Home / Romansa / CEO MESUM itu SUAMIKU / Bab 5 Perjanjian Pra-Nikah

Share

Bab 5 Perjanjian Pra-Nikah

Author: Wii
last update Huling Na-update: 2023-02-04 20:03:35

Mendengar ancaman Gea, nyali Ervan tiba-tiba menciut. Ada rasa kesal. Tapi, Ervan tidak mungkin melanjutkan hasratnya. Bisa heboh satu perusahaan jika Gea benar-benar menyebarkan berita itu. Reputasi Ervan dan keluarganya bisa tercoreng....

"Ck! Oke, oke ... aku bakal keluar," ucap Ervan. "Tapi, urusan kita belum selesai. Ingat itu!"

Ervan melenggang pergi dengan kesal dan membanting pintu saat keluar. Setelah kepergian Ervan, tubuh Gea lemas sampai terduduk di lantai sambil menangis.

Sedangkan Ervan menggeram kesal di ruangannya sendiri karena merasa ditolak oleh wanita itu. Baru kali ini Ervan mendapat penolakan. Apalagi Ervan juga ditampar oleh Gea.

"Sialan tuh cewek! Berani banget dia nampar pipi gue!" gerutu Ervan. "Nggak terima gue!"

Ervan duduk di kursi dengan kasar. "Awas lo, Gea. Gue bakal kasih perhitungan buat lo."

****

Gea menatap jam dinding.

Waktu jam kerja sudah habis. Pekerjaannya juga sudah selesai. Kini, Gea bersiap untuk pulang ke rumah. Setelah kejadian pukul 10.30 tadi, akhirnya Gea mengurungkan niat untuk pulang. Ia takut diperlakukan buruk oleh Ervan. Gea benar-benar trauma saat ini. Tapi, dia sudah membuat keputusan dan Ervan ... harus menerimanya!

Setelah keluar dari ruangan, ia berpapasan dengan Lia yang kebetulan ingin ke toilet. Gea tersenyum pada wanita itu dan bertanya, "Mau kemana?"

"Ke toilet. Beser mulu gue dari tadi," ucap Lia sambil terkekeh.

"Oh, yaudah, gue pulang duluan ya," pamit Gea.

Lia hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan Gea. Sementara Gea berjalan ke arah ruangan Ervan. Diketuknya beberapa kali pintu ruangan itu, sampai Ervan mempersilahkan masuk.

Gea membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Mau ngapain kamu masuk ke sini?" tanya Ervan dengan nada sewot dan lirikan sinis.

Gea tidak langsung menjawab. Map merah yang dipegang tadi pun segera Gea letakkan di atas meja Ervan. Setelah itu, ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Ervan.

Ervan yang melihat map itu pun mengernyitkan keningnya. "Apa ini?"

"Bapak buka aja," ujar Gea dengan tenang.

Ervan sedikit mendengus sambil membuka map tersebut. Dibacanya dengan pelan isi dari map itu, kemudian kelopak matanya melebar sempurna. Pandangannya kini sudah beralih ke arah Gea yang sudah menyunggingkan sebuah senyuman aneh.

"Apa maksudnya ini? Kamu mau peras aku?!"

Gea mengernyit. "Siapa yang mau peras Bapak?"

"Ini!" tunjuk Ervan pada isi dari map itu, "Ngapain kamu buat surat perjanjian pra-nikah ini, hah?! Kamu pikir, aku mau nikahin kamu? Huh! Maaf, aku nggak sudi."

"Kalau memang Bapak belum siap buat bertanggung-jawab, harusnya Bapak jangan perkosa saya. Saya nggak mau menanggung malu sendirian. Sementara Bapak enak, ongkang-ongkang kaki doang dan nggak dicibir banyak orang," celetuk Gea.

"Tinggal digugurkan aja apa susahnya sih?! Kemarin dikasih cek malah disobek. Sekarang buat surat perjanjian kayak gini. Nggak ada untungnya buat aku," ucap Ervan kesal. "Kalau kamu nggak mau gugurin itu kandungan, mending kamu nikah aja sama cowok lain."

Gea mendecih sambil berkata, "Enak banget Bapak ngomong ya. Bapak yang berbuat, orang lain yang disuruh tanggung-jawab. Hati Bapak itu terbuat dari apa sih? Atau memang Bapak nggak punya hati sama sekali? Miris banget ya hidup Bapak."

