Share

Bab 04

"Kenapa anda menatap saya seperti itu?!" bentak Lia.

"Maaf bu, saya hanya terpukau dengan kecantikan ibu."

"Kau kira! Dengan berkata seperti itu aku nanti akan menyukaimu?! Sejujurnya tidak ada satu wanita normalpun yang mau dengan seorang lelaki, yang untuk berjalan saja kesusahan."

Ilham memberikan sebuah isyarat untuk diam. Ardi akhirnya paham, kenapa banyak Cleaning cervis yang bekerja di ruangan CEO ini sering di ganti. Ardi menduga jika semua Cleaning Cervis itu di pecat tiba-tiba karena tuan mereka tidak suka.

'Aku, lain kali harus berhati-hati.'

"Ingat jangan bicara sembarangan, jika masih ingin bekerja di sini." Lia kembali mengingatkan dengan ancaman khasnya. Tatapan mendominasi Lia, sunghuh membuat Ardi ketakutan.

"Sekrang mulailah bekerja!? Pak Ilham anda boleh segera pergi dari ruangan ini."

"Baik bu." jawab Ilham dengan langsung pergi meninggalkan keduanya.

"Pak Ardi. Rapikan dan bersihkan meja saya!?"

"Baik bu." dengan tergopoh-gopoh Ardi segera beranjak dari tempat duduknya. Perasaanya semakin aneh, setelah percakapan kecil tadi. Ardi menundukan pandanganya saat pemilik peruhaanya itu lewat di hadapanya da pergi.

Ardi mendesah pelan, mengeluarkan pikiran negatifnya. 'Aku harus bisa sabar untuk menjalankan ini semua.' batin Ardi.

................

Setelah Lia mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir. Di tengah jalan, dia tiba-tiba mengerem mobilnya secara mendadak.

'Anak kecil siapa ini?!' batin Lia panik. Dia segera turun dan menghampiri anak kecil yang tengah memeluk seekor anak kucing.

"Adik kenapa main di tengah jalan bahaya!?" tegur Lia, namun dengan nada lembut karena dia sangat sayang kepada anak kecil. Para pekerja yang sadar jika itu Bos mereka, segera menghampiri anak kecil tersebut dan hendak membawanya agar tidak mengganggu bos mereka.

"Sudah biarkan anak ini bersamaku dulu!? Adik enggak papa kan?!" tambah Lia sambil mengelus lembut wajah dan kepala Rehan.

"Nama adik siapa?"

"Nama saya Lehan kak! Lehan tadi liat kucing mau lewat! Jadi lehan bantu dia."

"Ingat yah, nanti jangan kaya gitu lagi. Mau ikut kakak enggak?!" ajak Lia sambil tersenyum lembut ke Rehan.

"Tapi, ayah di dalam. Kata ayah Lehan enggak boleh jauh-jauh."

"Oh gitu!? Yaudah nanti Rehan mau es krim enggak?!"

"Mau!? Esklim rasa vanila ya kak."

"Iya nanti kakak belikan. Yuk, ke sana." ajak Lia menuju ke para pekerja yang sedari tadi melihat mereka berdua.

"Jaga anak ini yah! Enggak usah marahin dia, dia enggak salah." tegur Lia kepada salah satu karyawanya. Dia kemudian segera kembali naik ke mobil dan pergi, dia melambai-lambaikan tanganya kepada Rehan dan langsung di balas oleh Rehan.

'Anak yang sangat lucu! Aku akan membelikanya mainan juga.' Lia tidak bisa menahan rasa sayangnya terhadap anak kecil. Dia selalu berkunjung ke setiap panti asuhan, untuk berdonasi dan setelahnya bermain dengan mereka.

Lia pernah hamil di luar nikah, karena rasa malu yang begitu besar. Dia menggugurkan kandunganya sendiri, akhirnya setelah kejadian suram itu. Dia sangat menyesal, dan mengubah penyesalanya itu dengan sering membantu dan menolong setiap anak yang tidak memiliki orang tua.

Di dalam ruangan CEO, Ardi tidak sengaja memecahkan Tembikar Giok milik pimpinanya, di saat dia mengepel lantai kantor. Jalanya yang miring tidak sengaja menyenghol Tembikar giok tersebut.

Karena panik dia memanggil Ilham, untuk mendapatkan solusi. Bukanya solusi yang ia dapat, malah cacian dan makian yang dia terima.

"Tembikar ini berharga milyaran juta, dan di beli saat Bu Lia ikut lelang di China. Apalagi ini tembikar kesangnya!? Gimana sih kamu Di." bentak Ilham dengan kesal.

Ardi semakin frustasi dengan keadaanya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Maaf mas!? Tapi, ini harus saya laporkan segera ke Bu Lia. Kalau tidak, Bu Lia juga akan memecat saya."

