Share

Bab 11

Penulis: Caitlyn
"Belakangan ini, Grup Gumarang sedang melakukan peningkatan kapasitas produksi. Pabrik-pabrik di bawah naungan kami berencana mengganti model seragam kerja dan bulan depan akan diadakan tender untuk desain seragam baru."

"Eh ...." Renee tersenyum canggung. "Pak Nathan, terus terang saja, di studio kami cuma ada aku dan sahabatku. Jangan bilang proyek besar seperti pabrik, bahkan untuk pesanan kecil saja kadang kami masih kewalahan."

Dia dan Michela biasanya hanya mendesain dan menjahit busana wanita secara manual, lalu menjualnya di toko daring milik mereka sendiri. Karena toko itu tidak begitu ramai, pesanan pun tidak terlalu banyak. Cukup untuk membuat mereka berdua sibuk, tetapi belum pernah sampai tahap produksi massal.

"Nggak apa-apa. Kalian tinggal buatkan rancangan gambarnya. Aku bisa bantu hubungkan dengan pihak produsen. Kalau kamu mau, kamu juga bisa hanya menjual hak desainnya saja. Lagi pula, studio kalian masih baru. Melangkah perlahan itu bukan hal buruk."

"Tapi studio sekecil kami ... apa memenuhi syarat ikut tender Grup Gumarang?"

"Perusahaan kami selalu berusaha memberikan kesempatan yang sama untuk semua peserta," jawab Nathan dengan tenang.

Dalam hati, Renee sebenarnya merasa bersemangat. Bagaimanapun, ini bisa menjadi titik awal baru dalam karier desainnya. Namun, di balik semangat itu, ada rasa tidak tenang. Kenapa Nathan begitu antusias membantunya?

Dia tentu tidak mungkin kekurangan desainer. Lantas, alasannya apa? Selain itu, sepertinya Nathan tidak tahu apa-apa soal perangkap tahun itu.

"Pak Nathan ... kenapa mau membantuku?" Renee akhirnya bertanya.

Nathan tersenyum lembut. "Karena aku ingin berteman denganmu. Dengan begitu, kita bisa punya lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi."

"Kalau begitu, ini termasuk jalur belakang dong?"

"Nggak juga," balas Nathan dengan serius. "Di Grup Gumarang, bukan aku yang sepenuhnya menentukan. Aku juga nggak akan menggunakan posisiku untuk mengubah keputusan siapa pun. Aku hanya memberitahumu tentang kesempatan ini. Soal kamu bisa menang atau nggak, itu tergantung kemampuanmu sendiri."

"Tentunya, aku percaya padamu. Aku sudah lihat hasil desainmu. Kamu nggak cuma fokus pada bentuk, tapi juga pada kenyamanan dan itu cocok sekali untuk kebutuhan pabrik."

"Terima kasih, kamu menilaiku terlalu tinggi," ujar Renee yang merasa sedikit tersentuh.

Dia tidak menyangka orang seperti Nathan bisa begitu memahami karyanya. Sedikit demi sedikit, rasa waspada di hatinya pun mulai mencair.

Mereka terus berbincang, hingga mobil berhenti di depan apartemen Renee. Obrolan mereka terasa hangat, bahkan akrab.

Nathan melirik arlojinya, lalu tersenyum. "Sudah makan malam? Kalau belum, aku traktir."

"Sudah. Nanti aku yang traktir kamu sebagai ucapan terima kasih karena sudah memberiku kesempatan ini."

"Kalau begitu, aku tunggu kabar darimu."

"Oke, terima kasih sudah mengantarku."

Renee turun dari mobil, menutup pintu dengan hati-hati. Sebelum berjalan pergi, dia sempat melambaikan tangan dan mengingatkan, "Hati-hati di jalan ya."

Sambil berjalan menuju lobi, dia membuka ponsel dan mengirim pesan kepada Michela. Senyuman kecil tersungging di bibirnya. Jelas, suasana hatinya sedang baik.

Namun, senyumannya langsung menghilang saat dia menurunkan ponselnya. Di bawah cahaya lampu jalan yang redup, Arvin berdiri bersandar di mobil Rolls-Royce hitam.

