Share

Bab 03

Tanpa Ardi percayai. Besok dia akan mulai bekerja di perusahaan ternama di indonesia. PT Harapan, PT yang termasuk perusahaan industri dan pangan yang cukup besar di indonesia.

Memiliki enam puluh cabang yang tersebar luas kepenjuru kota di indonesia. Salah satunya di Jogja tempat kelahiran Ardi sekarang. Seragam kerja langsung datang setelah mendapatkan kabar di terima di perusahaan tersebut, sorenya langsung di antar oleh kerabat Arifin yang menjabat sebagai ketua Cleaning Servis di sana.

"Mas Ardi nanti di tempatkan khusus loh mas?! Mas cuman membersihkan kantor CEO di sana, dan yah. Beruntungnya Mas Ardi, nanti mas bisa di kenal sama Ibu Lia."

Ardi terdiam untuk beberapa saat. 'Apa orang cacat seperti ku tidak masalah yah! Jika bekerja langsung di hadapan bossnya?!' batin Ardi kurang percaya diri.

"Mas?!" sahut kerabat Arifin sekali lagi.

"Eh iya, Mas."

"Jangan panggil mas terus mas Ardi. Saya oranganya kurang nyamanan jika di panggil mas."

"Lantas saya harus memanggil mas apa?" jawab Ardi kebingungan.

"Nama aja. Ilham, nama saya Ilham mas Ardi."

"Oh baiklah mas Ilham."

"Mending sih kalo ada namanya! Haha. Ya udah mas saya pamit, saya ada urusan di rumah. Dan yah libur kerja satu minggu satu hari, kata Arifin mas kalo jumat ada acara yah?!"

"Iya mas Ilham."

"Yaudah, nanti mas saya khususin liburnya untuk hari jumat aja, tapi hari minggu kerja lagi ya mas."

"Iya mas, sekali lagi saya berterima kasih mas."

"Iya sama-sama mas. Emang ini rejeki mas sendiri, mungkin perantaranya dari saya." Ilham segera pergi dari rumah Ardi.

Setelah mandi, Ardi sudah rapih dengan seragam baru yang kini ia pakai. Rehan di ajaknya untuk pergi ke tempat kerja, dia sudah menyampaikan perihal masalahnya memiliki seorang putra.

Ilham mengizinkan Ardi membawa anaknya ke tempat kerja, asal anaknya tidak rewel dan nurut ketika di tempat kerja. Dengan kecepatan sepeda yang di bawa sedang.

Ardi bersama Rehan, akhirnya sampai di tempat kerjanya. Dia menatap takjub gerbang perusahaan yang sangat besar.

'Apa kita boleh masuk?!' batin Ardi kebingungan, seorang satpam penjaga gerbang tiba-tiba membuka gerbang perusahaan. Satpam itu melambaikan tanganya tanda Ardi di persilahkan masuk.

"Rajin banget mas?!" sapa pak satpam ramah.

"Iya nih pak! Maklum saya baru."

"Oh baru, pantes kayaknya saya baru lihat. Silahkan mas masuk!?"

"Oh iya pak, nanti saya masuk lewat mana?" tanya Ardi penasaran.

"Mas entar lurus belok kanan, nah itu biasanya parkiran karyawan biasa. Mas nanti masuk lewat belakang aja enggak papa."

"Oh iya saya tugasnya khusus beresin ruangan Bu Lia. Tau ruanganya di mana?"

"Kalo itu saya kurang tau mas. Tugas saya cuman di sini, nanti kalo datang karyawan lain aja mas!? Mas nanti bisa langsung tanyakan."

"Oh yaudah. Sekali lagi saya terima kasih ya pak."

Ardi memberi isyarat kepada Rehan untuk menyalami pak satpam, dan bergegas pergi masuk ke dalam. Saat masuk dan melewati pintu gerbang. Ardi tidak henti-hentinya takjub dengan perusahaan tempat kerjanya sekarang.

Jarak antara gerbang depan dan pabrik, berjarak sekitar satu kilo meter. Di jalanan yang memisahkan ini, terdapat banyak bunga-bunga dan tanaman hias yang sengaja di rawat agar memperindah suasana.

Rehan beberapa kali bersuara, dia memberitahu ayahnya, jika dia melihat bunga yang indah. Dengan polosnya anak laki-laki ini meminta ijin kepada ayahnya mengambil satu bunga yang berada di pinggiran jalan.

Ardi yang takut jika nanti terjadi masalah, menasehati putranya dengan baik-baik. "De, bunga di sini sengaja di rawat. Kalo nanti adik ambil bunga di sini!? Nanti adik enggak boleh masuk lagi mau?"

