Reaksi teman-temannya Alisa sudah jelas sangat heboh sekali mendengar perkataannya Alisa tersebut seakan-akan telah menemukan bahan gosip atau ghibah yang baru sehingga bisa dicerna oleh semua calon ibu-ibu muda ras terkuat di muka bumi tersebut.
Alisa hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis dan tidak lagi mencoba untuk berkomentar. Tak disangka, waktunya wisuda pun tiba. Semua orang yang ada di sana mulai masuk ke suatu ruangan untuk mengikuti acara wisuda yang telah ditetapkan sedemikian rupa.
Bangunan yang cukup luas dan tinggi telah disulap oleh tangan-tangan kreatif menjadi tempat yang estetik dan juga megah sekali. Cahaya lampu yang bersinar terang dari atas memantul sampai ke bawah di mana lantainya tampak bersih dan putih kinclong.
Kursi-kursi dengan begitu banyak jumlahnya hampir sulit dihitung dalam waktu yang singkat telah berjejeran satu sama lain. Orang-orang yang tidak berkepentingan juga turut serta mendapatkan bagiannya tersendiri dalam acara wisuda di dalam ruangan tersebut.
Tentunya, para mahasiswa dan mahasiswi yang menjadi sorotan utama dalam acara ini pasti menjadi yang paling terdepan untuk duduk di dalam jejeran kursi-kursi tersebut. Alisa dan kawan-kawan tak lagi ragu untuk duduk sesuai dengan tempat yang mereka inginkan.
“Acara Wisuda Universitas Bulgasaru Tahun 3025 akan segera dimulai! Para hadirin yang berbahagia, silahkan duduk dengan khidmat mengikuti berlangsungnya acara!” seru seorang pembawa acara.
Dung…!
Gendang peresmian yang sudah menjadi tradisi wisuda Universitas Bulgasaru dibunyikan dengan keras tiga kali sebagai tanda acara wisuda yang ditunggu-tunggu akan segera dimulai. Alisa yang sudah duduk barisan paling depan benar-benar memiliki perasaan yang begitu rumit mendengar suara gendang tersebut.
“Acara wisuda ini adalah sesuatu yang menjadi penantianku selama ini. Lalu, mengapa rasanya menyedihkan sekali? Mungkinkah aku sebenarnya tak rela berpisah sampai di sini?” batin Alisa tampak lesu meski akhirnya dia menghela napas sebelum kembali menampilkan raut wajahnya yang ceria.
“Bsk…! Alisa, kayaknya bakal seru acara kali!” bisik temannya Alisa yang duduk berada di sebelah kanannya.
“Ada apa?” Alisa bertanya karena terkejut.
“Aku baru saja dapat info terbaru. Ada keturunan Keluarga Bins Haekal, salah satu keluarga dari enam keluarga adidaya yang akan memberikan sambutan tertentu kepada kita semua nanti ini! Katanya, dia bukan sekadar keturunan biasa melainkan pewaris utama mereka yang bakalan datang langsung!”
“Keluarga Bins Haekal dari enam keluarga adidaya? Hmm…, oh yang itu…! Aku tahu sekarang maksudmu. Namun, bukankah acara kali ini akan terlalu megah kalau sampai dihadiri oleh sosok seperti itu?”
“He-he-he…! Kayaknya memang sengaja dibuat seperti itu. Dengar-dengar juga ada perekrutan karyawan baru yang akan ditempatkan di perusahaan cabang milik Keluarga Bins Haekal yang beroperasi di sekitar sini. Benar-benar hari yang beruntung sekali!”
Alisa dan temannya masih asyik mengobrol meski berbisik-bisik di barisan kursi paling depan. Sesuatu yang sebenarnya tidak etis manakala acara wisuda yang khidmat telah benar-benar dimulai.
Untungnya, keduanya masih peka terhadap lingkungan sekitarnya sehingga berhenti manakala merasa sudah tak perlu melanjutkan percakapan remeh temeh mereka sebelumnya hingga acara wisuda tanpa sadar sudah sampai di pertengahan acara.
“Yang Terhormat, Tuan Rensakar Bins Haekal dari Keluarga Bins Haekal! Anda bisa melangkah maju menuju podium untuk memberikan sambutan. Waktu dan tempat, dipersilahkan!” seru pembawa acara yang terlihat senang manakala menyebutkan sosok dari Keluarga Bins Haekal itu.
Sampai-sampai, dia sendiri yang melihat ke arah di mana Rensakar mulai berdiri dari kursinya yang berada di sudut tertentu ruangan megah tersebut sebelum dengan gagah tanpa celah sedikitpun akhirnya melangkah maju dalam upaya untuk datang mendekati podium.
