Jam menunjukan pukul 00:21 WIB. Ardi beranjak dari tidurnya, dia pergi ke kamar mandi mengambil air untuk berwhudu dan sholat tahajud. Di tengah sujud terakhir, Ardi memperpanjang waktu sujudnya.
Dia menangis dan bersimpuh pasrah akan hidupnya. 'Sesungguhnya ibadahku, dan sujudku, hidupku, serya matiku hanya untuk mu ya Tuhan. Maafkanlah hamba yang lemah akan semua cobaan yang telah kau beri. Kuatkanlah hambah untuk lebih pasrah dan berserah diri.'
Di pengakhir doanya dia mendoakan masa depan Rehan, agar lebih baik. Ardi yakin, suatu saat nanti. Hidup Rehan pasti akan berbeda dengan dirinya.
................
Di pagi hari, seperti biasa Ardi datang paling pertama di tempat kerja. Dia membersihkan semua ruangan atas dan bawah, dengan telaten dan sabar.
"Kenapa kamu mengerjakan semuanya sendirian?" Lia yang tiba-tiba datang pagi, terkejut dengan keberadaan Rehan dan Ardi. Apalagi dia melihat semua ruangan sudah bersih keseluruhan.
"Saya hanya ingin melakukanya bu!" dengan wajah cuek dan datar Lia merespon jawaban Ardi dengan sedikit mengangguk.
"Terserah kau saja, lakukan apa yang kau mau." Lia kemudian berlalu pergi menuju ruangan kantornya. Setelah membersihkan semua ruangan, dia mencari keberadaan Rehan.
Saat dia menemukan putranya, Ardi terkejut dengan semua jajanan. yang tergletak di depan anaknya. "Dek banyak banget jajananya!?"
"Di kasih sama kakak tadi yah!" sambil tersenyum senang, Rehan juga memakan sebagian jajanan tersebut.
"Udah ngucap terima kasih belum." wajah Rehan langsung berubah tegang dan panik, Ardi sudah mendapatkan jawaban dari ekpresi anaknya itu.
"Udah kok yah!" ungkap Rehan dengan ragu.
"Diajarin sama siapa yah, anak ayah bohong! Kalo anak pembohong nanti ayah kunci di kamar sendirian mau!?" seru Ardi sambil memperongatkan.
Dengan wajah takut Rehan segera, meminta maaf kepada ayahnya. Tanpa sadar keduanya, Lia tersenyum senang melihat tingkah baik antara ayah dan anak tersebut.
"Dik! Mau ikut kakak jalan-jalan?." Rehan segera menatap ayahnya meminta persetujuan darinya.
"Bu! Bukanya kami menolak tapi saya.. "
"Kau juga ikut, untuk menemani Rehan. Aku sendiri yang memberikan ijin, masalah dengan atasanmu biar saya yang urus." Lia segera memberikan isyarat tanganya, agar kedua ayah dan anak itu mengikutinya. Ketiganya langsung masuk ke dalam mobil pribadi milik CEO peruhasaan.
Di dalam mobil saat di perjalanan, Rehan terus menanyakan hal yang baru di temuinya. Tanpa lelah Rehan terus bertanya dan bertanya, dengan sabar Lia yang selalu menjawabnya. Perasaan Ardi menjadi aneh, melihat hal tersebut.
Rasanya dia sangat senang dengan adanya sosok wanita yang mau membimbing putranya ini. Karena tingkah Rehan yang kegirangan, suasana di dalam mobil begitu hangat dan seru. Sampai ketiganya sampai di lokasi yang mereka datangi.
"Dik sini." Lia menggandeng tangan Rehan untuk mendampinginya masuk kedalam super market. Ardi terkejut dengan super market yang terlihat masih baru di buka, di sana sudah berkumpul ratusan orang dengan sebuah pita yang di kaitkan.
Semua orang seakan menunggu, ke munculan seseorang yang akan memotong sambungan pita tersebut. "Alhamdulillah, pendiri serta direktur besar Mall ini sudah datang. Mari kita sambut kehadiran beliau." seorang pembawa acara segera menyuruh seseorang berjalan mengikuti Lia di belakangnya.
