"Supaya adik enggak marah lagi. Kakak harus apa?" Lia terus merayu, mencoba membujuk Rehan agar Rehan tidak menjauhinya.
"Kakak jangan marahi ayah lagi." jawab Rehan sambil berlari ke arah belakag kaki Ardi untuk bersembunyi. Meskipun dia masih kecil, perasaan malu pada orang lain bisa ia rasakan. Dia sangat takut meminta sesuatu dari orang yang baru ia kenali.
"Iya.. Kakak janji enggak akan marahin ayahmu lagi." Lia mengulurkan jari kelingkingnya, sebagai tanda jika Lia menyetujui permintaan Rehan. Ardi, membimbing Rehan untuk menerima ikrar janji keduanya.
Setelah saling mengaitkan jari kelingking, akhirnya Rehan mau menerima eskrim pembelian Lia. Ardi lalu ijin untuk pamit, agar memikirkan kesalahanya hari ini, dan di kemudian hari dia tidak melakukan kesalahan lain lagi.
Setelah Lia kembali masuk ke ruanganya. Pandagan mata, yang sedari tadi iri dengan sikap Lia terhadap putra Ardi, ada yang berpikir besok akan membawa anak-anak mereka ke sini. Ada juga yang berencana mengganggu Ardi karena hubungan dekat mereka, yang dalam pertemuan singkat mereka bisa sedikit akrab.
Ilham mengertakkan giginya, 'Awas saja besok kau masih berani datang ke sini.'
Di tengah jalan, Ardi melamun sambil mengayuh sepeda tuanya. "Yah! Ayah mau eskrim?" tawar Rehan, yang mulutnya sudah lengket karena eskrim yang ia makan belepotan.
"Udah semuanya untuk Rehan aja! Nak, ke rumah panti Abah Zaen yuk! Ayah ada duit buat beli permen nanti. Kita makan sama-sama dengan mereka."
"Ayuk yah." Ardi kemudian mampir ke sebuah mini market untuk membeli beberapa pak permen di sana. Sesampainya di Yayasan Bina Bakti. Ardi di sambut beberapa anak yang bernasib malang di sana.
Ada yang Tuna netra, Tuna rungu, Tuna bicara. Di dalam yayasan ini juga menampung para jompo yang di buang atau di titipkan di sana. Tempat ini juga terdapat rumah khusus untuk rehabilitasi mantan pemakai narkoba.
Seorang anak yang seusia dengan Rehan datang menghampiri Rehan. Dia bernama Ardi namanya mirip dengan ayahnya. "Sana kalo mau main." Ardi segera memperbolehkan anaknya pergi bermain, setelah memberi isyarat matanya.
"Aduh nak Ardi.. Udah lama enggak mampir-mampir." seru Abah Zaen yang langsung duduk di sebelahnya.
"Aku belum ada rezeki Bah!"
"Yayasan ini sudah berkecukupan. Kamu datang kesini bantu-bantu sini itu udah cukup. Bagaimana kabar ibu panti?"
"Alhamdulillah ibu sehat. Bapak jangan sering banyak minum kopi terus biar tetap sehat."
"Yang memberi penyakit itu Allah.."
"Iya bah.. Iya, enggak usah di lanjut. Cuman ngasih tau aja."
Pak Zaen tertawa melihat sikap Ardi yang seperti itu. Sejak Ardi masih jadi anak panti, Ardi sering mampir untuk membantu dan menolong Pak Zaen sampai hari ini. Pak Zaen mantan gembong narkoba yang telah bertobat.
Dengan sisa uangnya setelah keluar dari penjara, Pak Zaen mendirikan sebuah yayasan untuk orang-orang Disabilitas. Awalnya hanya terdapat orang-orang Disabilitas saja, namun setelah makin banyaknya orang.
Yayasan ini akhirnya menerima para lansia, dan anak yatim piatu. Kemudian Pak Zaen, membeli tanah sebelah untuk mendirikan rumah bagi orang-orang yang mau di rehabilitasi dari efek candu obat-obatan terlarang.
"Kapan kau hendak menikah lagi?" tanya Pak Zaen dengan wajah sedih.
"Aku masih belum mikir itu bah!?"
"Kamu jangan seperti ini terus, jika Nayla tau kamu terus bersedih karena sendiri. Dia di sana pun akan ikut sedih. Rehan masih kecil, dia masih membutuhkan sosok seorang ibu."
Ardi lalu menghela nafas berat, dia terdiam sambil sesekali menengok ke arah Rehan yang tengah asik bermain. "Iya bah! Aku juga berpikir begitu."
