Home / Romansa / CINTA PALSU SUAMIKU / BAB 3 - Hari Pernikahan

Share

BAB 3 - Hari Pernikahan

Author: Chau Navriena
last update Last Updated: 2025-06-21 02:56:59

Cahaya matahari menyeruak masuk kedalam sebuah ruangan putih yang tenang, dikelilingi cermin tinggi di setiap sisinya. Di tengah ruangan itu, Na berdiri di atas podium kecil. Memakai gaun putih dengan potongan sederhana dan memperlihatkan tulang selangkanya yang indah, begitu sempurna melekat di tubuh mungilnya.

Sementara itu, dari sofa panjang di sisi ruangan, Evan mengamati dalam diam. Matanya tidak pernah lepas dari sosok itu. Bukan karena kagum, tapi karena sebentar lagi, ia akan menghapus senyuman di wajah gadis itu, selamanya.

“Bagus nggak?”

Na menatap Evan, wajahnya tersipu malu saat Evan menatapnya dengan dalam, tanpa tahu arti dibaliknya.

Pria itu tersenyum lembut. Seolah tak ada satu pun kejahatan di balik matanya.

“Kamu cantik banget, sayang. Sempurna.”

Pria jangkung itu bangkit, menghampiri Na, lalu berdiri di belakang gadisnya yang tengah menatap cermin, membuat tinggi badan mereka terlihat kontras.

Tangannya menggenggam jemari gadis itu, tatapan mereka bertemu di kaca.

"Sebentar lagi, kamu bakal jadi milik aku. Sepenuhnya."

-----

Riki melempar bungkus rokok ke meja dengan gusar.

"Jadi beneran dia nikah minggu depan?"

Kael menyandarkan kepala ke tembok.

"Dia udah siapin semua. Venue, undangan, katering. Gak ada celah buat nahan."

Juan mengacak rambutnya.

"Anjing... kita bener-bener biarin ini kejadian?"

Riki menggeleng pelan.

"Kita bukan biarin. Kita cuma... gak bisa nyetop dia."

Diam sejenak, lalu kael bersuara:

"Lo sadar gak sih, kita bakal datang ke pernikahan yang kita tahu bakal jadi neraka buat si cewek itu?"

Kael menyulut rokok barunya.

“Tapi kayaknya ya.." gumamnya, “kalau emang dia sebenci itu sama Na, dia gak bakal pilih jalan ini.” Ia menatap Riki. “Bisa aja dia beneran jatuh cinta tanpa sadar, kan?”

Riki mendengus pelan. “Lo percaya Evan bisa cinta sama cewek yang dia anggap sebagai pembunuh nyokapnya?”

Kael terdiam, tampak berfikir.

“Gak tau juga bro..Tapi cara dia sekarang, minta nikah buru-buru, ngejagain Na ketat banget, itu bukan cuma dendam, Rik. Itu...kayak ada sesuatu yang lebih dalam.”

Juan ikut nimbrung, suaranya datar. “Obsesi.”

Tak ada yang menjawab. Suasana tampak hening, mereka larut dalam pikiran masing-masing.

----

The Wedding of

Evan Raegar Mahesa

&

Navriena Carabella

10 Agustus 2024

Private Ceremony | Jakarta

Evan berdiri dengan jas hitam yang pas di tubuhnya, senyum tampannya terlihat sangat tulus ke para tamu yang datang. Musik lembut mengalun, meja bundar tertata rapi dengan taplak linen dan dihiasi bunga lily segar yang membuat tatanan terlihat anggun.

Alunan musik dari piano mengisi udara, pelan dan klasik. Tamu yang hadir tidak banyak. Hanya pihak keluarga, sahabat dekat, dan kolega pilihan. Tak terlalu ramai, karena tak semua orang diundang. Namun suasana tetap terasa eksklusif dan mewah. Sesuai dengan rencana Evan, semua tampak sempurna.

Di barisan belakang, Riki, Kael, Juan, Sean, Ian, dan Jayden berdiri diam.Tak satu pun dari mereka bisa ikut tersenyum. Karena mereka tahu, pernikahan ini bukan awal bahagia.

Riki menunduk, menahan napasnya yang terasa berat.

Sementara Kael berdiri disamping Riki, matanya terpaku saat musik perlahan mengalun dan Navriena, sang pengantin wanita mulai melangkah masuk, digandeng oleh pamannya.

