Home / Romansa / CEO ITU AYAH ANAKKU / Bab :5 Pertanyaan Yang Tidak Bisa Di Jawab

Share

Bab :5 Pertanyaan Yang Tidak Bisa Di Jawab

Author: Nunik Sobari
last update Last Updated: 2025-02-12 10:28:28

"Mama, Please," lirih Bima, sambil memandang Reynaldi. Anak kecil itu mulai tertarik dengan sosok di depannya.

Bima kembali melirik ke arah Lina, seolah minta izin. Tapi, Lina hanya diam saja, tanpa ekspresi.

Melihat Lina yang membatu, Reynaldi segera berdiri dan mengambil bola dari tangan Bima. Lalu dengan gerakan terlatih dia menendangnya perlahan.

Bola tampak melambung tinggi, kemudian ditangkap dengan mudah oleh Reynaldi.

Mata Bima membulat dan bersinar senang. “Wow! Ajari aku, Tuan! Janji mau ajari aku!’

Reynaldi tertawa, tawa yang tidak pernah terdengar, bahkan oleh dirinya sendiri selama ini. Karena hidupnya yang terlalu serius.

“Tentu! Lain kali aku akan ajari kamu lebih banyak teknik bermain bola sampai kamu jadi juara.”

Bima tertawa girang, tapi tiba-tiba wajahnya berubah menjadi serius, sejenak ia memandang wajah Reynaldi. “ Tuan kenapa matanya mirip denganku, wajah Tuan juga sama seperti wajahku, apa aku salah?”

Tubuh Reynaldi berubah menjadi kaku, dia langsung diam membisu.

Lina sempat kaget dengan pertanyaan anaknya, tapi dia memilih untuk bungkam.

Bima kecil tampak berpikir. “Mama?” panggilnya.

Lina menarik nafas dalam-dalam. Lalu berlutut di hadapan anaknya. Dia membelai rambut bocah laki-laki itu dengan lembut. “Bima, dengarkan Mama baik- baik.”

Bima diam menatap Lina dengan fokus.

Lina menggigit bibirnya, ekspresi wajahnya menegang. Dengan suara lirih hampir tidak terdengar. “ Tuan ini adalah … papamu.”

Hening, suasana seketika terasa sangat mencekik.

Bima menatap mamanya, kemudian beralih menatap Reynaldi. Wajah bocah kecil itu kebingungan.

“ Tuan ini … papaku?”

Lina mengangguk pelan, sementara Reynaldi menahan nafas.

Bima menatap Reynaldi tajam, wajahnya benar- benar kebingungan.

“Kalau dia papaku, kenapa dia baru datang sekarang?”

Sakit! Wajah Bima berubah, seperti sedang menahan perih, begitu juga Rey yang mendengarnya.

Rasanya bagai seribu pisau sedang menusuk jantung Reynaldi saat ini. Perih, dan berdarah.

Dia tidak tahu harus menjawab dengan cara apa.

Lina diam di tempatnya. Matanya menatap Reynaldi tajam, seolah menuntut pria itu untuk memberi penjelasan kepada anaknya, kemana dia lima tahun belakangan ini.

Reynaldi berlutut di depan Bima. Mencoba menatap anak itu lembut, meskipun dadanya terasa sesak dengan penyesalan

“Papa,” suara Reynaldi tercekat.

“Papa, tidak tahu kalau kamu ada, Nak!” lirih Reynaldi dengan suara yang bergetar.

Bocah kecil itu menatap Reynaldi dengan bingung.

“Papa, tidak tahu kalau aku ada?”

Reynaldi mengangguk pelan. “Kalau aku tahu kamu ada. Papa, pasti akan mencarimu. Papa tidak akan diam saja. Papah tidak akan meninggalkanmu.”

Bima kelihatan bingung, tidak lama kemudian dia seperti sedang berpikir. Kemudian dia menoleh ke arah Lina, Mamanya.

Lina mengambil nafas panjang dan mengelap keringat dingin yang menetes di keningnya. “Dia memang tidak tahu kalau kamu ada, Nak.”

Reynaldi menatap Lina tidak percaya. Dia tahu betul bagaimana sakit hatinya. Tapi dia masih mau membela reputasinya didepan anak mereka.

“Sekarang Papa sudah tahu, apa Papa akan pergi lagi?”

