Home / Romansa / CEO Galak Itu Mantan Pacarku / Tujuh Tahun Yang Lalu

Share

CEO Galak Itu Mantan Pacarku
CEO Galak Itu Mantan Pacarku
Author: Thaza

Tujuh Tahun Yang Lalu

Author: Thaza
last update Last Updated: 2023-05-27 01:58:39

"Sayang, dengarin aku dulu." Awan sibuk mengejar Raya yang berlari sambil menangis menuju kearah gerbang sekolah. Saat itu sebagian siswa sudah pada pulang. Hingga akhirnya Awan berhasil mendapatkan pergelangan tangan Raya. Lalu menarik nya kedalam pelukannya, mendekapnya erat, seolah berusaha memberi tahu Raya betapa kencangnya degup jantung Awan sekarang, semuanya karena Raya. Bukan wanita lain.

"Aku benci kamu, kamu jahat, Wan! Kamu jahat!" Teriak Raya sambil memukul-mukul dengan semua tenaga yang dia punya. Awan sedikit meregangkan pelukannya dan memberi ruang bagi Raya untuk melepaskan emosinya. Dia menerima segala pukulan Raya tanpa adanya perlawanan.

"Hu hu hu " Tangis Raya pun pecah setelah dia puas memukuli dada bidang Awan. Lalu merosot yang berjongkok sambil memeluki lututnya sendiri.

"Sayang." Panggil Awan lembut kepada Raya sambil mengusap pelan pucuk kepalanya. Dan tangan satunya lagi dirangkulkannya ke pundak Raya berusaha untuk menarik Raya masuk kedalam pelukannya lagi. Sungguh hatinya hancur melihat gadis kesayangannya itu menangis tersedu seperti ini.

"Gak usah panggil sayang! Kamu jahat, kamu selingkuh! Aku benci! Apa sih salah aku, aku gak pernah khianati kamu, aku sayang kamu tulus. Tiga tahun, Wan. Tiga tahun kita sama-sama. Kamu tahu ini hari apa?? Ini Anniversary kita, dan aku dapatkan ini semua sebagai hadiahnya? Huhuhu Aku benci sama kamu." Raya terus menangis sambil mengeluarkan uneg-uneg didalam hatinya meluapkan semua emosi yang semakin lama semakin memuncak. Sementara Awan terus berusaha untuk mendekap Raya namun Raya menolaknya.

"Kamu salah paham, aku dijebak. Aku bersumpah tidak melakukan apapun. Tidak menyentuh dia sedikit pun. Tolong dengarkan penjelasanku, sayang. Aku gak mau hubungan yang udah kita jalani tiga tahun berakhir hanya karena kesalah pahaman." Tutur Awan lembut sambil berusaha menenangkan napas Raya yang terus naik turun karena tangisnya tak kunjung reda.

"Gak ngapa-ngapain kamu bilang? Dia udah hampir telanjang dada gitu kamu bilang gak ngapa-ngapain?" Teriak Raya dan tangisnya kembali pecah bersama teriakannya.

"Sumpah sayang, dia buka sendiri pakaiannya. Aku juga gak tau maksud dia apa. Aku sedang berusaha untuk menghentikannya. Tapi tiba-tiba kamu udah masuk, dan disaat itu juga dia berteriak histeris kaya gitu. Aku bersumpah itu kenyataannya." Awan terus berusaha untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Namun Raya yang sudah terlanjur sakit hatinya tak dapat menerima segala pembelaan Awan.

"Pergi kamu, Wan. Aku benci sama kamu. Kita putus!" Teriak Raya, lalu berbalik berusaha berlari untuk menjauhi Awan. Namun Awan berhasil mendekap tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Raya tidak menolak, namun semakin lama tarikan nafasnya semakin melemah.

"Sayang." Panggil Awan karena dia merasakan tubuh Raya seperti melemas. Awan mencoba untuk meregangkan pelukannya untuk memriksa keadaan Raya. Namun bukannya berdiri tegak, tetapi Raya seperti tak bertulang dan hampir terjatuh. Raya pingsan! Awan segera membawanya ke mobil dan mengantarkan Raya pulang kerumahnya.

"Ya Ampun!! Kenapa Raya, Wan?" Tanya Bunda Raya karena melihat Awan mengendong Raya ala Bridal masuk ke dalam rumah.

"Pingsan tadi, Bun." Jawab Awan. Ya, Awan terbiasa memanggil Bunda kepada Bunda nya Raya. Semua atas permintaan Bunda.