Rehan yang takut mendengar pernyataan ayahnya, langsung memanyunkan bibirnya. Ardi sadar jika anaknya tidak bermaksud aneh, namun dia takut terkena masalah.

Setelah memarkirkan sepeda onthelnya di tempat paling pojok, Ardi menuntun Rehan, untuk duduk di area merokok yang terdapat bangku di sana. Dia memilih menunggu seseorang agar nanti dia bisa bertanya tugas apa nanti ia harus lakukan.

Setelah menunggu, sekitar lima belas menit. Seorang pria datang dengan mengendarai motor di sana. Ardi langsung berdiri, dan menyambut kedatanganya.

Dia menhulurkan tanganya untuk menyalami pria tersebut. "Mohon maaf mas. Saya pekerja Cleaning servis baru di sini! Dan tugas saya khusus merapihkan dan membersihkan ruangan Bu Lia."

Wajah pria itu berubah, setelah Ardi menyebutkan nama CEO seluruh pabrik PT. Harapan. "Waduh langsung dapat tugas berat ya mas."

"Apa mas?!" tanya Ardi penasaran, dia seakan mau mendengar ulang apa yang Pria di hadapanya ini katakan.

"Enggak papa. Nanti kita masuk sama-sama, adeknya nanti gimana ini? Anak kecil enggak boleh masuk ruangan kantor soalnya mas?!"

"Ada ruang istirahatnya kan nanti? Di sini ada kantin enggak mas? Saya sudah di izinkan membawa anak saya ke sini. Karena anak saya masih belum sekolah dan di rumah tidak ada yang ngurus."

"Cerai?!"

"Bukan mas." Ardi memantapkan hatinya. "Istri saya sudah tidak ada mas."

Pria itu terkejut dan meminta maaf jika karenanya, Ardi harus menyampaikan apa yang tidak ingin ia sampaikan.

"Enggak papa mas!"

"Tapi yang kuat yah nanti mas. Saya kasih tau rahasianya aja nih mas, rata-rata pekerja yang di bagian kantor Bu Lia. Hampir semuanya di DO ( Drop Out ) sama beliau. Semoga aja mas enggak."

Perasaan Ardi menjadi campur aduk setelah mendengar pernyataan tadi. Dia tidak percaya Mas Ilham, tidak mengabarinya tentang hal ini. Dia tiba-tiba gelisah dan takut, rasa percaya dirinya langsung menciut.

Tapi, saat melihat Rehan yang tengah bermain dengan bunga-bunga di tempat itu. Ardi kembai membulatkan tekadnya.

'Demi Rehan, aku enggak boleh putus asa dulu.'

Ardi lalu memanggil Rehan untuk ikut denganya masuk ke dalam, dan melihat-lihat di sana. Ardi di tunjukan ruangan istirahat dan loker khusus para pekerja, untuk menyimpan barang bawaan mereka. Dia juga akhirnya tahu, tempat CEO atau bosnya berada.

'Jadi nanti di sini, tempat saya harus bekerja.'

Setelah melihat-lihat di dalam kantor dan Pabrik, puluhan pekerja akhirnya berdatangan satu persatu. Mereka menaruh jempol mereka ke alat Finger untuk data absen kehadiran mereka.

Ardi membatu, karena semakin banyaknya pekerja yang berdatangan. Dia semakin bingung harus berbuat apa. Namun, Ilham tiba-tiba menariknya dan membawa Ardi menemui seseorang tanpa Ardi ketahui orang itu siapa.

Saat dia tiba-tiba harus masuk ke dalam ruangan yang sudah ia tandai tadi. Hatinya tiba-tiba kembali tidak siap untuk menemui orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Permisi Bu!?" sapa Ilham kepada seseorng yang ada di dalam ruangan.

"Iya, silahkan masuk."

Luas ruangan dan barang-barang mewah di dalam ruangan ini sedikit mengejutkan pikiran Ardi. Namun, merasakan adanya tatapan yang melihat ke arah dirinya. Ardi hanya bisa menundukan pandanganya ke lantai.

"Silahkan duduk! Itu, Pak Ilham Kakinya kenapa masnya?" tanya Lia, dengan nada yang mampu membuat jantung Ardi berpacu lebih kuat.

"Ini, katanya bekas kecelakaan saat kecil bu."

"Oh begitu. Yaudah, tolong dengarkan tugas mas kedepanya. Mas!? Tolong lihat wajah saya, saya enggak peduli jalan kamu seperti apa? Tapi, saat anda sudah bekerja dengan saya. Anda harus lihat dan dengarkan kata-kata saya dengan baik."

"Iya buk." jawab Ardi yang segera menegakkan wajahnya secara spontan karena takut. Saat kedua matanya bertemu, perasaan Ardi lansung tersentak. Karena paras Bosnya tidak biasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status