Share

Keramas

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2024-08-14 16:25:32

"Hahahaha Ayah!"

Aku berjalan mengendap-endap ke kamar tamu, lalu mengintip di celah pintu.

Aku terkejut mataku rasanya memanas melihat pemandangan di depan mata. Ternyata benar dugaanku Namira ada di kamar tamu, mereka sedang berpelukan mesra sekali.

Aku masih terdiam di ambang pintu, menyaksikan istriku yang amat kucintai tega mengkhianati hati ini. Tak pernah kusangka cinta kami akhirnya akan begini. Dulu, kupikir Namira wanita baik-baik yang bisa menjaga kehormatan suami. Apalagi dia sangat lugu. Lugu dalam setiap hal, kini semuanya berubah. Namiraku jadi wanita nakal yang suka menggoda.

Entah siapa diantara mereka yang merayu lebih dulu. Aku tak snaggup membayangkannya. Itu adalah hal yang sangat menjijikan untukku.

Ingin ku potret mereka yang sedang berpelukan. Namun sayang, ponselku tertinggal di kamar. Aku langsung bergegas pergi dari sana tak ingin melihat pemandangan yang lebih menyakitkan.

Aku menunggu Namira di kamar, dengan perasaan hati yang hancur. Setelah sekian lama menunggu. Dia tak kunjung kembali. Ingin rasanya kususuli lagi. Menarijnya paksa karena emosi dan sakit yang menjadi satu di dalam diri. Namun sepertinya Namira takkan kembali ke sini, ia terlalu asik bersama dengan kekasihnya ... Ayahku.

*

Pagi hari, Kami semua sarapan bersama. Namira terlihat sangat ceria ia menyendokkan nasi ke piringku. Lalu menyendokkan nasi ke piring Ayah juga. Tatapan mereka begitu lekat, membuat aku menjadi muak.

Aku benci dengan semua ini, aku berpikir lebih baik kuceraikan saja Namira. Terserah dia akan bersama siapa setelahnya, Meskipun aku sendiri yang nantinya akan terluka.

Kami semua mulai menyantap makanan yang dimasak Namira rasanya memang selalu pas di lidah, tapi tidak dengan hatiku.

Kulihat Namira seperti menahan rasa mual apakah ia sakit karena begadang semalaman bersama Ayah?

"Kau tidak apa-apa, Mir?" tanya Ayah, ia memegang pundak Namira.

Romantis sekali!

Aku menyantap makananku kembali, tak ingin menghiraukan pasangan aneh ini.

Aku pergi ke kantor ingin menenangkan pikiran dan hatiku di sana.

Baru saja tiba di kantor Hana langsung menghampiriku.

"Aidan, Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali," tanya Hana, seraya memandangku lekat. dia duduk di depan meja kerjaku.

"Aku baik-baik saja Han, hanya sedikit ... kurang tidur belakangan ini," jawabku berbohong. Padahal aku sangat resah belakangan ini gara-gara memikirkan perselingkuhan istriku.

"Kau yakin?"

"Em," aku mengangguk.

"Kenapa kau begadang, apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Aku menggeleng. Sebaiknya jangan menceritakan hal itu pada Hana dulu. Lagipula masalah ini belum jelas.

"Ayolah Aidan cerita padaku, aku sepupumu bukan?" tanya Hana lagi setenga memaksa. membuatku mengembuskan napas kasar.

"Ya, ada yang mengganggu pikiranku, tapi aku tidak bisa menceritakannya dulu padamu, kuharap kau mengerti, Hana."

Hana memegang tanganku.

"Baiklah, jika sudah waktunya ceritakan padaku,"

Aku tersenyum. Hana memang selalu ada untukku.

***

Aku pulang sore hari. Rasanya tak semangat. Tak seperti biasanya. Kulangkahkan kaki ini masuk ke dalam rumah. Baru saja membuka pintu aku di kejutkan dengan sosok Namira yang terlihat sangat berantakan. Rambut kusut dan juga baju yang sedikit berantakan. Dia terkejut melihat kehadiranku dan langsung menyeka keringat di pelipisnya.

“Mas, tu--tumben ka--kamu udah pulang?” tanya Namira dia terlihat sangat gugup. Seraya terus menoleh ke belakang seperti seseorang yang tengah menyembunyikan sesuatu.

Aku tak menanggapi ucapannya dan langsung menyerobot masuk ke dalam. “Mas, tunggu ... jangan masuk ke kamar dulu.” cegahnya. Membuat langkahku terhenti. Aku mengernyit. Lalu menoleh ke arahnya.

“Kenapa? Aku lelah, aku mau istirahat di kamar.” tanyaku dengan mata memicing.