Cahaya lampu jatuh di atasnya, membuat siluet pria itu tampak dingin dan berkarisma, seolah-olah diselimuti aura kekuasaan yang membuat orang enggan mendekat.

Di antara jarinya, sebatang rokok masih menyala setengah. Asapnya berputar pelan di udara.

Renee tertegun. Pandangannya jatuh pada tangan pria itu. Tangan dengan jari panjang, tulang yang jelas, dan urat kebiruan samar yang tampak di bawah kulit.

Dia tahu, itu pertanda Arvin sedang menahan marah.

Renee perlahan mengangkat pandangannya, lalu bertemu dengan wajah tampan yang penuh tekanan itu.

"Pak Arvin, ada urusan denganku?"

Arvin menatapnya lama, suaranya sedingin embun malam. "Pantas saja kamu sibuk sampai nggak peduli sama anakmu yang sakit. Rupanya keluar sama pria lain."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Novia Via
seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 100

    Renee segera berjalan mendekat, berjongkok di samping kaki Jerico sambil terisak. "Terima kasih, Kakek selalu begitu menghargaiku.""Kenapa bicara begitu?" Jerico tersenyum sambil menepuk kepala Renee. "Kamu itu istri Arvin, ibu Renji. Mana mungkin Kakek nggak menghargaimu?""Kakek tahu betul sifat Arvin itu. Selama ini kamu yang banyak menahan diri.""Kakek, aku ...." Renee ingin mengatakan bahwa dirinya tidak merasa tertekan, tetapi mengingat situasinya sekarang, dia memutuskan untuk terlihat tertekan."Kakek, aku nggak apa-apa. Aku baik-baik saja.""Mm, hidup yang baik, pada akhirnya kamu akan punya hari bersinarmu sendiri."Hari bersinar? Renee belum pernah memikirkannya.Sejak hari dia menikah dengan Arvin, dia tak pernah berpikir ingin berkuasa atau menonjol. Dia hanya ingin hidup tenang dan punya keluarga yang damai.Kalau bukan karena kemunculan Nissa yang tiba-tiba, dia pun tidak akan berakting seperti ini di depan Jerico.Jerico kembali tersenyum. "Tadi Kakek sudah bertemu Re

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 99

    "Aku sudah tahu. Kalau nggak ada aku, kamu pasti nggak akan memperlakukan Renee dengan baik. Kamu melakukan apa lagi padanya?"Arvin terdiam, untuk sesaat tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.Jerico lalu beralih bertanya kepada Renee. Nada suaranya melembut. "Renee, bilang sama Kakek, apa yang bocah ini lakukan padamu?"Renee menunduk. Dia memaksa air mata yang sudah disiapkan keluar dari mata, lalu mendongak menatap Jerico."Kakek, aku bisa mengerti kalau Arvin nggak mencintaiku, tapi aku nggak bisa mengerti, apalagi menerima, kalau dia membawa Nissa ke kamar kami.""Benar begitu?" Jerico menoleh pada Arvin. "Arvin, yang Renee katakan itu benar? Kamu bawa Nissa ke kamar kalian?"Tangan Arvin yang diletakkan di pangkuannya semakin mengepal erat sampai memutih. Namun, dia tetap menunduk dengan patuh."Kakek, Nissa diundang khusus oleh Ibu untuk menjadi guru privatnya Renji. Renji memang sangat menyukainya. Dia mengajar dengan baik juga. Aku awalnya berencana menunggu Renji beradaptas

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 98

    Sore hari ketika Renee kembali ke rumah lama, Jerico sedang membahas pekerjaan dengan Arvin di ruang kerja.Di ruang bunga, duduk Juwita yang anggun, Nissa yang berdandan rapi, serta Felicia. Ketiganya sedang minum teh sambil mengobrol ringan.Suasana hangat itu mendadak sunyi begitu Renee muncul. Nissa secara refleks mengangkat sudut bibirnya, seperti sedang diam-diam mengumumkan kemenangan.Felicia sejak dulu selalu meremehkan Renee, bahkan malas memberi satu lirikan pun. Sementara itu, Juwita tidak mempersulitnya, bahkan menyapa lebih dulu, "Sudah pulang?"Sungguh sesuatu yang langka. Nada suaranya tidak terlalu baik, tetapi juga tidak sedingin dan sekejam semalam, seakan-akan kejadian semalam sudah dianggap selesai.Renee mengangguk ringan, bersiap melangkah naik. Tiba-tiba, Felicia memanggilnya dari belakang. "Tuli, berhenti!"Langkah kaki Renee terhenti. Dia menoleh dan menatap Felicia dengan tenang. "Kalau nggak bisa menghormati orang lain, aku sarankan ikut beberapa kelas etika