Kemudian Awan menceritakan semua kejadian hari ini, berawal dari bagaimana cewek itu menjebaknya di gudang sekolah sampai Raya datang dan melihat kekacauan yang ada.

"Sumpah, Bun. Awan gak bohong. Awan gak lakuin apa-apa sama dia." Ucap Awan lirih sambil meneteskan air matanya. Menandakan betapa tulus perasaan yang dimilikinya untuk Raya, dia sangat takut kehilangan Raya.

"Iya, Bunda percaya kamu. Nanti bunda bantu bicara ya. Tapi kita juga tetap harus menghormati keputusan Raya." Ucap bunda lembut sambil menggenggam erat pergelangan tangan Awan, seolah memberikan kekuatan kepada anak laki-laki yang baru saja menyelesaikan Ujian Nasionalnya hari ini.

"Yaudah, Awan pulang dulu, ya, Bun!" Awan pamit sambil berdiri dan menciumi punggung tengan Bunda. Namun tak bisa disembunyikan betapa hatinya sangat bersedih, kembali terlihat Awan yang membungkuk sambil sesenggukan.

"Sabar nak. Nanti bunda sama semuanya bantu jelasin. Kamu yang sabar." Ucap bunda sambil mengelus pucuk kepala Awan.

"Makasih, Bun! Awan hanya takut Raya ninggalin Awan." Ucap Awan jujur. Bunda menanggapinya dengsn tersenyum lembut.

"Yauda kamu pulang dulu saja, istirahat. Jangan banyak fikiran." Jawab Bunda Tegas namun masih penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Awan pulang, Bun." Pamit Awan sekali lagi sebelum dia benar-benar pergi meninggakkan rumah Raya.

Beberapa hari kemudian Awan terus mencoba untuk menghubungi Raya, namun nomornya tidak pernah aktif. Hari ini Awan bertekad untuk menemui Raya, karena sudah tidak bisa lagi menahan rasa rindunya kepada gadis pujaan hatinya itu.

"Assalamu'alaikum, Bun." Awan mengucap salam begitu melihat Bunda dihalaman sedang menyirami tanaman hias kesayangannya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Bunda sendu begitu melihat kedatangan Awan.

"Bunda sehat? "

"Alhamdulillah sehat. Kamu apa kabarnya, nak?" Tanya Bunda merasa tidak enak kalau-kalau Awan bertanya tentang Raya.

"Ayo masuk! " Ajak Bunda sebelum Awan menjawab pertanyaannya, Bunda mempersilahkan Awan duduk.

"Alhamdulillah sehat juga, Bun. Raya ada, Bun?" Tanya Awan langsung sambil melihat ke arah pintu kamar Raya yang tertutup rapat.

"Sebelumnya Bunda minta maaf sama Awan. Bunda dan ayah sudah berusaha menjelaskan kepada Raya. Tapi Raya tetap kekeh untuk mempercayai apa yang dia lihat." ucap Bunda penuh penyesalan. Karena dia merasa gagal membantu Awan yang memang dia tau Awan adalah anak baik. Sebab selama dia berpacaran dengan Raya, mereka tidak pernah aneh-aneh. Bahkan Raya selalu terlihat ceria setiap harinya. Di setiap kebersamaan mereka Bunda bisa melihat betapa Awan sangat menyayangi Raya.

"Ini yang Awan takutkan, Bun." Ucap Awan sambil menundukkan kepalanya, dia berusaha untuk menutupi matanya yang kini berkaca-kaca. Namun bukannya menutupi tindakannya malah semakin membuat genangan air itu tumpah dibawah sana.

"Yang sabar ya. Jalan kalian masih panjang. Kalau memang Raya jodohnya kamu, kelak kalian akan bersama. Mungkin ini cara Tuhan agar kalian fokus pada masa depan. Kejar mimpi kalian masing-masing. Hingga tiba saatnya nanti waktu kembali mempertemukan kalian dalam kondisi yang jauh lebih baik dari sekarang." Jelas Bunda kepada Awan.

"Iya, Bun. Makasi banyak, ya, Bun. Awan pamit dulu. Maafin Awan yang udah buat Raya sedih. Assalamu'alaikum." Pamit Awan sambil mengecup punggung tangan Bunda Raya.

Tujuh tahun berlalu sejak peristiwa itu.

