Dari sekian banyaknya tempat terlarang, ruangan Dekan tidak perlu diragukan lagi menjadi bagian pelengkap di antara rentetan tempat terlarang tersebut.
Sebuah fakta yang diketahui semua orang bahkan mahasiswa baru sekali pun mengetahuinya dengan jelas kalau ruangan Dekan begitu misterius dan hanya Dekan seorang diri yang diperbolehkan untuk masuk ke dalamnya.
Para dosen hingga petugas kebersihan juga tidak luput dari larangan tersebut yang membuat ruangan Dekan menjadi bertambah misterius sekali dengan berbagai macam rumor beredar di kalangan para komponen Universitas Bulgasaru terutama para mahasiswa.
“Ruangan yang seharusnya menjadi tempat terlarang dengan berbagai macam legenda hingga mitos yang menyertainya hampir sepanjang tahun malah tepat berada di depanku saat ini! Mungkinkah semuanya akan segera terungkap rahasia apa yang ada di dalamnya kepada aku sebagai orang luar pertama yang memasukinya?!”
Alisa terdiam dengan pikiran liar tak menentu sambil memandangi tulisan yang terlihat jelas di depan pintu masuk ruangan Dekan tersebut dengan keringat dingin disertai perasaan cemas.
“Dilarang masuk ruangan ini selain Dekan sendiri!”
Begitulah tulisannya yang begitu jelas terpampang di sana yang memancarkan aura tekanan yang sangat tidak biasa. Alisa menoleh ke arah Dekan dengan harapan mendapatkan jawaban saat itu juga.
Namun, sang Dekan terkesan mengabaikannya dan malah mengeluarkan kunci untuk segera membuka pintu masuk ruangan aneh yang begitu misterius tersebut.
Klek…!
Kunci sudah dimasukkan hingga diputar sedemikian rupa. Meski zaman telah maju, tampaknya pintu masuk ruangan Dekan tersebut telah terhenti oleh waktu sehingga membukanya saja masih memerlukan kunci manual alih-alih menggunakan kode sandi atau sidik jari.
“Masuklah…!” ujar sang Dekan tak ragu melangkah masuk ke dalam ruangan yang terlihat begitu gelap gulita tersebut.
Glek…!
Lagi-lagi, Alisa menelan ludahnya sendiri sebelum akhirnya menarik napas satu kali sebelum memutuskan untuk ikut serta melangkah masuk ke dalam ruangan misterius tersebut tanpa keraguan lagi.
“Gelapnya! Aku tidak bisa melihat apa pun,” batin Alisa tampak tak tenang sama sekali dan mulai merasa panik dengan sendirinya.
Aneh sekali dan memang sudah tidak bisa dikatakan wajar sama sekali. Semuanya tampak gelap dan jarak pandangnya Alisa begitu terbatas. Sinar matahari seakan menolak untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Klek…!
Namun, cahaya terang tiba-tiba bersinar dengan sendirinya yang ternyata berasal dari lampu di dalam ruangan tersebut yang baru saja dinyalakan oleh sang Dekan itu sendiri.
“Wow…!” guman Alisa yang sebelumnya merinding dengan cemas sekarang berubah dengan cepatnya menjadi sangat takjub.
Bagaimana tidak takjub, kan?
Ruangan yang gelap dan tampak misterius mencekam sekali sekitar berubah hanya dalam sekejap mata. Cahaya lampu dengan sigapnya merespon menyinari seluruh seluk beluk ruangan tersebut yang ternyata menyimpan banyak cerita tersendiri.
Foto-foto indah berjejeran menempel di dinding dengan berbagai macam hiasan eksotis membuat segalanya tampak begitu memanjakan mata. Warna-warna penuh dengan cerita kian melengkapi segalanya yang turut serta menampilkan pesona tersendiri dari dinding-dinding yang seharusnya akan terlihat biasa saja tanpa itu semua.
Alisa juga melihat langit-langit yang penuh dengan hiasan di malam hari dengan bintang-bintang serta cahaya bulan buatan terlihat menarik untuk dipandang. Melihat ke bawah, lantainya juga begitu estetik dengan kerutan seperti pahatan yang sengaja dibuat untuk memberikan nuansa tertentu.
Alisa tampak larut dalam kenikmatan hakiki melihat semua seluk beluk ruangan tersebut. Sebuah pemandangan yang dikiranya tidak seharusnya begitu menarik perhatian malah sangat terasa sebaliknya.
“Ruangannya Dekan bersih, rapi, dan ditata dengan indahnya. Saya tidak menyangka kalau ada sesuatu yang begitu indahnya ini. Apa mungkin karena inilah ruangan ini begitu pribadi sehingga dilarang masuk selain Dekan sendiri?” tanya Alisa kepada nenek tua yang saat ini tengah mendekat ke arah meja.