“Iya aku tau. Maksudnya, bisakah kamu tunggu di sini sebentar. Kamar sangat berantakan. Aku ... aku baru saja membersihkannya dan belum selesai. Tunggu di sini ya, nanti setelah selesai aku panggil.” ucapnya. Kemudian berlari langsung naik ke atas dimana kamar kami berada.

Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Krek!

Aku menoleh saat mendengar suara kamar tamu terbuka. Di sana ada Ayah yang baru saja keluar dari kamarnya. Dia tampak segar dengan rambut yang basah.

“Hei, Aidan. Baru pulang?”

Aku mengangguk.

“Ayah tampak segar sekali. Tidak seperti biasanya.” sindirku.

“Ah, iya, Ayah baru saja pulang dari tempat pijat. Tubuh Ayah yang tadinya pegal langsung hilang. Dan jadi segar bugar.”

Huh!

Aku mengembuskan napas kasar. Mengerti apa kata pijat yang Ayah maksud.

“Mas ... kamarnya sudah selesai aku rapihkan.“ ucap Namira di belakangku. Aku segera menoleh ke arahnya.

“Lho, Mira. Katanya mau mandi, masih belum mandi juga.” celetuk Ayah.

Aku langsung menoleh ke arah Namira dan Ayah bergantian.

Apakah urusan mandi atau tidaknya istriku sekarang jadi urusan Ayah?

“Hmm, iya, Ayah. Tadi Mira sibuk membereskan kamar yang sedikit berantakan. Tapi sekarang sudah rapih. Mira juga mau mandi setelah ini.”

Aku tak ingin mendengar apapun lagi. Dan segera pergi dari sana, berjalan menaiki tangga. Meninggalkan Ayah dan Namira berdua.

“Mas, mau aku buatkan kopi?” tanya Namira seraya mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk.

Aku yang sedang duduk di ranjang hanya meliriknya sekilas. “Tidak perlu. Aku bisa membuatnya sendiri.”

“Ya sudah.“ balasnya. Kemudian duduk di depan meja rias.

“Kamu keramas?” tanyaku, menatapnya dari pantulan cermin.

“Iya, Mas, kenapa?”

“Tidak ada. Hanya sedikit aneh saja. Ayah keramas dan kamu juga keramas.” jawabku seraya tersenyum kecut.

“Ya, mungkin Ayah juga merasakan hal yang sama, Mas. Akhir-akhir ini kan cuaca sedang panas-panasnya.”

“Hmm, ya.”

Tak ada percakapan lagi setelah itu. Aku hanya fokus pada laptop yang ada di pangkuanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   _END_

    Beberapa bulan kemudian, saat hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Safira mengalami kontraksi yang membawa mereka berdua ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Azka setia berada di sisinya, menggenggam erat tangan Safira sambil berusaha menenangkan perasaannya sendiri. Meskipun ia tahu bahwa setiap detik berlalu membawa mereka semakin dekat pada momen yang luar biasa, hatinya berdebar hebat. Sepanjang proses persalinan, Azka terus mendampingi Safira, memberi dukungan yang selama ini bahkan tak pernah ia bayangkan bisa ia berikan. Ini adalah sesuatu yang baru baginya, namun ia tahu bahwa ia ingin ada di sisi wanita yang dicintainya, di setiap detik yang berarti.Saat akhirnya bayi mereka lahir, dan tangisan kecil memenuhi ruangan, waktu seakan berhenti bagi Azka. Perasaan haru yang tak pernah ia bayangkan tiba-tiba membanjiri hatinya. Ia menatap bayi kecil yang sedang berada dalam dekapan Safira, begitu rapuh dan mungil, tetapi terasa begitu kuat menarik dirinya. Air matanya p

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Menghabiskan malam bersama

    Masa pemulihan Azka dan Safira selesai. Hari itu, keduanya meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang bercampur, antara lega dan sedikit gentar. Mereka tahu, kali ini mereka akan benar-benar memulai perjalanan sebagai suami istri dengan hati yang lebih terbuka. Di perjalanan menuju rumah, Azka menggenggam tangan Safira erat, seolah-olah ingin meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan melepaskan wanita itu lagi.Setibanya di rumah, mereka saling menatap, lalu Safira tersenyum dan berkata dengan hangat, “Selamat datang di kehidupan kita yang baru, Azka.” Ucapan sederhana itu membuat hati Azka terasa hangat. Dia mengangguk dan membalas senyumnya, kemudian mereka pun masuk ke rumah mereka yang terasa berbeda, lebih hangat, lebih penuh harapan.Hari-hari berlalu, dan mereka mulai menjalani pernikahan dengan sepenuh hati. Azka berusaha menunjukkan kasih sayangnya dalam berbagai hal kecil—seperti membuatkan teh hangat untuk Safira saat pagi, mempersiapkan makan malam bersama, atau sekadar me