Reynaldi menahan nafasnya, jantungnya seakan diremas, mendengar anaknya bicara.

“Papa tidak akan pergi. Papa mau mengenalmu, Bima.”

“Baiklah.” Bima mengangguk sesaat matanya terus saja melihat ke arah dua orang di hadapannya

Reynaldi tersenyum tipis, belum sempat dia bicara banyak, tiba-tiba sudah dipotong oleh Lina.

“Sudah cukup, Bima. Masuk kedalam. Mama mau bicara dengan Tuan Reynaldi.”

Bima menatap Lina sejenak, sebelum akhirnya menatap Reynaldi. “Sampai jumpa lagi, Papa!”

Reynaldi merasa sangat terharu, air matanya menetes di pipinya. “Sampai jumpa lagi, Nak!”

“Sekarang apa maumu?” Lina berkata dengan tegas.

Reynaldi engan serius sambil menatap mata Lina “Aku ingin anakku, Lina.”

“Oh, jadi setelah lima tahun menghilang, tidak peduli, sekarang kau tiba-tiba ingin menjadi seorang papa?” kata Lina sambil mendengus kasar.

“Lina, kamu jangan berkata seperti itu, bahkan aku tidak pernah tahu keberadaan nya.”

“Tidak usah banyak bicara, itu bukan suatu alasan!” ujar Lina tajam.

“Aku melahirkannya sendirian, aku membesarkannya sendirian, aku melihatnya sakit sendirian, tidak ada yang membantuku. Tiap malam aku menangis karena takut, kalau dia kelaparan, tidak bisa hidup dengan layak. Dan kau! Bahkan kau tidak pernah peduli, aku masih hidup atau sudah mati!” Lina meluapkan semua emosinya, air matanya tidak bisa tertahan lagi.

Sementara Reynaldi diam di tempatnya, sebenarnya dia ingin membela diri, dia juga ingin mengatakan kalau dia juga merasa kehilangan, tapi itu tidak mungkin. Karena memang dia di posisi bersalah.

Bahkan kesalahannya sangat besar.

“Lina maafkan aku, setidaknya beri aku kesempatan. Aku ingin mengenal anakku. Aku ingin ada dan berarti dalam hidupnya,” pinta Reynaldi memohon

“Aku tidak ingin kau menyakiti Bima, seperti kau menyakiti aku,” tegas Lina walau terdengar lirih.

“Aku bersumpah, aku tidak akan pernah menyakitinya, dia anakku, darah dagingku, Lina!” tegas Rey berusaha meyakinkan Lina.

Lina mengambil nafas panjang. "Baik! Tapi jangan harap kau bisa masuk ke dalam hidupnya, sebelum kau membuktikan, kalau kau memang layak menjadi papanya.”

Reynaldi menatap mata Lina dengan tajam, dia berjanji dalam hati, akan berusaha membuktikan semuanya.

Karena sekarang ada yang paling berarti dan berharga dalam hidupnya, anak.

“Aku pulang! Sampaikan salamku untuk Bima. Aku akan datang lagi nanti,” pamit Reynaldi sebelum membalikan badannya dan meninggalkan Lina sendiri.

Seperginya Reynaldi, dia yang saat ini duduk di kursi belakang, mobil mewahnya, hanya bisa terdiam. Wajahnya tampak serius dan penuh perhitungan.

“Anto! Jangan pernah bicarakan ini dengan siapapun! Termasuk Nyonya mu!” perintah Reynaldi tegas.

“Siap Tuan!” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

Sepanjang perjalanan, pikiran Reynaldi hanya ada pada Bima anaknya. Dadanya terasa perih dan sakit. Ia merasa sangat bersalah.

“Bodoh! Bodoh sekali!” umpatnya, sesekali berkata kasar.

Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri, yang terlalu naif. Percaya apa kata-kata Fanny, istrinya. Sebenarnya Rey mulai curiga, saat enam tahun lalu, dia memanggil satpam muda itu. Tapi, Fanny berkata jika satpam itu sudah kabur.

“Bodoh kamu Lina! Bagaimana kau bisa membesarkannya sendirian. Bagaimana bisa kau tidak minta pertanggungjawaban aku! Aku papanya. “

“Kau juga bodoh, Reynaldi! Bagaimana bisa kau tidak mencarinya!“

Terus saja Reynaldi mengumpat seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.