Dia membawa nampan yang berisi satu buah gunting yang sudah di percantik dengan pita di setiap genggamanya. "Dengan ini saya meresmikan, pembukaan Mall ini." setelah Lia selesai memotong pita tersebut.
Band kecil yang telah di undang, segera menyayikan satu buah lagu mereka. Acara terasa meriah, dengan adanya anak-anak panti yang di undang dalam acara tersebut.
Badut penghibur, anak-anakpun ikut meramaikan. Lia kemudian menarik tangan Rehan untuk mengikutinya, berbagai macam makanan tersedia di tempat tersebut. Dari anak-anak sampai orang dewasa sangat berantusias dengan acara tersbut.
Banyak pengusaha-pengusaha muda yang sejak dari tadi. Melirik dan berbisik satu sama lain untuk membicarakan tentang Lia, seorang pengusaha wanita yang sukses di usia mudanya.
Lia dengan sikap seperti biasa, dingin dan acuh kepada setiap orang yang takjub memandanginya. Tidak sedikit, pemuda yang tiba-tiba datang menghampirinya dan berusaha untuk mengenalkan diri dan merayu Lia dengan berbagai pujian yang di lebih-lebihkan.
Lia hanya sesekali menyeringai geli, dengan para lelaki yang mendekatinya. Dia tetap dengan sikap cuek dan dingin, entah siapapun yang mendektinya.
Setelah acara selesai, Rehan di hadihi banyak barang oleh Lia. Lia juga memberikan sebuah amplop yang lumayan tebal kepada Ardi.
"Sudah terima aja! Itu tanda terimakasihku karena telah membantu acara tadi." Lia diam-diam memperhatikan, Ardi sedari tadi saat acara. Dia membimbing para anak-anak panti untuk teratur dalam acara.
Makanya Lia, sengaja menyisihkan beberapa uang untuk bonus spesial kepada Ardi. Setelah di antarkan kembali ke perusahaan, banyak mata yang menatap iri Ardi.
Terutama Ilham, dia begitu sangat benci melihat Ardi turun dari mobil boss bedarnya. 'Sial aku yang sudah lama, belum pernah naik mobil Direktur. Ini anak yang ku rekomendasikan malah bisa dekat dengan Direktur! Awas aja kau.' Ilham terus mengumpat, dalam hati.
Ardi langsung mengeluarkan sepedanya, dari tempat parkir. Dia segera pergi untuk pulang, setelah Lia menyuruhnya untuk pulang. Dia dalam perjalanan, Rehan terlihat bahagia.
Dia terus, memakerkan apa yang telah ia dapatkan dari Boss ayahnya. Ardi, juga sangat bahagia melihat anaknya turut bahagia dengan apa yang ia dapat.
Banyak cerita seru yang di ulang-ulang Rehan di sepanjang jalan. Namun, kebahagiaan itu tidak berjalan dengan lama. Seseorang yang membawa motor dari arah belakang, tiba-tiba menyalip dan menendang sepeda Ardi sampai terjatuh ke sungai yang ada di samping jalan.
Saking kerasnya tertendang, pembatas antara jalan dan sungai di terjang tubuh Ardi dan Rehan sampai keduanya terjebur sungai. Dengan panik Ardi yang terkejut, segera menguatkan genggamanya di tubuh Rehan agar tidak jauh hanyut di sungai.
Ketika Ardi berhasil naik ke bibir sungai. Rehan yang masihlah seorang anak kecil yang tadi bahagia mendapat banyak hadiah. Kini menangis dengan sejadinya, karena semua hadiah pemberian Lia hilang di sungai.
Ardi yang menyadari hal itu, langsung terjun ke dalam sungai dan berusaha menyelamatkan salah satu barang hadiah milik Rehan. Naas, Ardi hanya bisa menyelamatkan satu barang saja dari hadiahnya.
Rehan menangis sejadi-jadinya, Ardi memberikan nasehat kepada Rehan untuk jangan bersedih hati.
