Share

Bab 07

Lia menelvon ke Ardi, setelah mendapatkan kabar jika Ilham mengalami kecelakaan. Setelah sadar, Dia langsung menceritakan kesalahanya dan ingin bertemu dengan Ardi untuk meminta maaf.

Lia menanyakan prihal kebencianya kepada Ardi dengan alasan apa? Padahal dia sendiri yang merekomendasikanya. Ilham bercerita dia dan rekan-rekan kerjanya yang lain, sangat iri dengan kedekata Ardi dengannya.

Setelah memahami situasi, Lia pergi duduk di ruang tunggu. Dia juga merasa aneh dengan sosok Ardi, biasanya dia akan bersikap sangat dingin kepada seorang pria. Namun, bukan hanya Rehan saja yang membuat hatinya suka.

Sosok Ardi pun mampu membuatnya cukup nyaman, karena dia tidak seperti lelaki kebanyakan. Hampir semua lelaki yang mendekati Lia, pasti akan berpikiran buruk terhadapnya.

Banyak dari mereka yang hanya memandang harta miliknya saja. Jika seorang lelaki itu tau sosok asli Lia, pasti mereka akan berpura-pura sok peduli dan perhatian. Itulah kenapa Lia merasa risih jika didekati dengan seorang pria.

Dia pernah memiliki seorang pacar, mantanya juga merupakan pemuda yang sukses di waktu muda seperti dirinya. Mantanya berasal dari Korea, awalnya hubungan mereka begitu sangat baik.

Lia bahkan pernah, bermimpi jika mereka akan menikah suatu saat nanti. jika perusahaan kekasihnya mendapat masalah. Lia dengan senang hati selalu membantunya meski dari segi keuangan atau hal apapun.

Namun, itu berubah ketika mantan kekasihnya mengenalkanya dengan kenalanya yang sesama pengusaha kaya. Awalnya mantan kekasihnya menawarkan kerja sama bersama pengusaha tersebut.

Pengusaha itu berumur lima puluh delapan tahun. Dengan bahasa manisnya, Lia akhirnya terpengaruh dan menyetujui penawaran tersebut. Untuk merayakan kerjasama yang terlihat hebat itu.

Akhirnya Lia bersama pengusaha tua itu merayakan pesta yang cukup besar. Di pesta itu Lia di jebak dengan minuman yang sudah di taruhi obat perangsang di dalamnya. Di situ, kekasihnya juga ikut hadir.

Akhirnya setelah meminum minuman tersebut, Lia yang terkena efek obat berakhir bersetubuh dengan Pria tua jahat itu. Setelah sadar, Lia begitu marah dan kesal.

Dia segera memutuskan kontrak tersebut meski harus membayar denda, karena dia telah melanggar persetujuan dengan sepihak. Lia awalnya meminta tolong kepada mantan kekasihnya untuk menjebloskan pria tua jahat itu ke jeruji besi.

Namun yang mengecewakanya, ternyata kekasihnya lah dalang dari semua tragedi pahit itu. Demi sebuah saham yang di tawarkan Pria tua itu, mantanya menjual Lia dengan rencana licik yang telah ia buat sendiri.

Lia menggeleng-gelengkan kepalanya, karena ingatan itu tiba-tiba muncul di benaknya. Sebuah panggilan tiba-tiba masuk di ponselnya,  tertulis nama Ardi di sana.

Dia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Bu, maafkan aku tadi ada.. "

"Saya udah tau! Itu Ilham yang nendang kamu di jalan. Kalo masih ada waktu bisa ke sini?"

" ... " Ardi cukup lama membisu, "Tapi, Rehan baru tidur bu! Kalo dia tiba-tiba bangun saya takut dia.." ekspresi Lia segera berubah setelah Ardi membicarakan Rehan.

"Kenapa dengan Rehan?" Lia begitu penasaran dengan ke adaanya. Dia baru sadar, saat Ilham berkata mereka berdua sampai terkebur ke sungai.

"Tadi, Rehan menangis bu! Dia menangis karena hadiah pemberian ibu hanyut ke sungai. Saya berhasil menyelamatkan satu benda aja bu." Lia langsung merasa sedih mendengar hal itu.

"Baiklah kamu bisa datang besok saja." dengan lirih Lia berucap. Dia segera mematikan ponselnya, dia sangat ingin bertemu dengan Rehan dan memeluknya.

Kembali ke masa lalu..

Setelah berminggu-minggu kejadian menyeramkan itu, tiba-tiba tubuhnya terasa kurang fit. Setelah memeriksakan ke dokter, ternyata, dia di vonis hamil tiga minggu.

