Share

Pria Baik Hati

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2023-04-14 09:23:51

“Golongan darah aku O, kebetulan sekali bukan. Suster silakan ambil darah saya,” ujar pria yang baru datang.

Pria itu terlihat sangat berkarisma dan tampan. Dengan jas berwarna hitam juga kemeja putihnya memperlihatkan jika dia bukan pria biasa-biasa saja.

Berlian menatap pria itu lalu melirik ke arah Bu Raya. Seolah-olah ia bertanya siapa pria itu yang datang langsung mendonorkan darahnya.

“Dia Pak Arnold, yang menabrak Cinta. Pak, ini Berlian ibunya Cinta.” Bu Raya memperkenalkan pria itu.

“Saya Arnold, Mbak Berlian saya meminta maaf karena keteledoran sopir saya. Kami pun tidak tahu tiba-tiba Cinta berlari tiba-tiba dan terhantam mobil saya,” ujar Arnold.

Berlian bergeming ia tidak tahu harus bagaimana sedangkan pria di hadapannya adalah orang yang hampir merenggut nyawa anaknya. Namun pria itu pun ingin mendonorkan darahnya, jika menolak pun dirinya tidak akan memiliki uang untuk membeli sekantong kantung darah.

“Pak Arnold sudah mengurus semua administrasi, juga untuk operasi dan biaya Cinta untuk seminggu kedepan di rumah sakit,” papar Bu Raya.

Berlian masih tidak bersuara, ia masih bungkam merasa tidak terima dengan keadaan anaknya.

“Maafkan saya, saya pun paham jika Anda belum bisa memaafkan. Demi keselamatan anak Anda, izinkan saya untuk mendonorkan darah. Bagaimana?” tanya Arnold lagi.

“Lian, jangan diam saja. Ibu tahu dia salah, tapi ini kesalahan bukan fatal darinya. Tolong turunkan ego kamu agar Cinta selamat. Lagi pula, dia sudah berusaha menebusnya,” bisik Bu Raya.

“Baiklah, silakan.”

Arnold tersenyum dan mengangguk pada Berlian setelah itu ia mengikuti suster untuk transfusi darah. Sementara, Berlian mencemaskan kondisi Cinta yang masih berjuang di dalam ruangan.

Bu Raya menenangkan Berlian. Berharap jika Cinta segera pulih dan baik-baik saja. Walau sudah ada yang bertanggungjawab, tetap saja dirinya takut terjadi sesuatu yang tak di sangka.

“Berlian, ibu minta maaf sekali lagi.”

“Susah, Bu. Ini memang kecelakaan, bukan ibu yang salah. Mungkin Tuhan ingin mengujiku seberapa kuat aku.”

“Semoga kamu lebih sabar.”

Satu jam kemudian, proses pengambilan darah pun berjalan lancar lalu Dokter pun langsung melakukan tindakan operasi untuk Cinta. Berlian dengan cemas menunggu sang anak di depan IGD.

“Mbak Berlian, maaf saya harus pergi. Ada urusan, ini kartu nama saya jika terjadi sesuatu atau butuh apa pun. Saya selalu menerima jika Anda berkenan.” Pria itu tampak selalu tersenyum walau Berlian tak memperlihatkan sedikit senyum padanya.

Berlian mengambil kartu nama pria itu tanpa membaca lalu memasukkan ke dalam tasnya. Ia belum bisa terima dengan kondisi sang anak yang tertabrak olehnya walau tidak sengaja.

“Lian, apa kamu masih belum bisa memaafkan pria itu?” tanya Bu Raya.

“Bukan seperti itu, aku tahu dia bertanggungjawab. Hanya saja jika terjadi sesuatu bahkan fatal, apa dia akan bertanggungjawab dan mengganti dengan tubuhnya? Orang kaya selalu saja berpikir uang bisa membeli semuanya.”

Berlian seperti begitu sensitif dengan orang kaya. Apalagi mengingat Jonatan yang juga bersikap dingin padanya. Belum lagi perlakuan ibunya di masa lalu yang meminta ia mengaborsi janinnya.

“Maafkan Ibu, Bu Raya paham perasaan kamu Lian.”

Bu Raya merasa tidak enak karena dirinya teledor menjaga Cinta walau bukan full kesalahan dirinya. Cinta masih kecil, anak itu berlari saat mengejar dirinya tanpa melihat sekeliling.

“Maaf, Bu. Aku jadi emosi.”

Ponselnya sejak tadi berbunyi, Berlian hanya menatap tanpa membacanya. Sudah pasti di kantor mereka mencari dirinya yang kabur setelah mendapat penolakan saat dia izin pulang karena anaknya sakit.

Berlian pun tidak peduli jika nanti akan di pecat. Baginya Cinta lebih utama. Meskipun ia tahu uang pun penting baginya.

***

Kondisi Cinta sudah stabil, ia pun kini sudah berada di kamar inap. Setelah mendengar penjelasan dari Dokter, Berlian pun merasa lega dengan kondisi sang anak.

“Bu Raya pamit dulu, nanti kamu Wa saja kalau butuh Ibu.”

“Iya, Bu. Terima kasih. Besok saja pagi ke sini, saya mau bekerja.”

“Baik, Lian.”

Bu Raya pun pamit, wanita paruh baya itu kembali ke rumah untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. Tetangga sebelah kontrakan Berlian yang sangat baik, Bu Raya tinggal sendiri dan sama sekali tak memiliki anak. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Berlian kembali duduk di pinggir ranjang dengan menggenggam tangan sang anak. Di hadapannya, malaikat kecilnya sedang berjuang. Cinta belum sadar karena efek obat bius yang cukup lama.

Sebuah pesan masuk dari Nunung membuatnya tidak kaget. Sejak tadi pihak kantor juga beberapa rekannya menghubunginya, tapi ia tak mau menerimanya.

“Lian, kamu pulang tanpa izin. Cari perkara saja, besok kamu di minta bertemu Bu Hera juga kepala divisi kita.”

Berlian hanya menatap layar ponsel. Ia teringat saat meminta izin pada Bu Hera yang ternyata malah di maki. Anaknya sedang berjuang, tidak mungkin ia begitu saja tetap bekerja. Dengan nekat tanpa peduli risiko, Berlian nekat Kabir.

“Aku tidak paham, kenapa Perusahaan begitu kejam pada karyawan kecil.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (110)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
contoh seorang ibu yg goblok,lelet dan lamban dlm mengambil keputusan. pantas saja gampang ditindas.
goodnovel comment avatar
Suhaida Ghani
tolong buka kuncinya
goodnovel comment avatar
Suhaida Ghani
cerita nya bagus tapi kenapa dikunci
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Hari bahagia

    6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Ikatan Batin

    Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Al Bara

    Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Gen kemiripan

    Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Bayi pintar

    "Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep

  • CEO Dingin Itu Ayah Anakku   Bayi pengganti

    Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status