"Nak, mungkin barangmu nanti akan di ganti sama Allah dengan barang yang lebih bagus nanti. Sabar yah!" setelah menenangkan cukup lama Rehan, Ardi mencoba mengangkat sepeda tuanya yang ikut terjebur.
Melihat Ardi kesusahan, ada beberapa orang yang membantu Ardi. Salah satu penolongnya ada yang melihat kejadian, dia memberikan saran untuk di polisikan saja.
Namun, Ardi memilih untuk iklas saja. Dia tidak mau memperpanjang masalah yang menurutnya kecil.
Sesampainya di rumah, Ardi sadar jika ponselnya mati karena masuk Air. Dengan uang pemberian Lia tadi, dia mengajak Rehan untuk berjalan-jalan sambil memberikan barang yang mungkin di inginkan Rehan.
Dia terkejut dengan isi di dalam amplop pemberian Bossnya itu. Isinya ternyata lebih dari yang ia perkirakan, dia berbelanja dengan banyak untuk menyenangkan hati putranya.
Dia juga membeli sebuah ponsel baru, meski seken. Tapi, di rasa dia itu sudah cukup. Setelah balik lagi ke rumah dia segera menyiapkan makanan yang ia beli di jalan.
Kemudian, dia mengganti kartu yang ada di ponselnya yang rusak ke ponsel yang baru ia beli, Ardi terkejut ternyata banyak panggilan yang masuk dari Bossnya yaitu Lia.
Setelah kejadian itu, hubungan antara Lia dan Bu Dini semakin baik. Lia bahkan sudah mau untuk tinggal satu atap dengan orang tuanya, saat dia hendak berangkat ke tempat kerja. Lia selalu di titipi oleh orang tuanya beberapa makanan untuk di berikan kepada Ardi dan Rehan.Bu Dini sangat berterima kasih kepada Ardi, sampai-sampai kegiatan seperti itu di lakukanya setiap hari. Hati Lia yang juga mulai terbuka untuknya, tanpa kerepotan dia selalu mampir pagi untuk memberikan makanan yang di titipkan ibunya.Pagi ini, dia sudah berada di dapur rumah Rehan. Dia memotong-motong sayuran di hadapanya dengan rapih. 'Mas Ardi bangun pasti kaget,' dengan penuh antusias dia memotong semua bahan yang akan ia jadikan lauk sarapan pagi.Dia menyalakan kompor di hadapanya, satu demi satu Lia memasukan semua bahan yang harus ia masak ke dalam wajan. Setelah beberapa menit akhirnya masakanya jadi dengan sempurna, dia kembali mencicip sedikit masakanya.'Lumayan
Ardi tidak bisa berkata-kata lagi, pantas saja Lia pegitu dingin dan angkuh terhadap orang lain. Karena kurangnya kasih sayang yang ia rasakan selama ini, mungkin itulah penyebab yang membuatnya selalu berusaha untuk terlihat tetap kuat meski harus berdiri sendiri.Dia akan mengesampingkan perasaanya demi tujuan hidup untuk sebuah pembuktian. Ardi seakan mengerti perasaan kecewa yang di rasa oleh Lia selama ini. Karena nafsu, orang rela menjauh dari tuhanya dan melakukan semua hal, meski itu sudah di luar batas yang telah di tentukan kepada setiap manusianya.Ardi menghela napasnya cukup panjang, dia lalu berdiri dan memegang lembut pundak Ibu Dini dan Pak Alfred. "Saya yakin akan membuat keluarga kalian utuh kembali." Ardi menatap mata keduanya dengan penuh percaya diri. Sentuhan tanganya langsung di balas oleh kedua pasangan suami istri ini."Aku sangat berharap banyak padamu nak." Bu Dini yang sudah tidak kuasa menahan ras