Karena takut dan malu, tanpa pikir panjang Lia langsung menggugurkan kandungannya. Setelah berhasil di gugurkan. Bukannya perasaanya berubah tenang, tapi dia lebih menyesal dan sedih.

Setiap hari, dia selalu berkunjung ke rumah sakit untuk melihat bayi-bayi yang baru lahir. Dadanya terasa sesak namun, merasa senang juga melihat tangis mereka.

Hari-hari Lia dengan rutin, selalu datang ke rumah sakit. Suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita lumpuh dengan wajah yang bercorak putih. Lia menghampirinya, "Apakah mba mau memeriksakan kandungan? Pergi sendiri yah."

"Iya saya hendak memeriksakan kandungan. Tadi suamiku mau menebus obat. Mba juga tengah memeriksakan kandungan?"

"Tidak, saya hanya mau melihat bayi-bayi yang baru lahir. Rasanya, bahagia sekali melihat bayi-bayi kecil menangis." tanpa ia sadari, air matanya berlinang dan menangis dengan keras di hadapan wanita yang baru ia temui.

Wanita tersebut, segera meraih tangan Lia dan menghangatkan telapak tangan Lia sambil tersenyum. "Sudah mba, tidak apa-apa. Semua perjuangan yang mba lakuin! Pasti itu benar."

Lia memasang wajah terkejut, dengan air mata yang terus mendera. Wanita itu kemudian mengajaknya duduk, dan meminta Lia untuk membagikan ceritanya.

Tanpa rasa khawatir, Lia menceritakan masa pahitnya ke wanita itu dengan deraian air mata yang terus berbulir. Dia segera di peluk dengan erat oleh wanita tersebut. Entah kenapa, pelukan wanita itu menghangatkan tubuhnya, dia merasakan ketenangan dari pelukanya itu.

"Sini tangan mba!?" wanita itu mengarahkan telapak tangan Lia, ke perutnya yang sudah hamil tua. "Dua bulan lagi anak ini mau lahir. Saya harap mba bisa datang ke sini! Aku mau mba yang menggendongnya pertama kali."

"Suami mba bagai mana?" Lia terkejut dengan permintaan aneh wanita itu.

"Suamiku sangat baik, dia tidak mungkin menolak permintaanku." Lia saat itu merasa senang. Mereka terus bercengkrama sampai sebuah panggilan di ponselnya masuk.

"Mba, saya harus pergi ke kantor! Apa mba punya nomer ponsel?" tanya Lia penasaran.

"Maaf, saya tidak punya. Tapi, suami saya punya apa enggak bisa nunggu?"

"Maaf saya enggak bisa nunggu." Lia begitu menyesal karena waktunya tidak bisa di lebihkan.

"Yaudah mba, intinya nanti ketika anak saya lahir. Saya mau mba menjadi ibu angkatnya, saya mau anak ini kalo perempuan bisa secantik dan sebaik mba! Tapi, kalo laki-laki semoga anak ini bisa sebaik mba." keduanya saling memberi semangat sambil saling berpegangan tangan.

Entah kenapa, Lia sangat nyaman dan betah untuk lebih berlama-lama bersama wanita itu. Tapi sayang, dia harus segera ke kantor karena ada sebuah rapat penting yang tidak boleh ia tinggal.

Setelah berpamitan, Lia selalu memikirkan wanita itu. Lia setiap minggu terus datang ke rumah sakit. Tapi, sayang meski dia bertanya-tanya ke suster di rumah sakit tersebut Lia tidak menemukanya.

Namun dia tidak menyerah, dia melihat daftar di hari dia bertemu wanita itu. Dia mencocokan nama pengunjung dengan melihat-lihat orang yang ada di CCTV. Saat dia menemukan gambar wanita itu. Dia kemudian mengetahui nama wanita itu, dia bernama Nayla Cahya.

Saat itu, suaminya tidak memiliki uang untuk menebus obat. Sehingga wanita itu di paksa menunggu karena suaminya kesusahan mencari uang untuk menebus obat.

Sang suster memberitahunya, mungkin wanita itu bersalin dengan cara tradisional. Dia mungkin bersalin dengan dukun beranak, karena biaya bersalin rumah sakit sangat mahal.

Lia kemudian begitu menyesali hari itu. Jika saja dia memberikan ponselnya atau menunggu suaminya untuk membiarkanya mengurus semua persalinanya. Mungkin dia bisa tahu rumahnya dan bisa lebih akrab dengan wanita tersebut.

Wanita itu sangat membekas di hatinya, rasanya. Cuma dia yang mengerti hati dan perasaanya. Sampai saat ini, Lia terus mencari keberadaan wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status