Tidak berhenti di mejanya, Dekan lanjut menarik kursi yang tampak lembut dan cukup besar itu sebelum duduk di sana dengan nyamannya. Seolah tidak mendengar pertanyaannya Alisa, Dekan tetap diam menatap ke arah Alisa yang juga turut menatapnya dengan perasaan senang.
“Duduklah…!” sahut sang Dekan alih-alih menjawab pertanyaan Alisa.
Alisa sedikit tertegun sejenak sebelum akhirnya segera tersadar dari perasaan sukacitanya yang terlalu berlebihan tersebut. Tidak ingin memperpanjang masalah, Alisa akhirnya dengan cepat menarik kursi yang ada di sana sebelum duduk dengan tenang.
Keduanya saling berhadapan dan hanya dipisahkan oleh meja raksasa saja. Tampak canggung bagi Alisa, tapi biasa saja bagi sang Dekan seolah-olah tidak terlalu memperdulikannya sama sekali.
“Ada apa ya, Dekan?” tanya Alisa berusaha membuka topik diskusi.
“Saya adalah teman dekatnya nenekmu sudah sejak lama sekali. Usia kami juga sama, tapi takdir membedakan kami berdua. Saya di sini hanya ingin kamu tahu beberapa fakta yang disembunyikan oleh nenekmu dan rahasia terselubung yang tampaknya tak pernah diceritakan olehnya kepadamu!” jawab sang Dekan langsung ke inti pembahasan.
Alisa terpaku dengan diam dan rasa terkejut jelas menyertai isi hatinya. Wanita cantik tersebut tak tahu harus mulai bertanya dari mana sehingga hanya bisa tetap diam saja. Dekan menyadarinya dengan baik dan langsung melanjutkan ceritanya.
“Kamu adalah anak haram dari Kepala Keluarga dari Keluarga Dans Kurt saat ini yang tentu saja masih hidup dengan sehat dan sejahtera. Ibumu berzina dengan pria itu hingga akhirnya melahirkan dirimu ini yang dapat tumbuh besar dengan sehat walafiat.”
“Terserah kamu saja!” jawab Rensakar dengan tenang acuh tak acuh tanpa ekspresi tertentu.Alisa menghela napas ringan memandang ke arah Burhan sejenak sebelum dengan cepat melangkah ke arah tempat antrian untuk mendapatkan porsi makanannya. Rensakar tetap terdiam di sana sedangkan Darpa jelas jauh berbeda dengannya.“Hmph! Aku pergi dahulu dan menyambut ayah. Adapun kamu, sebaiknya tidak perlu repot-repot bergerak mendekat selangkah pun!” tegas Darpa dengan nada mengejek sebelum akhirnya melangkah maju ke arah Burhan.“Buang-buang waktu!” sahut Rensakar mengirimkan pesan telepatinya kepada Darpa yang mendekat ke arah Burhan.“Uhuk-uhuk! Tutup mulutmu!” Darpa hampir muntah mendengar perkataan Rensakar sehingga terpaksa meladeninya membalas melalui pesan telepati.Meski begitu, langkah kakinya tidak berhenti sama sekali. Para antek bawahannya juga turut serta mengikutinya dari arah belakang secara bertahap bergabung ke dalam kerumunan orang-orang saling berdesakan satu sama lain. Mereka
“Aura pemimpin Keluarga Bins Haekal yang merupakan salah satu terkuat dari enam keluarga adidaya terpancar darinya. Entah mengapa kalau hal ini beberapa kali terasa jauh lebih mendominasi dibandingkan sebelumnya sewaktu di rapat dalam perusahaan Zombiek Group!” pikir Alisa dengan bola mata cantiknya terbuka lebar-lebar dengan kekaguman tersendiri.Meski sebelumnya pernah dianggap remeh hingga ditekan oleh Burhan, Alisa merasa masih bisa berdecak melihat sosok mendominasi seperti ini. Bagaimanapun juga, dia adalah anak Kepala Keluarga Dans Kurt yang jelas memiliki kelayakan dan hak untuk menjadi Kepala Keluarga selanjutnya.Kalau bukan karena beberapa hal yang tidak diketahui, Alisa mungkin saja menjadi calon pewaris unggulan sama seperti Rensakar saat ini. Hanya saja, terlalu berbahaya kalau sampai ketahuan ayahnya yang dikatakan oleh ibunya ingin sekali membunuhnya. Alisa hanya bisa diam-diam mengamati sekelilingnya saja.Alisa bisa membandingkan antara calon pewaris dan pewaris seja