Ervan menggebrak meja sambil berdiri. Tak terima mendapat penghinaan dari Gea. Berani sekali wanita rendahan seperti dia menghina pria yang memiliki jabatan tinggi.

"Kenapa, Pak? Bapak nggak terima saya bilang kayak gitu?" ledek Gea.

"Iya! Kamu didiamkan makin ngelunjak ya! Aku boss di sini! Jadi, jangan macam-macam kamu!" teriak Ervan marah.

Gea masih tetap tenang. Menghadapi orang seperti itu memang harus bersikap tenang. Bahkan Gea bersedekap sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

"Saya kayak gini karena Bapak sendiri yang membuat masalah dalam hidup saya," ujar Gea. "Selama saya hidup, nggak pernah ada satu orang pun yang berani sentuh saya. Apalagi sampai ditiduri kayak gitu. Bapak yang pertama kali nyentuh saya sampai saya hamil kayak gini."

"Dan asal Bapak tahu, saya nggak sama kayak cewek-cewek yang pernah Bapak hamili. Saya cuma butuh tanggung jawab Bapak atas anak ini. Setelah anak ini lahir, Bapak boleh talak saya dan saya akan pergi jauh dari Bapak. Cuma itu yang saya mau," lanjut Gea.

Pria di hadapan Gea itu menatapnya dengan tajam. Kedua tangannya yang berada di atas meja pun terkepal sempurna. Tapi, Gea tidak peduli. Ia masih tetap menunggu jawaban dari Ervan tentang perjanjian tertulis itu.

"Kalau Bapak mau marah, silahkan. Tapi jangan marah sama saya karena ini kesalahan Bapak sendiri. Berani berbuat, berani bertanggung-jawab," ucap Gea.

"Aku nggak mau nikah sama kamu!"

Gea menyeringai. "Oke. Kalau gitu, saya harus datang ke orang tua Bapak untuk bahas soal ini. Gimana? Bapak siap dapat omelan dari orang tua?"

Amarah di wajah Ervan pun meredup. Jika sudah berurusan dengan orang tua, nyali Ervan akan menciut. Apalagi kalau sampai Ayahnya tahu. Bisa-bisa namanya akan dicoret dari daftar ahli waris. Sial! Ervan terjebak oleh kesalahannya sendiri.

Melihat ekspresi Ervan mendadak berbeda dari sebelumnya, Gea pun tersenyum puas.

"Gimana, Pak? Kalau Bapak nggak jawab dalam hitungan ke lima, saya bakal pergi ke rumah orang tua Bapak."

"Sialan kamu!" Ervan mengumpat kesal.

"Harusnya saya yang bilang gitu ke Bapak," balas Gea tak mau kalah. "Yang sialan itu Bapak. Yang bajingan itu Bapak. Yang brengsek itu Bapak. Masalah ini muncul karena ulah Bapak. Saya nggak masalah kalau Bapak hamili cewek lain. Tapi kenapa harus saya yang Bapak nodai? Di kantor ini banyak cewek yang lebih cantik dan lebih seksi dari saya. Kenapa nggak mereka aja? Toh mereka bakal seneng kalau dinodai karena memang mereka suka sama Bapak."

Ervan melebarkan kelopak matanya. "Oh, jadi kamu nggak suka aku nodai? Nggak terima, iya?!"

"Iya!" jawab Gea lantang. "Cuma cewek bodoh yang mau dinodai Bapak. Saya dididik baik-baik sama orang tua saya. Tapi Bapak malah merusak masa depan saya, tanpa ngerasa salah. Makanya saya nggak akan lepasin Bapak sebelum Bapak nikahin saya!"

Ervan hanya menggeram frustrasi sambil membaca isi perjanjian itu. "Apa-apaan ini?! Masa setelah nikah, aku nggak boleh ngelakuin hubungan itu sama kamu! Rugi di aku dong!"

Gea mendecih sambil geleng kepala. "Bapak rugi apa sih? Bapak kan bisa cari cewek lain buat dijadiin pelampiasan. Yang jelas-jelas rugi itu saya, Pak. Saya yang hamil, saya yang melahirkan. Belum lagi nanti ada cibiran tetangga soal kehamilan saya. Bapak mah enak, nggak berbekas. Kalau cewek berbekas, Pak."

"Aku nggak mau tanda tangan kalau aturan nomor dua nggak diganti!" tolak Ervan karena merasa dirugikan.