Pagi ini Raya bangun pagi-pagi sekali dan sudah berpakaian rapi. Dia diminta oleh atasannya untuk mewawancarai karyawan baru di departemen desain pukul sembilan nanti. Dia pergi dengan mengendarai sepeda motor matic yang baru dia beli minggu lalu. Menyusuri jalan menuju pusat kota, hingga tiba disebuah gedung besar di tengah kota.

"RK Company. I'm coming!!" Seru Raya begitu dia berdiri tepat di hadapan pintu utama gedung tersebut.

Dengan tergesa-gesa dia berlari menuju ke departemen desain tempat dia berkarier selama 3 tahun terakhir.

Bugh!!

Karena kecerobohannya dia menabrak seorang lelaki berperawakan tampan bak dewa Yunani. Dengan kacamata hitam yang membuat parasnya terlihat semakin tegas.

"Maaf, maaf!" Ucap Raya terburu-buru sambil memunguti tas milik lelaki itu. Dan segera membersihkannya dengan sapu tangan yang dia bawa disaku celananya.

"Ini, sekali lagi maaf, saya gak sengaja." Ucap Raya lagi sambil membungkuk setelah memberikan tas itu kepada si pemiliknya.

"Hmmm... " Jawab laki-laki tersebut. Kemudian berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun kepada Raya.

"Dasar orang aneh." Umpat Raya sambil melihat punggung laki-laki itu menjauh.

Kok kaya gak asing ya? Bathin Raya kini bersuara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   Awan Kecil

    Rencana mama Awan untuk melihat acara bridal shower calon mantu kesayangannua itu pun gagal. Begitupun rencana Awan yang menemui Raya disana. Sebab mamanya tidak mengizinkan dia untuk keluar dari rumah apapun yanh terjadi. "Ma, plis!" rengek pria itu. "Salah sendiri gangguin mama vc sama Raya." ucap wanita paruh baya yang kini sedang merajuk pada anaknya. Awan akhirnya menyerah dan membaringkan tubuhnya disamping ibunya dengan kepala berbantalkan paha ibunya. "Ma ..." panggil Awan. "Hmm?" sahut ibunya dengan tangan kanan mengutak atik handphone dan tangan kirinya mengelus rambut Awan. Wanita itu mengalihkan pandangannya saat Awan tak kunjung bicara. Dia kemudian tersenyum melihat betapa putra ini sudah tumbuh menjadi kelaki dewasa. Dengan sifat yang hampir keseluruhan adalah warisan dari papanya. Kecuali cuek dan galak dengan bawahan. Karena seringat mamanya, papanya adalah atas yang paling ramah dan loyal dengan bawahan. Kenangan masa lalu ketika Awan berusia 5 tahun sedang be

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   Dipingit

    "Sayang, aku kangen." ucap Awan bermonolog sambil memandangi wajah Raya yang tercetak jelas memenuhi layar ponselnya. Sepuluh hari sudah berlalu sejak kepulangan mereka ke Jakarta. Dan selama itu pula. mereka tidak bertemu. Menahan segala kerinduan yang bergejolak didalam dada. Yang membuat pria itu semakin frustasi, sudah 3 hari ini calon istrinya itu bahkan tidak bisa dihubungi. Sungguh keadaan seperti ini tidak pernah dia harapkan. Ingin rasanya dia melihat wajah kekasihnya itu, namun video call nya selalu ditolak oleh gadis itu. Terpaksa dia harus pasrah dengan hanya berkirim pesan. Itupun dia mengirim dipagi hari, tapi dibalas siang hari. Bahkan pernah dibalas malam hari. Ternyata ucapan mamanya tidak main-main, mereka berdua beneran dipingit selama dua minggu. Peraturan yang aneh menurut pemuda itu, apa bagusnya pake acara dipingit-pingit segala. Yang ada malah membuat calon pengantin kehilangan semangat. Fikir pemuda itu sambil terus memandangi foto wajah calon istrinya yang