"Dulu, aku pernah bertemu Nayla. Di rumah sakit! Dia menyuruhku untuk menjadi ibu sambung bagi Rehan."Lia kemudian menceritakan masa lalunya, saat dia di jebak oleh Joong Won sampai bertemu Nayla di Rumah sakit kepada Ardi. Ardi yang mendengar semua ceritanya langsung terenyuh, sampai dia bisa merasakan perasaan apa yang selama ini Lia rasakan.Sebelum Nayla meninggal, Nayla pernah menceritakan kisah seorang wanita yang bernasib sangat buruk dan sedih. Nayla ingin mengajak wanita itu untuk bertemu dengan keluarga kecilnya saat itu, namun meski Tuhan telah menemukan keduanya, Nayla justru telah pergi sangat jauh meninggalkan mereka."Ibu tau, Nayla juga saat itu ingin bertemu dengan ibu. Dia bercerita, dia bertemu seorang wanita cantik di rumah sakit! Dia berkeliling memberikan semangat kepada setiap ibu di sana. Yah, meski sekarang Nayla malah telah pergi jauh dari kita." Keduanya merasakan kesedihan serupa.Karena suasana hatinya yang tengah rapuh, Lia mend
Lia menawarkan kembali untuk bekerja di perusahaanya, dan dia di janjikan libur khusus untuk Ardi. Namun, Ardi menolak karena ia beralasan jika ia sudah mendepatkan pekerjakan yang baru dari teman dekatnya.Lia menatap Ardi dengan rasa kecewa, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukan hal itu kepada Ardi. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua keputusanya yang salah, sudah lama dia tidak merasakan kehilangan seperti ini, Lia mengepalkan tanganya kesal.Saat Lia tengah di lema, Rehan terbangun dari tidurnya. Dia secara mengejutkan memanggil nama Lia setelah ia sadar dari operasinya."Kak Lia! Kaka baik-baik saja?" dengan wajah lesunya Rehan memandangi Lia dengan nanar."Kaka sehat kok, adik istirahat dulu aja. Kalo adik sudah sehat mau kaka beri hadiah loh!""Mau kak. Lehan sayang kak Lia.""Kaka juga sayang Rehan." perasaan Lia kembali tenang, Dia langsung memberikanya sebuah
Di jalan sikap Rehan benar-benar aneh, tidak biasanya dia memaksa ayahnya lewat jalan yang hening yang jauh dengan orang-orang, Rehan semakin berteriak jika Ardi tidak menurutinya.Ardi dengan sabar terpaksa mengikuti semua kemauan putranya, saat tiba di jalanan yang lenggang itu. Dari kejauhan Ardi melihat sebuah mobil yang terparkir sembarang, awalnya dia tidak terlalu peduli. Namun saat dia tiba di samping mobil, sebuah teriakan yang lirih terdengar di telinganya.Dia meminta Rehan untuk bersembunyi di balik mobil, dia lalu diam-diam memeriksa Gang yang ia tahu itu adalah Gang buntu di sana, biasanya tempat tersebut di pakai anak-anak remaja nakal untuk pacaran. Perlahan-lahan Ardi bergerak tanpa suara, suara teriakan lirik seorang perempuan itu semakin jelas di dengarnya.Dia mengintip di balik dinding, dengan menopangkan punggungnya di sana. Wajah Ardi langsung berubah serius, tengah terjadi pemerkosaan di sana.
Keduanya terkekeh ketika mereka membahas masalalu, Ardi mulai mengiat masa-masa kuliahnya sekarang. "Mas kerjanya gimana?" tanya Hani penasaran."Aduh, tadinya aku enggak mau bahas ini! Aku baru di keluarkan Han! Aku enggak sengaja hapus semua data kantor.""Apa? Masa juara Information Technology, bisa enggak sengaja hapus semua data gitu.""Akupun kurang tau, ya mungkin! Karena aku udah lama enggak megang komputer kali. Kalo kamu Han! Sekarang sibuk apa?""Aku kebetulan, sudah punya yayasan. Ada TK sampai SMA.""Wah udah sukses ya sekarang. Kalo Nayla tau, dia akan senang mendengarnya." wajah Hani berubah pilu, dia sangat berduka mendengar kematian sahabat baiknya.Ardi merasa bersalah, dengan melihat raut wajah yang di tunjukan Hani. "Ini bukan salahmu! Semua ini memang sudah jalan hidup kita Han. Kamu jangan sekali-kali menyalahkan dirimu oke.""Makasih mas."