"Ya itu terserah, Bapak. Saya tinggal ke rumah orang tua Bapak, terus saya …."

Ervan langsung menutup mulut Gea dengan telapak tangannya. Setelah Gea diam, Ervan mengambil pulpen di dekatnya, kemudian membubuhkan tanda tangan tepat di dekat materai. Gea pun tersenyum senang setelah Ervan memberikan kembali surat itu padanya. Gea pun ikut menandatangani perjanjian itu dengan senyum bahagia.

Setidaknya, anak yang ada di dalam kandungannya tidak lahir saat dirinya belum menikah.

Jika sudah menikah, Gea tidak akan peduli lagi pada omongan tetangganya nanti.

"Semoga kerja sama kita berhasil, Pak Ervan."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maryati Yati
gea wanita hebat gak gampang ditindas
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 127 Akhir

    Delapan tahun kemudian....“Papa!”Iqbal berseru riang saat melihat sang ayah sudah menunggunya di parkiran mobil. Saat ini, Iqbal sudah bersekolah di Sekolah Dasar yang cukup terkenal dan bonafit di Semarang. Iqbal baru saja selesai ulangan matematika dan mendapatkan nilai terbaik. Ia tidak sabar ingin menunjukkan hasil ulangannya pada sang ayah.Iqbal berlari-lari kecil menghampiri ayahnya. Setelah hampir sampai, Iqbal tersandung batu dan hampir terjatuh. Untunglah sang ayah dengan sigap menangkap tubuhnya.“Astaga, Iqbal. Kamu tuh jangan suka lari-lari. Hampir aja jatuh kamunya. Kalau sampai ada yang luka, Papa yang dimarahi Mama,” ucap Ervan.Iqbal justru tertawa lalu meminta maaf pada Ervan. “Iya maaf ya, Pa. Soalnya aku semangat banget mau nunjukin hasil ulangan matematika aku ke Papa.”“Kamu ada ulangan matematika hari ini?” tanya Ervan.“Iya, Pa. Ini hasilnya.”Iqbal menyodorkan selembar kertas ulangan pada Ervan. Ervan pun dengan senang hati menerimanya dan memeriksa hasil ul

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 126 Kebahagiaan Ervan dan Fahri

    Dua tahun kemudian, Ervan tampak disibukkan dengan toko sembakonya yang semakin hari semakin ramai pembeli. Padahal ia sudah memiliki tiga orang pekerja, namun dirinya masih harus membantu jika sudah ramai pesanan. Belum lagi ada pesanan yang berasal dari beberapa toko kelontong yang harus diantar. Ervan benar-benar kewalahan, namun tetap bersyukur karena kios sembakonya selalu ramai pembeli.Hingga malam pun tiba, Ervan bergegas masuk ke kamar untuk tidur setelah menghitung keuntungan hari ini. Saat masuk ke kamar, ia melihat istrinya masih belum tidur. Sedangkan Iqbal sudah tidur di kamar satunya.“Sayang, kok belum tidur?” tanya Ervan sambil memeluk istrinya yang berdiri memandangi langit malam dari jendela kamar.“Aku belum bisa tidur, Mas. Tadi udah minum susu hangat, tapi belum ngantuk juga,” jawab Gea. “Oh iya, gimana keuntungan hari ini, Mas?”“Alhamdulillah makin meningkat, Sayang. Aku kayaknya butuh dua karyawan lagi deh, Yang. Soalnya setiap hari pembeli makin ramai. Kadang

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 125 Ikhlas

    Seminggu setelah kepergian Intan, Ervan dan Gea memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya. Mulai dari permasalahan awal dengan Intan dan Irma, sampai merembet ke masalah Wahyu yang dendam karena kematian Jelita. Bahkan sampai menyeret beberapa orang, termasuk Restu. Mereka sudah mulai berdamai dengan masa lalu dan akan memulai kehidupan baru bersama-sama.Dan pagi ini, mereka berniat melihat kondisi terkini Irma dan juga Dira. Mereka berada di RSJ yang sama. Namun, mereka hanya bisa melihat dari kejauhan saja. Kondisi Irma dan Dira sangat buruk dan sulit untuk dikendalikan, terutama Irma yang terkadang berteriak bahwa dirinya adalah orang paling kaya di muka Bumi ini. Obsesinya menjadi orang kaya memang masih sangat melekat di pikirannya, sehingga membuatnya depresi ketika keinginan itu tak tercapai.Setelah selesai melihat kondisi Irma dan Dira, mereka memutuskan untuk berkunjung ke makam Wahyu dan Intan. Hanya sebentar karena mereka sekeluarga berencana untuk liburan ke tempat rekreas

