Home / Romansa / CEO MESUM itu SUAMIKU / Bab 6 Memberi Tahu Orang Tua

Share

Bab 6 Memberi Tahu Orang Tua

Author: Wii
last update Last Updated: 2023-02-05 17:30:11


Ervan baru tiba di kediamannya dengan raut wajah lelah dan pusing. Bagaimana tidak pusing? Dalam waktu dekat, Ervan harus menikah dengan karyawannya sendiri. Tak pernah terbayangkan dalam benak Ervan, dirinya akan menikah dengan paksaan seperti ini. Semuanya terasa rumit bagi Ervan. Padahal Ervan belum siap dengan komitmen.




Pria berusia 30 tahun itu menghempaskan tubuhnya di atas sofa sambil menghela napas lelah.




Bagus Pramudji, sang ayah, menghampiri Ervan yang sedang menutup mata di sofa.




"Ervan," panggil pria berusia 60 tahun itu.




Namun, Ervan  hanya membuka matanya sekilas, kemudian menutupnya lagi. Setelah itu, ia bertanya, "Apa?"




"Kalau dipanggil orang tua itu yang bagus jawabnya. Duduk. Jangan tiduran kayak gitu," celoteh Bagus kesal.




Ervan mendecak kesal dan terpaksa membuka mata sambil duduk tegak. Ia menatap Bagus yang sudah duduk di sofa satunya lagi. "Ada apa, Pa?"




"Papa mau tanya soal kemajuan perusahaan. Ada laporan nggak enak yang Papa dapat dari pihak keuangan. Katanya ada pengeluaran yang tidak jelas kemana arahnya. Kamu pakai buat apa uang itu?" tanya Bagus to the point.




"Mampus gue," batin Ervan.




Bagus masih diam, menatap Ervan. Sekaligus menunggu jawaban dari putranya. Sedangkan Ervan mendadak gelisah karena memang ia baru menggunakan uang perusahaan untuk membayar seorang wanita sebagai uang tutup mulut. Tidak menyangka sama sekali kalau laporan itu telah sampai ke telinga Bagus.




Karena tak mendapat jawaban, Bagus berdehem untuk mendapatkan perhatian dari Ervan yang sedang melamun.




Ervan yang gugup langsung menatap Bagus sambil cengengesan. "Anu, Pa, uangnya buat bayar apartemen. Maaf ya, Pa."




"Hhh!" Bagus menghela napas berat. Kelakuan putranya memang tidak berubah sejak dulu. Selalu menghabiskan uang untuk hal yang tidak penting. "Buat apa kamu beli apartemen? Toh Papa lihat kamu sering pulang ke sini."




"Ya, buat nanti aku nikah, Pa," jawab Ervan sekenanya.




"Hah?! Nikah?!"




Ervan sedikit terkejut mendengar nada tinggi Bagus. Bahkan tangannya sampai mengusap dada karena jantungnya hampir saja berhenti berdetak. "Yaelah, Pa. Biasa aja kenapa sih."




"Kamu beneran mau nikah? Sama siapa? Mana calonnya? Kenapa nggak dikenalin ke Papa sama Mama dulu? Latar belakang keluarganya gimana? Anaknya baik nggak? Solehah nggak? Awas aja kalau kamu pilih cewek yang pakai baju kurang bahan ya. Nggak bakal Papa restui," cerocos Bagus.




Ervan mendengus kesal. Hal seperti inilah yang selalu Ervan hindarkan. Bagus sangat over ketika tahu dirinya memiliki pasangan.




"Ck! Anaknya baik, Pa. Solehah. Dia karyawan di kantor kita. Papa pasti tahu orangnya. Nggak perlu juga aku kenalin."




Bagus mengernyit. "Karyawan di kantor? Siapa?"




"Hhh! Gea, Pa. Gea Shanindya."




"Ooh!" Bagus ber-oh ria dengan wajah sumringah. "Gea yang pakai hijab itu, kan? Yang anaknya kalem itu, kan? Ya ampun. Akhirnya kamu nggak salah pilih, Nak. Papa memang suka banget lihat Gea. Anaknya beneran baik. Beruntung deh kamu bisa nikah sama dia," lanjutnya.


"Tapi, kok dia mau sama kamu?"



Ervan kesal dengan ucapan ayahnya yang terakhir. Namun, entah mengapa dirinya hanya tersenyum sekilas karena tak punya tenaga. Entah apa yang bisa dibanggakan dari Gea, sampai ayahnya begitu bahagia mendengar kabar ini?




"Kapan kita ketemu orang tuanya? Kalau bisa besok. Biar kamu cepat nikah," desak Bagus.




"Pa, buru-buru banget sih."




"Loh, harus dong. Kamu tuh udah berumur. Kapan lagi kamu kasih Papa sama Mama cucu? Anaknya teman Papa udah pada nikah semua. Masa kamu mau sendirian terus?"