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 97

    Rosa segera berdiri. Dia menyapa dan menjelaskan, "Tuan Arvin menyuruhku datang membantu Bu Nissa mengurus Renji, jadi aku datang."Renee mengangguk. Dia tidak mengerti kenapa Arvin tiba-tiba memanggil Rosa ke sini. Namun, bagaimanapun juga dengan adanya orang lain yang mengawasi, Nissa seharusnya tidak berani melukai Renji lagi dalam waktu dekat.Dengan nada sebagai Nyonya Keluarga Suryana, Renee menasihatinya, "Kalau kamu sudah datang, uruslah Renji dengan baik.""Baik, Nyonya."Kemudian, Renee berpesan beberapa hal kepada Rosa, memintanya mengawasi Nissa, jangan sampai dia mencelakai Renji.Rosa terkejut dan bertanya, "Apa Nyonya salah paham dengan Bu Nissa? Bu Nissa sangat baik pada Renji."Renee tidak merasa aneh mendengarnya. Nissa terlalu pandai mengambil hati. Di Keluarga Suryana, dari yang tua hingga yang muda, dari majikan hingga pembantu, siapa yang tidak dibuat tunduk olehnya?"Pokoknya lakukan saja seperti yang kubilang." Renee merenung sesaat, lalu memberikan amplop besar

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 96

    Tatapan Arvin pada Renee perlahan-lahan menjadi suram. Dia menatapnya begitu saja.Setelah sekian lama, barulah dia mengambil laporan di atas meja, melihatnya sekilas, lalu mengangkatnya ke arah Renee. "Cuma ini?""Tengah malam lari keluar hanya untuk membawa selembar kertas sampah ini kembali dan membuat keributan?"Renee mengernyit. "Itu laporan pemeriksaan dari klinik hewan. Aku baru saja membawa Embul untuk diuji, aku ....""Renee, aku sudah bilang kejadian hari ini salahku, bukan salahmu. Renji juga nggak akan dibawa pergi. Bisa nggak kamu tenang sedikit?"Melihat ketidaksabaran di matanya, Renee seketika terdiam. Sepertinya dia tetap sama seperti sebelumnya, hanya percaya pada Nissa. Di hatinya juga hanya ada Nissa.Padahal beberapa hari ini, karena dia membawa Renji kembali ke Vila Panorama, karena dua tiket yang diberikannya, Renee sempat mengubah pandangannya pada Arvin. Pria berengsek tetap pria berengsek, tidak akan berubah.Renee menggigit bibirnya dan berkata dengan sangat

  • CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu   Bab 95

    "Bagaimanapun dia sudah menggigit orang. Aku yang setuju kamu bawa pulang, jadi kali ini aku nggak menyalahkanmu. Besok kirim saja anjing itu pergi."Arvin terlihat agak lelah. Usai mengatakan itu, dia berbelok dan berjalan naik ke lantai atas.Renee membuka mulutnya. Bukan karena dia tidak mau mengirim Embul pergi, hanya saja dia ingin mengatakan padanya bahwa Embul menggigit orang pasti ada alasannya.Embul masih kecil dan sifatnya lembut. Dulu pernah dikejar dan dipukul oleh keponakan perempuan Nenek Lia saja dia tidak pernah melawan, bagaimana mungkin tiba-tiba menggigit Renji?Lagi pula, sebelum keluar rumah, dia sudah mengurung Embul di ruang kaca yang penuh sinar matahari. Bagaimana mungkin Embul tiba-tiba bisa keluar?Mengingat dua malam lalu Embul juga keluar sendiri dari balkon dan membuat Arvin terkejut. Sepertinya dia terlalu meremehkan ambisi dan metode Nissa.Demi naik posisi, Nissa bahkan memanfaatkan anak kecil. Semakin Renee memikirkan, dia semakin kesal. Dia melangkah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status