Share

CEO Dingin Itu Ayah Anakku
CEO Dingin Itu Ayah Anakku
Penulis: Galuh Arum

Pertemuan Tidak Terduga

“Hei, ini lift khusus karyawan! Office Girl cuma boleh lewat tangga atau lift barang. Sana jauh-jauh!”

Mendengar hal itu, Berlian langsung buru-buru mundur dan menyingkir, memberikan jalan agar kedua pegawai perempuan yang menegurnya tersebut bisa lewat. Wanita dengan seragam biru dongker tersebut bisa melihat orang yang tadi menegurnya mencibir tidak suka dan bahkan menutup hidungnya ketika ia melewati Berlian.

“Lagian, harusnya sadar dong kalo naik lift karyawan, yang ada situ malah bikin liftnya bau dan nggak nyaman!”

Sekali lagi, Berlian tidak bisa melakukan apa pun dan hanya bisa tersenyum sopan tanpa melawan hinaan mereka. Toh dirinya juga salah. Sebelumnya, Berlian tidak pernah bekerja sebagai office girl dan ini baru hari ketiganya bekerja di gedung perusahaan megah ini. Salahnyalah kurang menyadari posisi terbarunya.

Lagi pula, setelah dipecat dari pekerjaan lamanya, tidak mungkin ia melakukan kesalahan yang akan membuat dirinya kehilangan pekerjaan lagi padahal ada sang anak yang harus ia hidupi.

Bayangan putrinya membuat Berlian meneguhkan hatinya dan berjalan menuju tangga darurat untuk naik ke lantai atas.

“Minggir, punya telinga enggak sih?”

Berlian pun mundur dan melangkah menjauh dari lift dan menuju tangga darurat. Ia menarik napas dalam, hinaan demi hinaan yang diterimanya cukup membuat hatinya begitu sakit. Namun, mau bagaimana pun dirinya harus kuat.

Langkahnya pelan menaiki anak tangga, lagi-lagi ia harus kuat mengingat ada Cinta sang buah hati yang harus dihidupinya.

“Lian, tolong kamu ke lantai 25. Si Neni enggak masuk. Gantikan dia rapikan ruangan bekas meeting sekaligus ruangan Pak Bos Jo.” Bu Heni langsung memintanya saat tidak sengaja mereka bertemu di tangga darurat.

“Iya, Bu.”

Berlian sedikit berpikir, apa ia harus naik tangga darurat juga untuk naik ke lantai 25 itu atau nekat naik lift saja pikirnya.

“Jangan lupa, pokoknya harus bersih. Jangan ada yang kotor,” perintah Bu Heni. “Bangku dan meja juga kamu tata rapi karena besok pagi ruang meeting akan dipakai lagi. Kerjakan malam ini saja. Bisa?”

“Bisa.” Berlian mengangguk pasrah akan lembur malam ini.

Bu Heni langsung meninggalkan Berlian setelah memberikan tugas. Wanita tua itu pun tidak peduli bagaimana pikiran Berlian. Yang ia tahu, ruangan itu bersih dan rapi besok pagi.

Berlian pun membalikkan badan, ia memilih menaiki lift barang saja ke lantai yang ia tuju sekarang daripada kakinya sudah lelah sebelum ia berberes ruangan bosnya sepulang kerja nanti.

Waktu berjalan sangat cepat, tanpa terasa jam pulang sejak tadi sudah terlewat. Berlian pun gegas merapikan pekerjaannya dan menuju lantai 25 sesuai dengan perintah Bu Heni tadi.

Kebetulan lobi sudah sepi, ia bisa naik lift tanpa takut ada yang melarang karena lift barang sedang tidak berfungsi. Berlian merasa lega, saat sedang menunggu lift, seorang wanita cantik dan seksi lewat di hadapannya. Mereka berbarengan menaiki lift.

Sesekali ia melirik ke arah wanita itu, Berlian pun berandai-andai hidupnya tanpa beban. Memakai baju bagus juga make up agar terlihat cantik. Segala harta pun bisa membuat sang anak tercukupi, tanpa harus lelah mencari uang.

Berlian menarik napas, ia harus terbangun dari lamunan karena lift sudah berhenti di lantai yang ia pilih. Ia pun tidak menyangka jika akan turun bersamaan dengan wanita itu.

Namun, wanita cantik itu melangkah memasuki ruangan sang bos, sedangkan dirinya harus membersihkan ruangan meeting juga. Ia mulai dengan menyapu, mengepal lantai juga merapikan bangku yang berantakan.

Namun, ketika ia tengah membersihkan ruangan, gerakannya terhenti saat mendengar kedua orang sedang berbincang.

“Siapa mereka berdua?” Berlian bergumam pelan. Tampaknya bukan hanya ia yang harus lembur malam ini.

Ia pun mencoba memperjelas pendengaran dengan melangkah lebih dekat dengan ruangan yang tidak tertutup rapat itu. Sudah malam pikirnya kenapa sang bos belum juga pulang.

“Sejak tadi aku mencoba menghubungi kamu, tidak ada jawaban. Ya, sudah aku ke sini saja.”

Berlian mendengar suara manja seorang wanita yang tengah merengek .

“Hmm.”

“Sayang, kita lanjutkan perbincangan kita waktu itu.” Wanita itu Kembali merengek. “Ehm, tentang pernikahan sepertinya aku mau langsung menikah saja tanpa ada pertunangan.”

“Cukup, Alea!” Berlian terkejut ketika mendengar seorang pria menanggapi rengekan tersebut dengan keras. “Nanti saja kita bicarakan!”

Anehnya, Berlian merasa seperti mengenal suara pria itu.

Tiba-tiba saja Berlian mendengar suara derap langkah ke luar ruangan. Buru-buru Berlian menjauh dari ruangan itu karena takut ketahuan jika ia tidak sengaja mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Ia pun kembali merapikan beberapa pekerjaan termasuk mengelap kaca jendela.

“Astaga, siapa yang menaruh ember di sini!?”

Berlian tersentak ketika mendengar suara tinggi Alea, menghardik penuh emosi. Baru saat itu Berlian menyadari bahwa ember berisi air kotor belas mengepel tertingal di depan ruangan CEO tadi.

Dengan cepat Berlian membalikkan badan berniat mengambilnya ember dan meminta maaf, tapi dirinya seolah-olah tak bisa bergerak saat melihat siapa yang berada di hadapannya. Pria gagah yang menjadi pengisi hari-hari indahnya di masa lalu berdiri tegap di hadapannya

“Kamu?”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Andri Ansah
suka. ,,,,,,,,,,,
goodnovel comment avatar
IRHEAM_AL CHANNEL
sangat menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Siti Wardah Abdullah
lsnjutkan ceritanya dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status