Ervan menghela napas lelah. Seperti biasa, pembahasan ini akan selalu Bagus lontarkan untuknya. "Ya orang kan beda-beda, Pa. Jangan disamakan mulu kenapa sih. Hobi banget bandingin anak sendiri sama anak orang lain. Heran."




"Bukan gitu maksud Papa. Cuma Papa heran aja sama kamu. Kamu pacaran itu nggak pernah serius. Selalu gonta ganti. Terus pacar kamu semua nggak ada yang beres. Baru kali ini kamu pilih pasangan yang bagus dan sesuai sama keinginan Papa," ujar Bagus. "Nikah itu enak loh, Van. Mau pergi kerja, ada yang urusin. Mau tidur, ada yang temenin. Mau anu, ada yang layani. Tinggal bilang aja, udah dikasih. Nggak perlu jajan di luar. Cukup main sama istri aja."




"Enak apanya? Habis nikah malah nggak bakal dapet jatah. Tetap harus jajan juga di luar. Huh!" omel Ervan dalam hati.




Tak berselang lama, masuk seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah istrinya Bagus, Nurmala Sari. Wanita cantik berkerudung itu masuk dengan mengucapkan salam.




"Assalamualaikum."




"Waalaikumsalam," jawab Bagus dan Ervan bersamaan.




Bagus menatap sang istri. "Kamu habis dari mana, Ma?"




"Habis nganter baju pesanan Bu Yani, Pa. Nggak enak kalau nggak dianter. Soalnya dia udah nunggu seminggu lebih karena stoknya baru ready kemarin," ucap Nurma sambil duduk di samping kanan Bagus. "Lagi pada ngomongin apa sih? Kok serius banget."




Bagus ingin memulai ceritanya. Tapi Ervan langsung berkata, "Ervan mau nikah, Ma."




Tentu saja hal itu membuat Nurma sedikit syok karena info dadakan ini. Sedangkan Bagus hanya mendengus kesal. Padahal ia sudah sangat antusias untuk menceritakan berita bahagia itu pada istrinya.




"Ya Allah, Nak. Kenapa dadakan gini sih? Siapa calonnya? Harusnya kamu kenalin dulu, baru ambil keputusan!" 


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 127 Akhir

    Delapan tahun kemudian....“Papa!”Iqbal berseru riang saat melihat sang ayah sudah menunggunya di parkiran mobil. Saat ini, Iqbal sudah bersekolah di Sekolah Dasar yang cukup terkenal dan bonafit di Semarang. Iqbal baru saja selesai ulangan matematika dan mendapatkan nilai terbaik. Ia tidak sabar ingin menunjukkan hasil ulangannya pada sang ayah.Iqbal berlari-lari kecil menghampiri ayahnya. Setelah hampir sampai, Iqbal tersandung batu dan hampir terjatuh. Untunglah sang ayah dengan sigap menangkap tubuhnya.“Astaga, Iqbal. Kamu tuh jangan suka lari-lari. Hampir aja jatuh kamunya. Kalau sampai ada yang luka, Papa yang dimarahi Mama,” ucap Ervan.Iqbal justru tertawa lalu meminta maaf pada Ervan. “Iya maaf ya, Pa. Soalnya aku semangat banget mau nunjukin hasil ulangan matematika aku ke Papa.”“Kamu ada ulangan matematika hari ini?” tanya Ervan.“Iya, Pa. Ini hasilnya.”Iqbal menyodorkan selembar kertas ulangan pada Ervan. Ervan pun dengan senang hati menerimanya dan memeriksa hasil ul

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 126 Kebahagiaan Ervan dan Fahri

    Dua tahun kemudian, Ervan tampak disibukkan dengan toko sembakonya yang semakin hari semakin ramai pembeli. Padahal ia sudah memiliki tiga orang pekerja, namun dirinya masih harus membantu jika sudah ramai pesanan. Belum lagi ada pesanan yang berasal dari beberapa toko kelontong yang harus diantar. Ervan benar-benar kewalahan, namun tetap bersyukur karena kios sembakonya selalu ramai pembeli.Hingga malam pun tiba, Ervan bergegas masuk ke kamar untuk tidur setelah menghitung keuntungan hari ini. Saat masuk ke kamar, ia melihat istrinya masih belum tidur. Sedangkan Iqbal sudah tidur di kamar satunya.“Sayang, kok belum tidur?” tanya Ervan sambil memeluk istrinya yang berdiri memandangi langit malam dari jendela kamar.“Aku belum bisa tidur, Mas. Tadi udah minum susu hangat, tapi belum ngantuk juga,” jawab Gea. “Oh iya, gimana keuntungan hari ini, Mas?”“Alhamdulillah makin meningkat, Sayang. Aku kayaknya butuh dua karyawan lagi deh, Yang. Soalnya setiap hari pembeli makin ramai. Kadang