Waktu sudah menunjukan jam 21:17 WIB, Ardi meminta izin untuk pulang Rehan yang sudah ke capean karena bermain menjadi sangat rewel. "Baik bah saya pamit dulu, nanti saya mampir ke sini lagi."
"Nanti itu kapan?" sindir Pak Zaen seakan menyuruh Ardi agar berjanji.
"Iya nanti lah bah, kalo ada waktu. Asslamu 'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Melihat teman Rehan yang bernama Ardi tadi, Dia mengingat mendiang istrinya yang memiliki penyakit kulit yang sama dengan anak itu. Istrinya Nayla memiliki kulit yang bercorak-corak putih, penyakit itu di sebut vitiligo.
Saat kuliah, banyak anak-anak yang takut dengan Nayla. Namun kepintarannya memikat hati Ardi, yang saat itu mereka berada di satu bangku semester. Semakin Ardi dekat dengan ibu Rehan, dia akhirnya memahami sesuatu dari penyakit vitiligo ini, vitiligo adalah hadiah spesial bukan penyakit yang harus di takuti atau di jauhiorang lain.
Vitiligo adalah anugrah di berikan tuhan kepada seseorang yang paling beruntung. Agar orang lain yang melihatnya, harus lebih bersyukur lagi.
................
Pagi harinya saat Ardi mulai kembali bekerja. Banyak pasang mata yang menyeringai jahat ke arahnya, Ardi pura-pura tidak sadar dengan hal itu semua. "Di.. Beresin gudang tempat alat kebersihan sana."
"Oh baik mas Ilham." setelah mengerjakan tugas itu, seorang pekerja kantor bernama Andi menyuruh Ardi membersihkan mejanya, setelah itu dia di tugaskan membuat kopi untuk pekerja kantor disana.
Setelah membereskan ruangan kantor Andi, Ardi segera membuat beberapa kopi, dan langsung menyusunya di atas nampan agar lebih meminimalisir dari pada membawa satu persatu.
Namun di tengah dia membawa kopi-kopi tersebut. Ada seseorang yang sengaja menyapu kakinya saat dia berjalan. Otomatis semua kopi yang ia bawa di atas nampan jatuh mengenai pas tubuhnya.
Ardi segera melepas bajunya karena panas dari air kopi yang tumpah ke tubuhnya. Bukan hanya itu saja, saat dia tiba di kamar mandi untuk membilas noda kopi di baju kerjanya. Pekerja Cleaning servis yang bertugas di kamar mandi, sengaja tidak menaruh papan lantai yang licin karena tengah di pel. Jarena jalan Ardi yang terpincang-pincang, dia terjatuh dan mengakibatkan kakinya yang cacat terkilir.
Dan itu membuatnya menjadi sangat kesulitan untuk berjalan. Saat dia keluar kamar mandi, wajah orang-orang yang menahan tawa terlihat di setiap langkahnya. Seakan hari ini merupakan penampilanya untuk menghibur mereka. Dengan sabar, Ardi berusaha tidak menghiraukan mereka.
Di dalam kantor, saat Ardi tengah membersihkan lantai. Lia datang memandanginya, karena seragam kerjanya basah.
"Kenapa kau memakai seragam basah?!" tanya Lia tiba-tiba membuat jantung Ardi hampir melompat keluar.
"Ini karena tadi aku tersiram kopi bu."
"Aku paling enggak suka orang teledor."
"Baik saya mengerti bu."
Saat jam istirahat, Ardi kembali ke ruangan loker karyawan dan melihat Rehan tengah memakan jajanan yang cukup banyak di sampingnya.
"Dari siapa nak?"
"Dari kakak kemarin yah!" jawab Rehan sambil tersenyum senang.
"Di.. Kasih tau anakmu, jangan seperti itu kepada bos." Ardi terkejut saat Ilham tiba-tiba berkata kepadanya dari belakang. Wajah Ilham begitu membenci Rehan yang hanya seorang anak kecil.
"Iya mas, nanti saya kasih tau."
"Yah! Boleh enggak aku ikut sama kakak nanti."
"Kemana?"
"Katanya Kakak mau ngajak aku ke TK, di sana kakak mau ngenalin aku."
Ardi mengepalkan tanganya erat. "Nak, bukanya ayah ngelarang. Tapi nanti, ayah pas pulang gimana? Masa ayah pulang sendiri!?" pernyataan Ardi membuat Rehan memikirkan ajakan tersebut.
"Yaudah yah! Aku mau sama ayak aja."
Ardi mengelus lembur rambut Rehan, dia menatap Rehan dengan pandangan binarnya.
'Nak, semoga kelak kamu memiliki teman yang sayang kepadamu dan peduli kepadamu. Karena dengan teman baiklah, kamu akan mudah menghadapi semua masalah ini.'