Kaki Ardi menjadi semakin lemas. Dia sudah pasrah dengan keadaanya saat ini. Setelah Ilham mengirimkan pesan kepada Bosnya. Setelah menunggu beberapa menit.

Lia datang dengan wajah murkanya. "Dasar pria cacat?! Kau tidak usah bekerja lagi di sini. Cepat kelur, dan jangan pernah lagi masuk ke ini."

"Ayah." teriak Rehan. "Kak, ini esklimnya Lehan balikin. Tapi, jangan pecat ayah! Ayah mungkin tidak sengaja." seru Rehan sambil menyodorkan eskrim ke Lia.

Lia membatu seketika karena bingung. Dia sangat terkejut, jika anak yang ia temukan adalah anak Ardi. .

"Enggak kok dik.. Kakak enggak bakal mecat ayahmu!? eskrim ini udah jadi milik adik enggak usah di balikin yah."

Ardi menatap dalam anaknya dengan penuh haru. Hampir saja dia langsung di pecat karena kecerobohanya. 'Rehan makasih nak!? Kamu setiap saat menolong ayah.'

Namun, setelah Lia berkata demikian. Tangisan Rehan malah semakin menjadi. "Kenapa lagi dik?!" tanya Lia yang merasa bersalah.

"Ayah.. " Rehan berlari ke arah ayahnya dan langsung memeluk erat dirinya. Ardi ikut terbawa haru akibat anaknya yang mau menangisi dirinya.

"Pak Ilham keluar sebentar." seru Lia.

"Pak Ardi. Ini semua untuk Rehan, sekali lagi kau berbuat salah seperti ini. Aku tidak akan segan-segan memecatmu. Hari ini kau boleh pulang dulu! Biar sisa-sisa pecahan Tembikar ini orang lain yang akan membersihkanya."

Tanpa berkata apapun, Ardi segera berdiri sambil menggendong tubuh anaknya yang sangat erat memeluknya. Wajahnya sudah sangat kusut, karena setiap kata-kata jahat yang di keluarkan Lia tadi.

Lia hanya menatap sinis punggung Ardi sampai keluar dari ruanganya. Dia membuang nafas panjang, karena tembikar kesayanganya kini sudah pecah.

'Semoga Rehan tidak membenciku besok. Dia sepertinya sangat takut dengan ku.'

Saat Ardi berjalan keluar perusahaan, setiap mata yang berpapasan denganya akan menatap tajam Ardi dan Rehan.  Dengan langkahnya yang perlahan, dia berjalan dengan terpincang-pincang membuat setiap orang yang melihatnya akan saling berbisik.

Pandangan Ardi serasa suram, karena kejadian hari ini. Rehan mulai mengdongakan wajahny untuk melihat wajah ayahnya yang tengah bersedih.

"Ayah jangan nangis yah. Lehan akan sama ayah telus kok!?" ucap Rehan mencoba menghibur.

"Ayah, enggak papa kok nak!?" jawab Ardi dengan memasang senyum palsunya. Dia tidak mau Rehan mengetahui rasa sakitnya hari ini, biarlah dia yang memakan semua rasa pahitnya kehidupan.

Saat keduanya hendak menuju ke arah sepeda mereka yang terparkir. Ilham memanggil Ardi untuk menunggu sebentar.

"Mas tunggu sebentar, Bu Lia mau memberikan sesuatu kepadamu."

Setelah beberapa menit, Lia langsung keluar sambil membawa kantong plastik di tanganya. "Rehan.. Eskrim kamu tertinggal."

Rehan malah semakin bersembunyi di dalam pelukan ayahnya. Rehan seakan takut untuk bertemu dengan Lia, setelah melihat ayahnya di marahi di hadapanya.

"Dik.. Adik marah ya?"

"Engak mau kakak jahat." Lia lalu menatap tajam Ardi. Seakan memberikan sebuah kode untuk Ardi agar membantunya.

Ardi sebenarnya sangat terkejut, dia tidak menduga anaknya memiliki sebuah hubungan baik dengan bosnya.

"Nak, tengok dulu ke kakak." ajak Ardi pelan-pelan.

Rehan malah semakin mengeratkan pelukanya, karena tidak mau melihat.

"Dik.. Kakak minta maaf yah." Lia kini memelas kepada Rehan karena tidak mau Rehan menjauhinya. Dia menyodorkan sekantong eskrimnya di dekat wajah Rehan yang terbenam dada ayahnya.

Ardi tersentak karena aroma tubuh pimpinanya, tercium sangat kuat di hidungnya. Ardi akhirnya menarik tubuh Rehan agr melepaskan pelukanya, dan menurunkan Rehan dari gendonganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status