Sosoknya benar-benar terlihat bersinar dengan tinggi mencapai 180 cm disertai paras wajahnya yang tampan meskipun terlihat begitu dingin dan tegas. Tubuh tinggi miliknya yang cukup kekar membusung dengan tegak seperti pilar digerakkan selangkah demi selangkah.
Beberapa orang jelas menebak dengan akurasi tinggi kalau pria ini pasti memiliki otot dada, perut, dan lengan yang jelas menggoda sekali. Rambut pirang menyala memanjang sampai dagu tampak disisir dengan begitu rapinya.
Bibir merah merona disertai pipi dan dagu yang terlihat sempurna gagahnya. Tak luput juga, bola matanya yang lebar berwarna hitam pekat sedang memandang ke arah depan bak anak panah cinta yang sudah terlanjur dilesatkan sekuat tenaga menusuk ke hati para kaum hawa.
“Wow…! Alisa, dia tampan sekali! Waduh, orang setampan ini pastilah banyak peminatnya!” bisik temannya Alisa dengan sukacita melihat ke belakang di mana Rensakar sudah melangkah beberapa kali mendekati ke arah podium.
Semua sorot mata orang-orang tertuju ke arahnya dan Alisa mau tidak mau ikut bagian dalam rombongan tersebut. Wajah cantiknya Alisa dengan bola matanya yang indah melihat seseorang yang tidak kalah indahnya daripada dirinya.
“Ta–tampan…!” gumam Alisa tak bisa lagi menutupi fakta tersebut.
Whoosh…!
Angin seolah-olah berhembuskan dengan cepat membawa pesona pria tampan dan gagah tersebut di setiap langkahnya menuju ke seluruh penjuru ruangan megah tersebut. Sungguh bergetar hebat sekali hati dan jiwa semua orang yang melihat ketampanan seorang Rensakar.
Tak…! Tak…!
Langkahnya menuju podium telah terhenti manakala telah sampai di sana. Podium yang begitu sederhana tampak terlihat menjadi lebih istimewa manakala sosok Rensakar berada tepat di sana. Alisa yang turut duduk tepat di depan podium ikut bergetar.
“Terserah kamu saja!” jawab Rensakar dengan tenang acuh tak acuh tanpa ekspresi tertentu.Alisa menghela napas ringan memandang ke arah Burhan sejenak sebelum dengan cepat melangkah ke arah tempat antrian untuk mendapatkan porsi makanannya. Rensakar tetap terdiam di sana sedangkan Darpa jelas jauh berbeda dengannya.“Hmph! Aku pergi dahulu dan menyambut ayah. Adapun kamu, sebaiknya tidak perlu repot-repot bergerak mendekat selangkah pun!” tegas Darpa dengan nada mengejek sebelum akhirnya melangkah maju ke arah Burhan.“Buang-buang waktu!” sahut Rensakar mengirimkan pesan telepatinya kepada Darpa yang mendekat ke arah Burhan.“Uhuk-uhuk! Tutup mulutmu!” Darpa hampir muntah mendengar perkataan Rensakar sehingga terpaksa meladeninya membalas melalui pesan telepati.Meski begitu, langkah kakinya tidak berhenti sama sekali. Para antek bawahannya juga turut serta mengikutinya dari arah belakang secara bertahap bergabung ke dalam kerumunan orang-orang saling berdesakan satu sama lain. Mereka
“Aura pemimpin Keluarga Bins Haekal yang merupakan salah satu terkuat dari enam keluarga adidaya terpancar darinya. Entah mengapa kalau hal ini beberapa kali terasa jauh lebih mendominasi dibandingkan sebelumnya sewaktu di rapat dalam perusahaan Zombiek Group!” pikir Alisa dengan bola mata cantiknya terbuka lebar-lebar dengan kekaguman tersendiri.Meski sebelumnya pernah dianggap remeh hingga ditekan oleh Burhan, Alisa merasa masih bisa berdecak melihat sosok mendominasi seperti ini. Bagaimanapun juga, dia adalah anak Kepala Keluarga Dans Kurt yang jelas memiliki kelayakan dan hak untuk menjadi Kepala Keluarga selanjutnya.Kalau bukan karena beberapa hal yang tidak diketahui, Alisa mungkin saja menjadi calon pewaris unggulan sama seperti Rensakar saat ini. Hanya saja, terlalu berbahaya kalau sampai ketahuan ayahnya yang dikatakan oleh ibunya ingin sekali membunuhnya. Alisa hanya bisa diam-diam mengamati sekelilingnya saja.Alisa bisa membandingkan antara calon pewaris dan pewaris seja