Langkahnya ringan, nyaris tanpa suara, tapi cukup untuk membuat semua orang berdecak kagum hanya dengan menatap gadis dengan gaun putih yang jatuh sempurna mengikuti gerak tubuhnya.

Gaunnya tidak berlebihan, tapi setiap detailnya, bordir tipis, lapisan tulle lembut, sentuhan kilau di sekujur gaun. Membuatnya tampak seperti seoang dewi yang disulam jadi nyata.

Senyum manis terukir di bibir Na saat menatap pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Senyum yang begitu percaya, begitu bahagia.

Satu per satu tamu berdiri, menghormati kehadiran pengantin wanita. Namun dari tempatnya berdiri, Kael, dan kelima lainnya hanya bisa memikirkan satu hal.

Gadis polos tak bersalah itu, akan jatuh ke tangan orang yang salah.

Dan tepat saat janji suci itu mereka ucapkan di atas altar, sontak para tamu bertepuk tangan meriah. Beberapa tamu tampak tersenyum haru, bahkan ada yang berkaca-kaca.

Suasana seolah dipenuhi kebahagiaan tulus dan ikut merayakan dua insan yang mengikat cinta mereka dengan janji suci, dan mengawali hidup baru sebagai suami istri.

Tapi tak satu pun dari mereka tahu,

bahwa bagi Evan, Ini adalah awal dari penyiksaan yang telah lama ia rancang

begitu cincin itu melingkar di jari manis Navriena, Evan tahu, Gadis itu sudah sepenuhnya menjadi miliknya.

Tak ada jalan keluar. Tak ada tempat sembunyi. Dan mulai malam ini, Evan tak akan lagi menahan diri.

Welcome to the hell, baby.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 18 - Pelukan Hangat

    Di halaman belakang, aroma sisa barbeque masih tercium. Beberapa masih duduk santai. Jay dan Ara di pojokan dengan selimut, Riki tertawa keras bersama Kael dan Ian, Diendra dan Agnes mengobrol kecil di meja panjang.Dan di antara mereka semua, ada Evan yang duduk di ujung dengan hoodie terpasang sempurna. Wajahnya tampak datar, tak ikut berbaur ataupun mengobrol dengan mereka. Ia hanya sibuk memandangi api kecil di grill.Na mendekat pelan, langkahnya ragu-ragu.“Evan…” bisiknya pelan.Beberapa orang menoleh, tapi cepat mengalihkan perhatian. Seolah tahu ada sesuatu di antara pasangan itu, tapi memilih tak mencampuri. Meskipun Kael dan Riki tetap diam-diam memperhatikan gerak-gerik pasangan itu.Evan menoleh sebentar, lalu melengos, menyadari istrinya menyusulnya. Wajahnya tampak murung dan tidak dalam mood yang bagus. Tangannya sibuk membuka bungkus marshmallow dengan gerakan cepat. Plastik itu ia robek dengan kasar, menghasilkan suara ‘krek’ yang cukup mencolok, meski ia tak terliha

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 17 - Evan Ngambek

    Udara Lembang masih menyisakan embun ketika Na terbangun lebih dulu. Sinar matahari yang menyelinap dari balik tirai jendela villa tak cukup mengusir dingin yang menggigit kulitnya.Ia menggeser selimut perlahan, menahan nafas saat tubuh Evan yang masih tertidur menggeliat di sebelahnya. Wajah Evan saat tidur begitu tenang, namun Na masih menyimpan bekas bayang amarah semalam. Kata-kata Evan yang menusuk terus terngiang di kepalanya."Pinter dikit. Gak semuanya harus lo jawab."Na menghela napas pelan. Ia bangun, berjalan menuju kamar mandi, berusaha menenangkan pikirannya dengan membasuh wajah. Matanya sembab, sedikit memerah, tapi ia sudah terlalu terbiasa menelan tangis dalam diam, menjaga agar emosinya tidak memancing emosi lelaki yang kini terbangun.Saat ia kembali ke kamar, Evan sudah duduk di tepi ranjang, menatapnya dalam diam. Evan lalu berdiri, berjalan menuju jendela, membuka tirainya lebar-lebar. Cahaya langsung menerangi ruangan. “Mandi sana. Kita bakal keluar bentar.

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 16 - Games Time!

