Share

12. BUKAN HARDIN

"Halo what's up, bro? Bangunlah! Molor melulu, tahajud sana," Hardin berjalan ke teras apartemennya dengan ponsel yang menempel di telinga. Dia kembali mengejek sahabatnya yang seringkali dia sebut sebagai Ustadz tamvan.

"Lo ternyata," sahut Reyhan masih dengan mata setengah terbuka. Diliriknya jam dinding di kamarnya, pukul 03.45 WIB. "Hmmm, kayaknya perasaan gue nggak enak deh," gumam Reyhan lagi sambil membenarkan posisi bantalnya. "Ada baiknya, sebelum ngingetin orang lain, lo ngaca dulu sama diri lo sendiri,"

Hardin tertawa. "Baper banget lo jadi cowok! Salah gue ngomong begitu? Udah mau shubuh, bangun kali Pak Ustadz Reyhan,"

"Udah nggak usah basa-basi busuk lo, ada perlu apaan telepon gue pagi-pagi buta begini?" sembur Reyhan kesal.

"Begini Bro, lusa gue mau ambil cuti ya tiga hari. Besokkan Pak Charles udah masuk tuh, so..."

"Gue nggak mau!" jawab Reyhan cepat sebelum Hardin menjelaskan niatnya lebih jauh.

"Come'on my brother, Dara ngajakin gue Hang Out ke Lombok. Gue nggak mungkin sia-siain kesempatan ini. Lo tau Darakan, Bro? Mubazir kalau gue sampe tolak ajakan dia," pinta Hardin memohon.

Dara Zakier Husain, seorang aktris terkenal yang kini sedang naik daun karena debut film perdananya sukses meraih perhatian masyarakat penikmat film religi. Meski kehidupannya di dunia nyata justru berbanding terbalik dengan perannya di film tersebut.

"Bodo amat! Bukan urusan gue itu sih," sahut Reyhan tak perduli.

"Gue janji deh, abis lo back up urusan kantor gue di Jakarta, begitu gue balik dari Lombok, lo gue bebasin mau kemana aja. Lo mau cuti seminggu juga nggak apa-apa. Lagian gue juga nggak bakal gangguin lo kalau gue udah dapet asisten baru. Zaman sekarang susah, cari orang yang bisa dipercaya. Sementara ini, cuma lo satu-satunya orang yang paling gue percaya di Kantor, Han," bujuk Hardin lagi.

Reyhan berpikir sejenak. Boleh juga sih tawaran Hardin. Sudah lama juga dia tidak ambil cuti. Bukannya dengan begitu dia bisa memiliki lebih banyak waktu untuk mencari wanita yang selama ini selalu mengacaukan pikirannya. "Oke, gue pegang kata-kata lo," jawab Reyhan pada akhirnya.

Hardin terlonjak girang. Rencananya berhasil.

"Nah gitu dong, itu namanya baru brother gue. Lo itu bukan sekedar sohib atau orang kepercayaan gue di kantor. Lo itu lebih dari itu semua. Lo udah gue anggep kayak keluarga gue sendiri. Kesuksesan perusahaan gue sekarang nggak lepas dari hasil jerih payah lo juga, Han,"

"Giliran ada maunya aja lo pinter muji-muji gue. Kalau emang lo anggep gue sebagai keluarga lo, harusnya lo itu pikirin saran gue buat berhenti mainin perasaan cewek. Mereka itu ciptaan Allah SWT yang harusnya kita jaga sebagai seorang laki-laki, bukan cuma dijadiin objek pemuas nafsu sesaat, daripada lo hidup nggak jelas sama cewek-cewek itu, ada baiknya lo married. Cari cewek baik-baik yang bisa lo jadiin istri, yang sayang sama lo, yang bisa buat lo jadi pribadi yang lebih baik. Bukannya suka karena liat isi dompet sama tampang lo doang."

"Ah, lo sih kalau ditelepon ujung-ujungnya ceramahin gue mulu. Tenang aja lagi, biar brengsek begini, gue juga nggak mau sembarangan milih cewek buat jadi istri gue. Intinya sih, tuh cewek harus virgin," Hardin terkekeh.

"Dasar penjahat kelamin! Yaudah ya gue mau molor lagi nih, besok gue berangkat ke Jakarta,"

Lalu telepon itu pun ditutup.

Hardin yang saat itu hanya menggunakan celana boxer pendek bermotif garis-garis biru kembali masuk ke dalam apartemennya. Dia melirik ke ranjang tempat tidurnya yang berantakan. Dan ada seorang wanita yang tengah tertidur pulas di sana. Entah dia wanita ke berapa yang sudah dibawanya ke apartemen miliknya.

Hardin tak punya cukup waktu untuk menghitungnya.

*****

"Eh Nita, lo tau nggak gue ketemu sama siapa tadi di parkiran mobil?" Kisya memekik tertahan. Ekspresinya seperti orang yang baru melihat sang idola. Histeris.

"Ya mana gue tahu kalau lo nggak cerita, gimana sih?" Nita menjawab, acuh.

"Gue ketemu sama cowok, ganteng banget! Dan baru kali ini gue liat dia di sini," jelas Kisya lagi.

Suara Kisya terdengar begitu membahana. Seperti biasa di setiap pagi tiada hari tanpa menggosip dan Katrina hanya bisa menjadi pendengar tanpa berniat untuk berkomentar apalagi ikutan nimbrung. Terima kasih. Hanya buang-buang waktu dan mengurangi pahala. Tambah dosa, iya.

"Ah serius lo? Masih gantengan mana sama Pak Hardin?"

"Sama-sama ganteng sih, tapi yang ini keliatan lebih muda, lebih tinggi, kulitnya putih bersih kayak oppa-oppa korea gitu dan mukanya itu lho, cute banget!" Kisya terlihat begitu antusias.

"Jadi penasaran gue,"

"Nanti siang di kantin kalo ada dia, gue tunjukin deh ke lo,"

Katrina cuma bisa tersenyum-senyum sendiri melihat Nita dan Kisya yang asyik bergosip. Entah membicarakan siapa, tapi sepertinya mereka terlihat seru sekali.

"Permisi Kisya, ini ada beberapa berkas yang perlu di tanda tangani oleh Pak Hardin, titip sama kamu atau aku yang kasih langsung?"

Kehadiran Katrina diantara mereka sepertinya membuat mereka sedikit terganggu.

"Kamu taruh aja sana langsung ke ruangannya Pak Hardin, nanti juga di cek sama dia. Mumpung Pak Hardinnya belum dateng," perintah Kisya pada Katrina.

Katrina pun menuruti perintah Kisya. Sebagai karyawati baru Katrina tidak mau banyak membantah apapun perintah seniornya.

Katrina masuk ke dalam ruangan Hardin. Ruangan itu memang masih kosong. Tak mau membuang banyak waktu, Katrina langsung menaruh berkas-berkas itu di meja dan segera beranjak keluar.

Tapi sialnya ternyata langkahnya kurang cepat. Pintu ruangan kerja Hardin telah lebih dulu di buka dari luar oleh seseorang. Tepatnya seorang laki-laki.

Dan yang jelas, laki-laki itu bukan Hardin.

Herofah

Hayo... Penasarankah? Vote dan komentnya di tunggu...

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status