Sesampainya di rumahnya. Fanny sudah berdiri di depannya. Menyambut kedatangan suaminya dengan tubuh wangi dan pakaian yang cantik. 

"Halo Sayang, hari ini kamu pulang terlambat. Kenapa tidak mengabarkan aku. Tapi, untung aku sudah memanaskan makanan yang di meja." Fanny langsung menggandeng Reynaldi yang sejak tadi menahan gejolak amarah di dalam dadanya. 

"Lepas!" perintah Reynaldi sambil menghempaskan tangan Fanny. 

Sikap itu membuat Fanny terbelalak. "Ada apa, Sayang?" tanya Fanny menahan tangisnya. 

"Katakan! Di mana rumah satpam muda yang dulu kabur dari rumah kita. Bukankah kau, yang mempekerjakannya dan menerima semua data-datanya? Aku minta arsip data satpam itu, Sekarang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab : 82 Kamu Putraku

    Usai menyalami Lina dan Reynaldi, Noah berjalan menghampiri Nasha, dan Nayara yang tersenyum tapi tetap kaku dan datar.“Ini Mama Nasha, kasih salam sama Mama Nasha…”ujar Bima sambil membimbing Noah “Aku Noah Mama Nasha..aku janji nggak akan nakal, aku juga janji nggak akan buat Mama susah.” bocah polos itu bicara dengan lancar dan sopan.Nasha yang tadinya hanya melihat Noah dengan tatapan datar, tiba-tiba bibir nya tersenyum dan matanya berkaca-kaca.” panggil aku Mama Nasha ya, Mama percaya kamu anak pintar, Kamu anak baik.” katanya sambil menarik badan Noah dan membawanya dalam pelukan.Noah mencium tangan Nasha dan tersenyum dalam pelukan Nasha.“Eh kenalin, ini Nayara! Kalian baik-baik, ya. Kalian ini saudara. Main sama-sama, belajar sama-sama, ya. Papa sayang sama kalian semua.” Bima memeluk kedua anaknya dengan haru.Akhirnya menjelang sore, setelah makan bersama, berbincang, tertawa dan bercanda bersama, Bima dan Nasha memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Di Dalam mobil

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab :81 Antara Luka Dan Logika

    “Aku Bukan kecewa karena kamu punya masa lalu, Bim. Tapi aku kecewa karena kamu sendiri bahkan tidak tahu kalau kamu mempunyai anak dari masa lalumu, pria macam apa kamu ini?!Apa aku, Nayara dan bayi kita bisa percayakan hidupnya kepada laki-laki macam kamu?” Nasha terus saja bicara, pelan tapi penuh penekanan. Saat Bima datang mengunjungi mereka di rumah orang tuanya sendiri.Nasha memang tidak marah, bahkan berteriak ataupun menangis, Dia hanya bicara pelan. Tatapannya kosong. Terlihat jelas, kalau ada luka yang mendalam dihatinya.Bima hanya bisa menatap istrinya. Berkali-kali meminta maaf, walaupun itu tak bisa mengobati luka nya.Bahkan dia sendiri tidak tahu, kalau akhirnya masa lalunya hadir dalam wujud seorang anak laki-laki yang memanggilnya, Papa.” “Nasha maafkan aku, bahkan aku tidak tahu semuanya jadi begini,tapi sekarang Noah ada. Dan dia anakku, aku harus bagaimana, aku bahkan tidak bisa menghindar apalagi lari dari semuanya”“Aku tau,Dan aku juga bukan perempuan yang

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab : 80 Cinta Yang Tak Punya Tuannya

    Flashback - Australia 12 tahun lalu Saat itu Bima baru saja masuk semester tiga Universitas ternama di Australia. Dia melarikan diri dari rasa kecewanya karena cinta, waktu di Indonesia. Diantara jadwal padatnya untuk kuliah, juga magang dari kampus, Bima tidak punya waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain. Hingga dia akhirnya bertemu dengan Alivia, gadis pintar dan cantik. Yang bekerja paruh waktu sebagai barista kopi di cafe sebelah apartemen Bima. “Nama kamu siapa?” “Namaku Alivia morgan, tapi teman-temanku memanggil ku Alivia. Kamu?” “Bima. Bima Reynaldi.” “Nama kamu ciri khas Indonesia. Kamu asli Indonesia, ya?” “Ya, aku asli Indonesia, Kamu sendiri?” “Ibuku asli Jawa, dan Papaku asli Australia.” “Cantik!” Percakapan itu terus berulang setiap hari, Alivia selalu ada saat Bima datang untuk minum kopi. Dan yang lebih unik lagi, ternyata mereka satu tempat kuliah. Hanya Alivia mengambil jurusan yang berbeda dari Bima. Percakapan mereka semakin hari s