Jam menunjukan pukul 00:21 WIB. Ardi beranjak dari tidurnya, dia pergi ke kamar mandi mengambil air untuk berwhudu dan sholat tahajud. Di tengah sujud terakhir, Ardi memperpanjang waktu sujudnya.Dia menangis dan bersimpuh pasrah akan hidupnya. 'Sesungguhnya ibadahku, dan sujudku, hidupku, serya matiku hanya untuk mu ya Tuhan. Maafkanlah hamba yang lemah akan semua cobaan yang telah kau beri. Kuatkanlah hambah untuk lebih pasrah dan berserah diri.'Di pengakhir doanya dia mendoakan masa depan Rehan, agar lebih baik. Ardi yakin, suatu saat nanti. Hidup Rehan pasti akan berbeda dengan dirinya.................Di pagi hari, seperti biasa Ardi datang paling pertama di tempat kerja. Dia membersihkan semua ruangan atas dan bawah, dengan telaten dan sabar."Kenapa kamu mengerjakan semuanya sendirian?" Lia yang tiba-tiba datang pagi, terkejut dengan
Lia menelvon ke Ardi, setelah mendapatkan kabar jika Ilham mengalami kecelakaan. Setelah sadar, Dia langsung menceritakan kesalahanya dan ingin bertemu dengan Ardi untuk meminta maaf.Lia menanyakan prihal kebencianya kepada Ardi dengan alasan apa? Padahal dia sendiri yang merekomendasikanya. Ilham bercerita dia dan rekan-rekan kerjanya yang lain, sangat iri dengan kedekata Ardi dengannya.Setelah memahami situasi, Lia pergi duduk di ruang tunggu. Dia juga merasa aneh dengan sosok Ardi, biasanya dia akan bersikap sangat dingin kepada seorang pria. Namun, bukan hanya Rehan saja yang membuat hatinya suka.Sosok Ardi pun mampu membuatnya cukup nyaman, karena dia tidak seperti lelaki kebanyakan. Hampir semua lelaki yang mendekati Lia, pasti akan berpikiran buruk terhadapnya.Banyak dari mereka yang hanya memandang harta miliknya saja. Jika seorang lelaki itu tau sosok asli Lia, pasti mereka akan berpura-pura sok peduli dan perhatian. Itulah kenapa Lia merasa risi
Ketika jam menunjukan 06:34 WIB, Ardi telah sampai di perusahaan. Di sana, Lia juga sampai dan mengajak Ardi serta anaknya untuk ikut ke rumah sakit. Lia memberikan sebuah kejutan kepada Rehan."Adik, tutup mata dulu! Satu.. Dua.. Tiga.." saat Rehan membuka kedua matanya, dia tersenyum puas. Tanpa rasa malu, Rehan langsung memeluk tubuh Lia dengan tiba-tiba.Ardi yang melihat itu panik, dia segera menasehati putranya."Nak.. Jangan kayak gitu.." belum selesai Ardi berkata Lia segera memotongnya."Udah, biarin aja. Rehan mau duduk di mana? Di depan sama kakak! Atau di belakang sama ayah?""Sama kakak." dengan antusias, Lia segera membukakan pintu. Rehan sudah merasa sangat akrab dengan Lia, dia sudah merasa bahwa Lia bukanlah orang asing baginya.Rehan terus bertanya di setiap jalan, dengan riang. Namun, Lia justru merasa lebih senang dan nyaman dengan suasana ini. Beda dengn Ardi yang melihat dari belakang, dia justru merasa kurang nyaman. Dia mer
Lia terus memasang wajah kesal di dalam mobil. Setelah kedatangan Joong Won, Lia langsung pergi ke asal masalah kemarin. Dia mendatangi rumah ibunya yang kini menikah dengan lelaki selingkuhanya.Ayah Lia sangat ketat dengan agama. Dulu ibu Lia, sering di tampar oleh almarhum ayahnya. Lia yang dulu tidak memahami situasi, akhirnya sangat benci dengan ayahnya yang hanya memikirkan masjid dan yayasan Madrasah yang ayahnya kelola.Tapi setelah ibu Lia tiba-tiba kabur dari rumah, dan menikah dengan selingkuhanya. Lia akhirnya sadar jika yang selama ini ayahnya lakukan itu ternyata benar.Almarhum ayah Lia, sudah mengetahui istrinya yang sudah berbuat serong dengan laki-laki lain. Dia memarahi ibunya karena kasian dengan Lia yang masih kecil, sudah beberapa kali ayahnya, meminta ibu Lia untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang itu dengan bahasa yang cukup baik.Bahkan almarhum ayahnya berjanji akan menceraikanya,