“Hah…, benar-benar sekumpulan orang yang menyedihkan dan menjijikkan sekali seperti kecoa yang selalu mengganggu keindahan sekitarnya. Haruskah aku meledak marah sekarang juga?” pikir Alisa sudah tak tahan terus menerus mendapatkan pesan telepati dari segala sisi.Kondisi Rensakar tidak jauh berbeda dengan Alisa. Jelas sekali kalau dia mendapatkan pesan telepati dari kaum hawa lainnya yang turut serta menggodanya. Beberapa sudah terlanjur tergila-gila dengan sosoknya Rensakar terlalu tampan tanpa cacat sedikit pun.“Tuan Muda Rensakar, izinkan saya menjadi istri kedua Anda! Saya pasti akan memuaskan semua kebutuhan hidup Anda! Saya juga akan memberikan segala bentuk cinta yang mendalam dan tulus hanya untuk Anda seorang diri saja. Menikahlah denganku, Tuan Muda Rensakar!”“Saya juga wanita cantik yang tidak kalah sama sekali dengan calon istri Anda. Ukuran dada saya juga jauh lebih besar darinya sehingga Tuan Muda Rensakar dijamin akan sangat puas melihat sosok saya yang indah terbari
“Dengan begitu, tidak perlu ada yang merasa dikecewakan sama sekali selama kalian setia dan tulus mencoba yang terbaik demi kebaikan serta masa depan yang cerah bagi Keluarga Bins Haekal! Meski musuh ada di mana-mana, kita tidak boleh menyerah satu langkah kaki pun…!”Perkataan Burhan terdengar tegas dan begitu mendominasi menampilkan wibawa seorang pemimpin sejati salah satu enam keluarga adidaya paling terkenal kuatnya tidak kalah dibandingkan dengan Keluarga Dans Kurt. Tatapan mata semua orang seperti bara api yang tersulut dengan emosi yang mendalam.“Baik, Tuan!” tegas semua orang tiba-tiba membuat satu ruangan bergetar hebat.“Baiklah, segera bubar sekarang juga!” ujar Burhan merasa sudah cukup mengatakan segalanya.Semua orang menganggukkan kepalanya sebelum perlahan-lahan menyingkir satu persatu. Salah satu pengawal pribadinya Burhan tiba-tiba mendapatkan kabar yang masuk ke dalam pikirannya. Jelas sekali pesan ditransmisikan melalui pesan telepatinya.“Tuan, ada kabar kalau T
Perkataan Komar terlalu jelas sampai membuat semua orang terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Salah satu mimpi terburuk mereka entah mengapa akhirnya terjadi begitu saja. Keluarga Bins Haekal memiliki kemungkinan kuat akan menjadi satu padu dengan dua keluarga adidaya lainnya yang dapat meningkatkan kekuatan mereka secara keseluruhan.“Bergabung dengan Keluarga Bins Haekal jelas tidak bisa disamakan dengan beraliansi dengan Keluarga Bins Haekal. Tidak seperti sebelumnya, Keluarga Bins Haekal kemungkinan masih menjaga batas-batas aman. Namun, ketika mereka bersatu, jelas sekali hasil akhirnya terlalu berbeda dibanding sebelumnya!”“Semua keputusan akan mutlak dikendalikan oleh petinggi Keluarga Bins Haekal tanpa keraguan sama sekali. Meski ada diskusi, tapi arah tujuan mereka jelas sejalan dengan hasrat dan mimpi Keluarga Bins Haekal untuk menguasai segalanya serta menghancurkan kita dari Keluarga Dans Kurt selaku musuh mereka.”“Pihak Negara Donensa jelas tidak diuntungkan juga, tapi
“Diam kau!” sahut Darpa melalui pesan telepatinya yang jelas tidak senang sama sekali karena terus saja diejek dan diprovokasi berulang kali oleh Rensakar.Alisa yang terus mengamati hanya terdiam dengan ekspresi senyum di wajahnya masih belum terhapus sama sekali. Alisa menyadari kalau Rensakar dan Darpa saat ini pasti sedang bertukar kata-kata yang saling bertikai satu sama lain melalui pesan telepatinya.“Perebutan posisi pewaris Keluarga Bins Haekal sebagai salah satu yang terkuat dari enam keluarga adidaya memang tidak sesederhana apalagi semudah yang aku bayangkan. Apa yang terjadi saat ini hanya permulaan di puncak gunung es saja sehingga belum terjadi sampai ke dasarnya! Ke depannya, akan semakin merepotkan saja!” pikir Alisa dengan tenang mengamati situasi.Hal semacam inilah yang sangat tidak diharapkan oleh Alisa sama sekali. Karena itulah, rencana awalnya Alisa jelas tidak berusaha untuk terlibat terlalu jauh ke dalam urusan internal Keluarga Bins Haekal dan enam keluarga