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab : 79 Wanita Dari Masa Lalu Bima

    Hari itu langit Jakarta mendung. Bima baru saja pulang dari rapat panjang dengan Reynaldi Group selama sehari penuh.Nasha menyambutnya dengan senyum lelah.Dengan sopan Nasha mencium takzim tangan suaminya. Bima pun mengecup kening Nasha lembut.“Kemana anak-anak sayang?” tanya Bima sambil berjalan masuk kedalam ruangan.“Mereka ada di dalam kamar bayi. Mereka semuanya sudah tertidur bersama pengasuhnya. Kenapa sayang? Apa kamu mau bertemu sama anak-anak?” tanya Nasha sambil mengambil jas dan tas milik suaminya. “Sudah biar, anak-anak biar istirahat, aku juga sangat lelah.” Bima melangkah masuk menuju kamarnya, menyusuri ruangan demi ruangan yang sangat luas, Nasha mengikutinya dari belakang.Belum sampai mereka memasuki kamar mereka tiba-tiba seorang asisten rumah tangga berlari kecil menghampiri mereka.Asisten rumah tangga di itumengatakan bahwa ada seorang wanita bernama olivia dan anak laki -laki ,yang berumur sekitar 7 tahun.Mereka berdua saling bertatap-tatapan. Nasha menged

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab :78 Bunga Tulip Dari Masa Lalu

    Khabar tentang pembukaan butik besar “ K Z “ dan peluncuran majalah ternama, tentang biografi desain merk KZ . Sampai juga ke telinga Elsa dan Rakha. Dan malam itu juga Elsa mendatangi butik Kezia dengan perasaan geram. Dan Tak habis pikir. Berkali-kali dia bicara sendiri didalam mobil. “Bodoh! Sangat bodoh ! Apa maksudmu membuat buku tentang kisah hidupmu, kalau sudah begini pasti aku dan Rakha akan terseret- seret namanya.”Elsa mulai cemas, dia takut hidup nya terganggu. Mobil terus berjalan cepat, sampai akhirnya sampai di sebuah butik yang sangat besar dan megah. Elsa tidak parkir di depan butik itu, tapi mobilnya parkir di depan rumah mungil dan rapi di sebelah butik.Tanpa banyak kata dia langsung turun begitu selesai memarkirkan mobilnya dengan rapi.“Kamu…ada apa, Elsa? Ayo masuk. Bagaimana bisa tahu aku tinggal dirumah ini sekarang.” “Dasar aneh! Bagaimana bisa kamu berpikir aku tidak tahu hal sekecil itu tentang kamu? Kamu sadar nggak, bahkan hal yang lebih besar dari

  • CEO ITU AYAH ANAKKU   Bab : 77 Butik KZ

    Rumah mungil di sebelah butik, Kezia duduk sendiri, menjahit. Saat malam turun dia mendengar suara ketukan pelan didepan pintu. Kezia melangkah pelan. Dia mengira satpam atau pegawai butik yang belum pulang, dan mampir kerumahnyaSaat pintu dibuka, berdiri didepan pintu kedua orangtuanya. Lina dan Reynaldi.“Mama…Papa!” “Bagaimana kalian bisa tahu, aku tinggal disini?” katanya terbata-bata“Kami orang tuamu Kezia. Ikatan batin kita pasti menunjukkan dimana kamu berada.”Lina meraih tubuh putri kesayangannya, dalam pelukannya.Begitu juga Reynaldi,”Kamu tetap anak Papa, apapun yang terjadi, dan Papa bangga padamu sekarang. “ Mereka masuk kedalam rumah mungil itu, dan mereka hampir tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Mesin jahit, meja desain. Dan beberapa kertas yang sudah tercoret-coret hasil karya tangannya sendiri.Mereka benar-benar melihat perubahan yang sangat drastis pada diri Kezia. Bukan lagi Kezia putri kecil mereka yang manja, bukan Kezia putri mereka yang mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status