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   Gara-gara Anu

    Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali tampak ramai sore ini. Pengunjung yang baru saja tiba juga yang akan berangkat tampak hilir mudik disekitarnya. Awan, Raya beserta mama Awan kini juga sudah berada disana sejak satu jam yang lalu. Ya, begitu pria itu menyelesaikan segala urusannya dengan RK Company di cabang Bali. Dia dan Raya langsung pergi menjemput mamanya yang menunggu di rumah Awan. Hari sebelumnya Raya dan mama Awan tidur dirumah Awan, sebab masih ada beberapa pakaian mamanya yang harus dikemas dan dibawa kembali ke Jakarta. Tampak ketiga orang itu kini sudah berada diruang tunggu pesawat, dan menantikan panggilan bagi para penumpang untuk memasuki pesawat mereka. "Sayang, fotoin." ucao Raya meminta Awan untuk mengambilkan foto dirinya dan calon mertua kesayangannya itu. "Oke." ucap pria itu santai. Berbagai pose dilakukan oleh kedua wanita tersayangnya, mulai dari pose kalem hingga pose random serta absurd, ahh, entah apalah namanya itu. Raya meminta ponsel A

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   Milikmu

    "Kenapa?" tanya Awan heran melihat reaksi Raya. "Aku gak minta kamu buatkan restoran. Aku hanya ingin menikmati sunset di tepi pantai, sayang." ucap Raya. Dia tak habis fikir dengan pria di hadapannya itu. Bisa-bisa nya segala omongan lelucon masa SMA benar-benar dia wujudkan dengan cara yang diluar bayangan Raya. Seperti acara pertunangan mereka. Raya juga tidak menyangka bahwa impian asal yang dia sebutkan di masa lalu benar-benar di rekam oleh Awan dan di realisasikannya saat ini. Awan yang tadinya sangat menggemaskan di mata Raya bagaikan oppa-oppa korea, bahkan lebih tampan. Kini ketampanannya naik beribu-ribu kali lipat. Tampak senyum di bibir Raya semakin melebar tak mampu di tahan, pipinya pun tampak merona. Tiba-tiba saja Raya menjadi salah tingkah dihadapan pria yang saat ini sudah menjadi tunangannya itu. "Aku udah berjanji pada diriku sendiri. Apapun akan lakukan asal kamu bisa kembali denganku. Berjanjah, untuk tidak pernah pergi lagi. Aku tidak yakin akan mampu ber

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   R. House Cafe

    Setelah memastikan bahwa martabak pesanan calon mertuanya sudah tiba dengan selamat, barulah Raya merasa lega. Dia pun meminta izin untuk pulang terlambat, sebab akan mengajaknya untuk dinner diluar. Sesuai dengan rencana sebelumnya, Awan akan mengajak Raya ke cafe kecil miliknya itu malam ini. Awan sudah menghubungi manager cafe bahwa dia akan makan malam disana. Sepuluh menit kemudian mereka pun tiba.Mereka kembali kebuah desa dimana kecelakaan tadi pagi terjadi. Desa kecil dengan tingkat ekonomi rendah, sebab hampir semua penduduk bermata pencarian sebagai nelayan. Awan terkenang akan 3 tahun yang lalu. Hari itu, hujan cukup deras. Awan menemukan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun kedinginan sedang berteduh di halte sendirian saat dia akan kembali kerumah dari arah Denpasar. Dia kemudian berhenti dan berjalan menggunakan payung menghampiri anak laki-laki itu. Setelah berbincang sedikit. Akhirnya dia mau diantarkan pulang oleh Awan. Dan Awan pun sampailah pada desa ini. Te

  • CEO Galak Itu Mantan Pacarku   Menemani Bu Eva

    "Kalian dimana?" tanya mama nya di seberang sana. "Lagi dirumah sakit, Ma." jawab Awan sambil menoleh kepada Raya yang sedang nerangkul ibu Eva yang menjadi korban kecelakaan tadi. "Apa Raya baik-baik saja?" tanya mamanya dengan tergesa-gesa. "Mama segera kesana, katakan kalian berada dirumah sakit mana." tanya mama Awan lagi sambil bergegas mengambil tas nya dan berjalan menuju pintu. "Ma! Ma! Sabar! Tarik nafas mama dulu, lalu buang. Lakukan berulang-ulang sampai mama tenang." Awan berusaha menenangkan mama nya yang sudah terlanjur panik. Sebab wanita setengah baya itu mendapat laporan dari orang-orangnya bahwa Awan dan Raya mendapatkan sedikit masalah diperjalanan. Mereka dikerumuni oleh warga desa karena terjadi sebuah kecelakaan kecil yang mana mereka terlibat didalamnya. Dia tau bahwa Raya tidak terluka ketika insiden itu, tapi yang dia khawatirkan adalah Raya akan terluka karena warga desa. Sebab dia sering melihat beberapa video yang sempat berseliweran di beranda sosia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status