasan apa? Padahal dia sendiri yang merekomendasikanya. Ilham bercerita dia dan rekan-rekan kerjanya yang lain, sangat iri dengan kedekata Ardi dengannya.Setelah memahami situasi, Lia pergi duduk di ruang tunggu. Dia juga merasa aneh dengan sosok Ardi, biasanya dia akan bersikap sangat dingin kepada seorang pria. Namun, bukan hanya Rehan saja yang membuat hatinya suka.Sosok Ardi pun mampu membuatnya cukup nyaman, karena dia tidak seperti lelaki kebanyakan. Hampir semua lelaki yang mendekati Lia, pasti akan berpikiran buruk terhadapnya.Banyak dari mereka yang hanya memandang harta miliknya saja. Jika seorang lelaki itu tau sosok asli Lia, pasti mereka akan berpura-pura sok peduli dan perhatian. Itulah kenapa Lia merasa risi
Ketika jam menunjukan 06:34 WIB, Ardi telah sampai di perusahaan. Di sana, Lia juga sampai dan mengajak Ardi serta anaknya untuk ikut ke rumah sakit. Lia memberikan sebuah kejutan kepada Rehan."Adik, tutup mata dulu! Satu.. Dua.. Tiga.." saat Rehan membuka kedua matanya, dia tersenyum puas. Tanpa rasa malu, Rehan langsung memeluk tubuh Lia dengan tiba-tiba.Ardi yang melihat itu panik, dia segera menasehati putranya."Nak.. Jangan kayak gitu.." belum selesai Ardi berkata Lia segera memotongnya."Udah, biarin aja. Rehan mau duduk di mana? Di depan sama kakak! Atau di belakang sama ayah?""Sama kakak." dengan antusias, Lia segera membukakan pintu. Rehan sudah merasa sangat akrab dengan Lia, dia sudah merasa bahwa Lia bukanlah orang asing baginya.Rehan terus bertanya di setiap jalan, dengan riang. Namun, Lia justru merasa lebih senang dan nyaman dengan suasana ini. Beda dengn Ardi yang melihat dari belakang, dia justru merasa kurang nyaman. Dia mer
Lia terus memasang wajah kesal di dalam mobil. Setelah kedatangan Joong Won, Lia langsung pergi ke asal masalah kemarin. Dia mendatangi rumah ibunya yang kini menikah dengan lelaki selingkuhanya.Ayah Lia sangat ketat dengan agama. Dulu ibu Lia, sering di tampar oleh almarhum ayahnya. Lia yang dulu tidak memahami situasi, akhirnya sangat benci dengan ayahnya yang hanya memikirkan masjid dan yayasan Madrasah yang ayahnya kelola.Tapi setelah ibu Lia tiba-tiba kabur dari rumah, dan menikah dengan selingkuhanya. Lia akhirnya sadar jika yang selama ini ayahnya lakukan itu ternyata benar.Almarhum ayah Lia, sudah mengetahui istrinya yang sudah berbuat serong dengan laki-laki lain. Dia memarahi ibunya karena kasian dengan Lia yang masih kecil, sudah beberapa kali ayahnya, meminta ibu Lia untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang itu dengan bahasa yang cukup baik.Bahkan almarhum ayahnya berjanji akan menceraikanya,
Lia tiba-tiba pingsan saat Ardi memanggilnya. Ardi yang panik segera berlari ke arahnya, dia langsung membawa Lia ke ruanganya di temani Rehan dan supir pribadi Lia.Dengan telaten, Ardi mengompres kenig Lia. "Pak.. Boleh aku meminta bantuamu?""Apa itu mas?""Toong belikan bubur untuk Bu Lia.""Baiklah."Supir pribadi Lia segera beranjak dan mencari bubur untuk atasanya. "Nak! Temani bu Lia dulu yah.. Ayah mau ngambil air." Rehan lalu duduk di samping Lia dan menggenggam telapak tangan Lia dengan perhatian."Kakak sakit yah kok badan kakak sangat panas!""Kakak enggak apa-apa. Adik jangan sedih ya." dengan suara lirih, setelah tersadar Lia membalas dekapan tangan Rehan."Nanti Lehan enggak nakal lagi." saat Ardi sakit, jika Rehan berjanji. Dia akan berubah, seketika besoknya Ardi pasti akan sembuh. Rehan, berpikir jika ia meminta maaf dan berjanj
Seperti biasa Ardi dan Rehan sudah siap untuk berangkat ke tempat kerja. Hari ini Ardi tidak membuat makanan untuk sarapan. Kali ini, dia mau makan di rumah makan saja. Sudah satu bulan Ardi bekerja dan pagi ini dia baru menerima gaji.Senang dan bahagia rasanya, Ardi sangat bersyukur dengan apa yang ia terima hari ini. Setelah selesai bekerja dia akan membeli banyak coklat dan balon untuk anak panti.Selesai makan, Ardi langsung mengajak Rehan untuk pergi, di tengah jalan saat dia menjawab puluhan permintaan dari Rehan. Dia melihat ada seseorang yang tengah bercengkrama di kafe yang sebenarnya baru di buka.Dia sedikit penasaran karena di sana ada orang yang sangat tidak asing baginya. Setelah beberapa menit melihat, dia sadar jika itu salah satu pegawai kantor di perusahaanya. Dia bercengkerama dengan orang yang juga Ardi kenali, dia adalah pria korea yang kenal dengan bossnya yaitu Joong Won."Ayah! Ada apa kok berhenti?""Tidak apa-apa, ayok jalan l