“Hah…, benar-benar sekumpulan orang yang menyedihkan dan menjijikkan sekali seperti kecoa yang selalu mengganggu keindahan sekitarnya. Haruskah aku meledak marah sekarang juga?” pikir Alisa sudah tak tahan terus menerus mendapatkan pesan telepati dari segala sisi.Kondisi Rensakar tidak jauh berbeda dengan Alisa. Jelas sekali kalau dia mendapatkan pesan telepati dari kaum hawa lainnya yang turut serta menggodanya. Beberapa sudah terlanjur tergila-gila dengan sosoknya Rensakar terlalu tampan tanpa cacat sedikit pun.“Tuan Muda Rensakar, izinkan saya menjadi istri kedua Anda! Saya pasti akan memuaskan semua kebutuhan hidup Anda! Saya juga akan memberikan segala bentuk cinta yang mendalam dan tulus hanya untuk Anda seorang diri saja. Menikahlah denganku, Tuan Muda Rensakar!”“Saya juga wanita cantik yang tidak kalah sama sekali dengan calon istri Anda. Ukuran dada saya juga jauh lebih besar darinya sehingga Tuan Muda Rensakar dijamin akan sangat puas melihat sosok saya yang indah terbari
“Dengan begitu, tidak perlu ada yang merasa dikecewakan sama sekali selama kalian setia dan tulus mencoba yang terbaik demi kebaikan serta masa depan yang cerah bagi Keluarga Bins Haekal! Meski musuh ada di mana-mana, kita tidak boleh menyerah satu langkah kaki pun…!”Perkataan Burhan terdengar tegas dan begitu mendominasi menampilkan wibawa seorang pemimpin sejati salah satu enam keluarga adidaya paling terkenal kuatnya tidak kalah dibandingkan dengan Keluarga Dans Kurt. Tatapan mata semua orang seperti bara api yang tersulut dengan emosi yang mendalam.“Baik, Tuan!” tegas semua orang tiba-tiba membuat satu ruangan bergetar hebat.“Baiklah, segera bubar sekarang juga!” ujar Burhan merasa sudah cukup mengatakan segalanya.Semua orang menganggukkan kepalanya sebelum perlahan-lahan menyingkir satu persatu. Salah satu pengawal pribadinya Burhan tiba-tiba mendapatkan kabar yang masuk ke dalam pikirannya. Jelas sekali pesan ditransmisikan melalui pesan telepatinya.“Tuan, ada kabar kalau T
Perkataan Komar terlalu jelas sampai membuat semua orang terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Salah satu mimpi terburuk mereka entah mengapa akhirnya terjadi begitu saja. Keluarga Bins Haekal memiliki kemungkinan kuat akan menjadi satu padu dengan dua keluarga adidaya lainnya yang dapat meningkatkan kekuatan mereka secara keseluruhan.“Bergabung dengan Keluarga Bins Haekal jelas tidak bisa disamakan dengan beraliansi dengan Keluarga Bins Haekal. Tidak seperti sebelumnya, Keluarga Bins Haekal kemungkinan masih menjaga batas-batas aman. Namun, ketika mereka bersatu, jelas sekali hasil akhirnya terlalu berbeda dibanding sebelumnya!”“Semua keputusan akan mutlak dikendalikan oleh petinggi Keluarga Bins Haekal tanpa keraguan sama sekali. Meski ada diskusi, tapi arah tujuan mereka jelas sejalan dengan hasrat dan mimpi Keluarga Bins Haekal untuk menguasai segalanya serta menghancurkan kita dari Keluarga Dans Kurt selaku musuh mereka.”“Pihak Negara Donensa jelas tidak diuntungkan juga, tapi
“Diam kau!” sahut Darpa melalui pesan telepatinya yang jelas tidak senang sama sekali karena terus saja diejek dan diprovokasi berulang kali oleh Rensakar.Alisa yang terus mengamati hanya terdiam dengan ekspresi senyum di wajahnya masih belum terhapus sama sekali. Alisa menyadari kalau Rensakar dan Darpa saat ini pasti sedang bertukar kata-kata yang saling bertikai satu sama lain melalui pesan telepatinya.“Perebutan posisi pewaris Keluarga Bins Haekal sebagai salah satu yang terkuat dari enam keluarga adidaya memang tidak sesederhana apalagi semudah yang aku bayangkan. Apa yang terjadi saat ini hanya permulaan di puncak gunung es saja sehingga belum terjadi sampai ke dasarnya! Ke depannya, akan semakin merepotkan saja!” pikir Alisa dengan tenang mengamati situasi.Hal semacam inilah yang sangat tidak diharapkan oleh Alisa sama sekali. Karena itulah, rencana awalnya Alisa jelas tidak berusaha untuk terlibat terlalu jauh ke dalam urusan internal Keluarga Bins Haekal dan enam keluarga