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Rumah sakit

    Setelah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa mereka, Azka dan Safira sama-sama dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi luka-luka. Selama beberapa hari mereka harus menjalani masa pemulihan. Setiap hari Azka selalu bangun lebih awal untuk melihat keadaan Safira, memastikan ia baik-baik saja. Rasa sakit dari tubuhnya sendiri terasa tak ada artinya dibandingkan kekhawatiran yang ia rasakan terhadap Safira.Kecelakaan itu telah menjadi titik balik bagi Azka. Dia merenung panjang, memikirkan semua sikapnya selama ini terhadap Safira, semua penolakan dan kebekuan yang ia biarkan tumbuh di antara mereka. Dalam keheningan kamarnya, Azka mulai menyadari betapa dalam dirinya sebenarnya ada perasaan lebih dari sekadar tanggung jawab atau ikatan pernikahan.Suatu pagi, setelah dokter memastikan kondisinya cukup stabil, Azka memutuskan untuk mengunjungi kamar Safira. Dia membuka pintu perlahan, dan mendapati Safira yang masih berbaring lemah di ranjang. Azka duduk di kursi sampingnya, matanya men

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kecelakaan

    Sesampainya di rumah orang tua Safira, Azka dan Safira turun dari mobil. Azka, yang selama ini memiliki sikap keras dan cenderung angkuh, kini tampak penuh kehormatan saat menyalami Hana dan Fadil. Dia membungkukkan badan, menatap keduanya dengan senyuman sopan. Hana dan Fadil saling berpandangan, tak menyangka bahwa Azka yang dulu mereka kenal sebagai sosok pemberontak kini terlihat penuh hormat di depan mereka.“Selamat sore, Bu Hana, Pak Fadil,” sapa Azka dengan nada hangat, tak ragu untuk memanggil Fadil dengan sebutan “Ayah” layaknya Safira.Keduanya tampak terharu dan sedikit tercengang. Hana tersenyum sambil menyilakan mereka masuk ke dalam rumah. Safira segera memeluk ibunya dengan hangat, seakan melepas rindu yang lama terpendam. Sementara itu, Azka mengobrol santai dengan Fadil, bertanya tentang keseharian dan kondisi kesehatan ayah mertuanya itu. Keakraban Azka dengan Fadil membuat Hana dan Safira tersenyum melihatnya, seakan dinding yang dulu menghalangi hubungan mereka pe

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kantor

    Pagi hari .... Azka duduk di meja makan dengan segelas kopi di tangan, mengenakan setelan jas rapi dan dasi yang tampak sedikit miring. Wajahnya tampak tenang, namun sorot matanya menyiratkan ketegasan—hari ini adalah hari pertamanya secara resmi menggantikan ayahnya, Aidan, untuk sementara mengelola perusahaan keluarga. Perasaan gugup dan antusias bercampur menjadi satu di dadanya.Safira memperhatikan dari ujung meja, merasa ada yang berbeda dari sosok Azka pagi ini. Ada keseriusan yang tidak biasa dalam tatapannya. Ia berjalan mendekat, menatapnya lembut, lalu berkata, "Kamu ambil cuti kuliah selama satu minggu, Azka?"Azka mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, Safira. Mulai hari ini, aku akan menggantikan Papa. Dia mempercayakan perusahaan kepadaku selama dia di New York, dan aku… aku tidak mau mengecewakannya."Safira menyunggingkan senyum kecil, merasakan kebanggaan sekaligus haru. Ia paham, keputusan ini bukan hal yang mudah bagi Azka. Ia ingin mendukungnya sepenuhnya, mesk

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kampus bersama

    Pagi hari ....Sinar matahari perlahan menembus tirai kamar, menciptakan pancaran lembut yang menyelimuti tubuh Safira yang masih terbungkus selimut. Azka, yang sudah lebih dulu bangun, duduk di tepi ranjang dan menatap wajah Safira yang terlelap. Ada kedamaian yang menyelimuti hati Azka saat melihat wanita yang kini menjadi istrinya terlelap di sisinya, begitu tenang, seolah semua ketegangan di antara mereka seakan larut dalam kehangatan malam tadi.Perlahan, Azka mencondongkan tubuhnya dan mengecup pucuk kepala Safira dengan lembut, membiarkan bibirnya menyentuh rambut Safira beberapa kali, seperti sebuah ungkapan kasih yang masih terasa asing baginya. Sentuhannya membuat tidur Safira terusik, dan akhirnya matanya membuka perlahan. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, Safira terlonjak, panik, merasa bahwa dirinya mungkin sudah kesiangan. “Jam berapa sekarang?” tanyanya cepat dengan mata yang masih setengah terbuka.Azka tersenyum kecil melihat kepanikan di wajah Safira. “Jam tujuh p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status