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 124 Kabar Tentang Intan, Irma dan Dira

    Fahri berjalan memasuki kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Ervan malam ini. Pagi tadi, ia ditugaskan Ervan untuk mengunjungi para pelaku yang sudah mengganggu kehidupan Ervan. Hanya sekadar mengetahui keadaan mereka masing-masing. Kalau Restu, Ervan sendiri sudah mempekerjakannya lagi mulai besok, dan itu atas permintaan Gea. Ervan juga sudah bisa memaafkan kesalahan Restu, mengingat kondisi Restu saat itu sedang terdesak.Ervan yang melihat keberadaan Fahri langsung melambaikan tangan. Posisi duduknya memang sedikit ke belakang area kafe karena lebih sepi dari bagian depan. Untung saja Fahri bisa menyadari lambaian tangannya dan bergegas menghampirinya.Fahri duduk di hadapan Ervan. Wajahnya tampak murung setelah mengunjungi Intan, Irma dan Dira. Ervan bisa merasakan aura tidak enak dari tatapan mata Fahri.“Ada apa, Ri?” tanya Ervan.Sebelum berbicara, Fahri menghela napas terlebih dulu. Helaan napasnya terdengar sangat berat sekali. Kemudian, Fahri berkata, “Van, gue puny

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 123 Hari yang Membahagiakan

    Gea melambaikan tangan ketika mobil Bagus sudah melaju meninggalkan rumahnya. Senyum bahagia Gea tak luntur sedetikpun. Hatinya sangat-sangat lega sekarang. Bagus kembali bersikap seperti biasanya dan justru menerima putranya sebagai cucu.Hingga tak lama kemudian, suara Ervan terdengar jelas di telinganya. Gea menoleh dan ternyata Ervan sudah berdiri di sampingnya.“Loh, ini kado dari siapa, Yang?” tanya Ervan sambil mengernyit heran.“Dari Papa, Mas.”Ervan melongo mendengar jawaban Gea. “Hah? Papa?”“Iya, Mas.”“Papa kesini?” tanya Ervan lagi.Gea mendengus dan hanya mengangguk. Sementara Ervan mencoba menepuk pipinya. Ia merasa sedang bermimpi. Namun hal itu justru membuatnya terlihat lucu di mata sang istri, sampai membuat istrinya tertawa.Ervan lantas menatap istrinya dengan alis yang tertaut samar. “Kok kamu ketawa, Yang?”“Ya soalnya kamu lucu,” jawab Gea apa adanya.“Lucu kenapa?”“Itu tadi, tepuk-tepuk pipi.” Gea menekan pipi Ervan yang tampak sedikit berisi. “Kamu itu lagi

  • CEO MESUM itu SUAMIKU   Bab 122 Situasi Membaik

    “Ma, makasih banyak udah kasih pencerahan Gea. Berkat Mama, dia sekarang jauh lebih tenang dan nggak jadi pergi,” ucap Ervan lega.“Iya, Van. Mama ngelakuin ini demi kebahagiaan kalian. Jangan sampai kalian berpisah hanya karena ocehan dari tetangga. Memang pernikahan kalian terjadi atas dasar kesalahan. Tapi, bukan berarti mereka berhak menilai kalian seenaknya.”Saat ini, Ervan dan Lastri sedang duduk di ruang tamu. Sedangkan Gea dan Iqbal sudah tidur di kamar. Mereka masih mengobrol sambil menikmati segelas teh yang dibuat oleh Lastri.Ervan benar-benar lega sekali ketika hati Gea luluh oleh nasehat Lastri. Ia tidak menyangka, ucapan Lastri sangat berpengaruh pada keputusan Gea. Hingga akhirnya, Gea membatalkan keputusannya untuk pergi meninggalkan Ervan.“Ehm, atau kami pindah aja ya, Ma. Ke Semarang lagi. Soalnya tetangga di lingkungan sana baik-baik banget, terutama sama Gea. Beda sama tetangga di sini,” ujar Ervan.Lastri tersenyum dan berkata, “Van, mau kalian keliling dunia p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status