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 125 Ikhlas

    Seminggu setelah kepergian Intan, Ervan dan Gea memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya. Mulai dari permasalahan awal dengan Intan dan Irma, sampai merembet ke masalah Wahyu yang dendam karena kematian Jelita. Bahkan sampai menyeret beberapa orang, termasuk Restu. Mereka sudah mulai berdamai dengan masa lalu dan akan memulai kehidupan baru bersama-sama.Dan pagi ini, mereka berniat melihat kondisi terkini Irma dan juga Dira. Mereka berada di RSJ yang sama. Namun, mereka hanya bisa melihat dari kejauhan saja. Kondisi Irma dan Dira sangat buruk dan sulit untuk dikendalikan, terutama Irma yang terkadang berteriak bahwa dirinya adalah orang paling kaya di muka Bumi ini. Obsesinya menjadi orang kaya memang masih sangat melekat di pikirannya, sehingga membuatnya depresi ketika keinginan itu tak tercapai.Setelah selesai melihat kondisi Irma dan Dira, mereka memutuskan untuk berkunjung ke makam Wahyu dan Intan. Hanya sebentar karena mereka sekeluarga berencana untuk liburan ke tempat rekreas

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 124 Kabar Tentang Intan, Irma dan Dira

    Fahri berjalan memasuki kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Ervan malam ini. Pagi tadi, ia ditugaskan Ervan untuk mengunjungi para pelaku yang sudah mengganggu kehidupan Ervan. Hanya sekadar mengetahui keadaan mereka masing-masing. Kalau Restu, Ervan sendiri sudah mempekerjakannya lagi mulai besok, dan itu atas permintaan Gea. Ervan juga sudah bisa memaafkan kesalahan Restu, mengingat kondisi Restu saat itu sedang terdesak.Ervan yang melihat keberadaan Fahri langsung melambaikan tangan. Posisi duduknya memang sedikit ke belakang area kafe karena lebih sepi dari bagian depan. Untung saja Fahri bisa menyadari lambaian tangannya dan bergegas menghampirinya.Fahri duduk di hadapan Ervan. Wajahnya tampak murung setelah mengunjungi Intan, Irma dan Dira. Ervan bisa merasakan aura tidak enak dari tatapan mata Fahri.“Ada apa, Ri?” tanya Ervan.Sebelum berbicara, Fahri menghela napas terlebih dulu. Helaan napasnya terdengar sangat berat sekali. Kemudian, Fahri berkata, “Van, gue puny

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 123 Hari yang Membahagiakan

    Gea melambaikan tangan ketika mobil Bagus sudah melaju meninggalkan rumahnya. Senyum bahagia Gea tak luntur sedetikpun. Hatinya sangat-sangat lega sekarang. Bagus kembali bersikap seperti biasanya dan justru menerima putranya sebagai cucu.Hingga tak lama kemudian, suara Ervan terdengar jelas di telinganya. Gea menoleh dan ternyata Ervan sudah berdiri di sampingnya.“Loh, ini kado dari siapa, Yang?” tanya Ervan sambil mengernyit heran.“Dari Papa, Mas.”Ervan melongo mendengar jawaban Gea. “Hah? Papa?”“Iya, Mas.”“Papa kesini?” tanya Ervan lagi.Gea mendengus dan hanya mengangguk. Sementara Ervan mencoba menepuk pipinya. Ia merasa sedang bermimpi. Namun hal itu justru membuatnya terlihat lucu di mata sang istri, sampai membuat istrinya tertawa.Ervan lantas menatap istrinya dengan alis yang tertaut samar. “Kok kamu ketawa, Yang?”“Ya soalnya kamu lucu,” jawab Gea apa adanya.“Lucu kenapa?”“Itu tadi, tepuk-tepuk pipi.” Gea menekan pipi Ervan yang tampak sedikit berisi. “Kamu itu lagi

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 122 Situasi Membaik

    “Ma, makasih banyak udah kasih pencerahan Gea. Berkat Mama, dia sekarang jauh lebih tenang dan nggak jadi pergi,” ucap Ervan lega.“Iya, Van. Mama ngelakuin ini demi kebahagiaan kalian. Jangan sampai kalian berpisah hanya karena ocehan dari tetangga. Memang pernikahan kalian terjadi atas dasar kesalahan. Tapi, bukan berarti mereka berhak menilai kalian seenaknya.”Saat ini, Ervan dan Lastri sedang duduk di ruang tamu. Sedangkan Gea dan Iqbal sudah tidur di kamar. Mereka masih mengobrol sambil menikmati segelas teh yang dibuat oleh Lastri.Ervan benar-benar lega sekali ketika hati Gea luluh oleh nasehat Lastri. Ia tidak menyangka, ucapan Lastri sangat berpengaruh pada keputusan Gea. Hingga akhirnya, Gea membatalkan keputusannya untuk pergi meninggalkan Ervan.“Ehm, atau kami pindah aja ya, Ma. Ke Semarang lagi. Soalnya tetangga di lingkungan sana baik-baik banget, terutama sama Gea. Beda sama tetangga di sini,” ujar Ervan.Lastri tersenyum dan berkata, “Van, mau kalian keliling dunia p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status