Lia tiba-tiba pingsan saat Ardi memanggilnya. Ardi yang panik segera berlari ke arahnya, dia langsung membawa Lia ke ruanganya di temani Rehan dan supir pribadi Lia.Dengan telaten, Ardi mengompres kenig Lia. "Pak.. Boleh aku meminta bantuamu?""Apa itu mas?""Toong belikan bubur untuk Bu Lia.""Baiklah."Supir pribadi Lia segera beranjak dan mencari bubur untuk atasanya. "Nak! Temani bu Lia dulu yah.. Ayah mau ngambil air." Rehan lalu duduk di samping Lia dan menggenggam telapak tangan Lia dengan perhatian."Kakak sakit yah kok badan kakak sangat panas!""Kakak enggak apa-apa. Adik jangan sedih ya." dengan suara lirih, setelah tersadar Lia membalas dekapan tangan Rehan."Nanti Lehan enggak nakal lagi." saat Ardi sakit, jika Rehan berjanji. Dia akan berubah, seketika besoknya Ardi pasti akan sembuh. Rehan, berpikir jika ia meminta maaf dan berjanj
Seperti biasa Ardi dan Rehan sudah siap untuk berangkat ke tempat kerja. Hari ini Ardi tidak membuat makanan untuk sarapan. Kali ini, dia mau makan di rumah makan saja. Sudah satu bulan Ardi bekerja dan pagi ini dia baru menerima gaji.Senang dan bahagia rasanya, Ardi sangat bersyukur dengan apa yang ia terima hari ini. Setelah selesai bekerja dia akan membeli banyak coklat dan balon untuk anak panti.Selesai makan, Ardi langsung mengajak Rehan untuk pergi, di tengah jalan saat dia menjawab puluhan permintaan dari Rehan. Dia melihat ada seseorang yang tengah bercengkrama di kafe yang sebenarnya baru di buka.Dia sedikit penasaran karena di sana ada orang yang sangat tidak asing baginya. Setelah beberapa menit melihat, dia sadar jika itu salah satu pegawai kantor di perusahaanya. Dia bercengkerama dengan orang yang juga Ardi kenali, dia adalah pria korea yang kenal dengan bossnya yaitu Joong Won."Ayah! Ada apa kok berhenti?""Tidak apa-apa, ayok jalan l
MASA LALU HANI.Dulu Hani tidak kenal Ardi dan Nayla. Dia sangat dingin dan acuh kepada orang lain, kepopuleranya membuat semua orang yang dekat denganya pasti memiliki niat lain yang tidak tulus kepadanya.Sehingga membuatnya, selalu memilih menyendiri di bangku sekolahnya sampai berada di banku kuliah. Hani lahir dari keluarga kaya, dan selalu menjadi anak yang tercantik di kelas. Para pria akan mengejar-ngejarnya, para perempuan pasti akan membencinya.Itulah keseharian yang di lewati Hani. Namun, saat dia kenal dengan Nayla. Sikapnya yang dulu tidak percaya dengan orang lain mulai berubah. Dia lalu berubah menjadi sosok yang periang dan selalu ramai.Suatu hari, Hani terserempet sebuah mobil. Sampai ia terjatuh di sebuah sungai tanpa ada orang lain yang menyadari. Karena dia tidak bisa berenang, dia hampir tenggelam ke dalam sungai tersebut.Dia terus berusaha agar tidak semakin tenggelam dan bisa naik dari air, meski semakin lama tenaganya semakin
MASA LALU HANI..Persahabatan ketiganya, semakin dekat. Hani yang tergolong keluarga kaya, sering mendonasikan harta miliknya kepada panti asuhan yang Ardi tempati dia juga sering mampir bahkan sampai akrab dengan Bu Idah.Tapi semakin hari, Nayla semakin lama semakin dingin sikapnya dengan Hani. Dia sering di dapati hanya berdua dengan Ardi, saat Hani melihat gelagat mereka. Perasaan marah dengan Nayla semakin muncul di dalam hatinya.Pernah, Hani mengikuti mereka berdua diam-diam dari belakang. Nayla kedapatan mengajak Ardi ke sebuah bioskop untuk menonton bersama. Hani tentu menjadi semakin kecewa dengan Nayla, karena sikapnya seperti itu.Demi membalas perbuatan Nayla, Hani juga diam-diam sering berdua dengan Ardi. Namun, saat dia mengajak Ardi untuk menonton di sebuah bioskop. Ardi malah mengatakan hal yang membuat hatinya sakit. "Kenapa Nayla tidak kita ajak?!" tanya Ardi penasaran.Karen