    Tawa terdengar dari ruang tengah villa. Lampu temaram dan suara musik pelan dari speaker mengiringi suasana malam itu. Uno Stacko, camilan, dan kopi panas berseliweran di atas meja. Semua terlihat santai dan tertawa, termasuk Evan. Tawa dan teriakan memenuhi ruang tengah villa malam itu.Na, perempuan itu duduk di antara Evan dan Kael. Wajahnya tampak lebih hidup dari biasanya, senyumnya mengembang tipis setiap kali Riki atau Sean melontarkan lelucon bodoh, atau saat Kael pura-pura curang saat mengambil balok uno.Seolah ia melupakan semua hal menyesakkan didada. Malam itu, Na hanya ingin merasa... normal.“Gue ulang ya peraturannya. Satu orang harus jawab cepat dalam tiga detik. Kalau enggak bisa jawab, hukumannya… minum sirup bawang putih ini!” Ara menunjuk gelas kecil berisi cairan aneh yang disiapkan Jayden.“Woy, apa-apaan hukumannya!” keluh Sean, membuat yang lain ketawa.“Makanya, cepet mikir!” timpal Agnes yang duduk bersila di samping Kael.“Gue duluan ya,” kata Riki sambil d

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 15 - Lembang

    Juan:Ajak pasangan masing-masing ya? Ga seru kalo ga rame.Jayden:Bebas. Villa nya di Lembang. Udaranya dingin, tapi kolamnya anget. Bawa baju tipis, Van😏Evan membalas singkat,'Gak usah pake baju sekalian.'Jayden:Gue pegang bookingan. Jangan lupa stok kopi ya.Sean:Dan cemilan. Jangan kayak liburan kemaren, ngandelin gorengan depan villa sampe rebutan tahu isi 😤Riki:Gue bawa Uno Stacko. Yang kalah harus bikin mie buat semua orang 😏Juan:Boleh, asal jangan nyetel lagu galau jam 2 pagi lagi. Gue pengen tidur damai kali ini 🙄Ian:Wkwkwk yang nyetel tuh si Kael kemarin. Tau-tau volume maksimal, isinya Fiersa Besari.Kael:Biar kalian merenung, bro. Hidup gak cuma tawa dan tahu isi.Ian:Nyetel lagu galau gak masalah. Asal jangan ngajak berenang jam 3 pagi lagi, please. Gue pengen hidup panjang🙂‍↕️Evan:Wkwkwk itu siapa sih yang pertama nyemplung? Tau-tau semua nyusul.Kael:Gue cuma bilang airnya anget. Gak maksa kalian ikut juga.Sean:Kael lagi Kael lagi.Jayden:Anget

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 14 - Liburan Part 2?

    Sudah tiga hari sejak Evan berubah. Bukan berubah menjadi lebih lembut—bukan itu. Tapi berubah menjadi lebih melekat, lebih menuntut. Lebih sering muncul di segala sisi hidup Na. Hari-hari Na berubah sejak malam itu. Karena Evan yang kini menempel di setiap langkahnya.Dulu, pria itu bahkan tak peduli kalau Na menghabiskan waktu seharian di kamar. Sekarang, bahkan saat Na berdiri sedikit lebih lama di dapur dengan Bi Nani, suara Evan bisa terdengar dari ruang tengah."Lo masak sampe lupa waktu? atau sengaja bikin gue kelaperan?" Nada bicaranya bukan marah. Tapi menuntut. Persis seperti anak kecil yang merasa diabaikan.Na menghela nafas. “Sabar ya, nanti aku bawa ke meja kalau udah mateng."Evan tak menjawab, ia duduk diruang tengah sambil memengang remot TV. dari sana, ia bisa melihat punggung gadis itu yang tampak sibuk menata makanan dimeja, sesekali Na mengobrol dengan Bi Nani. Evan bisa melihat tawa kecil istrinya saat ada pembahasan yang lucu. Kalau dingat-ingat, sudah lama Eva

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 13 - Bi Nani

    Cahaya lampu kamar meredup perlahan, digantikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui sela tirai jendela. Udara dingin menempel di kulit. Na membuka mata pelan, tubuhnya terasa remuk. Lengan Evan melingkari pinggangnya dari belakang. Nafas pria itu tenang, tidur nyenyak, seolah malam tadi tak terjadi apa pun. Seolah semuanya biasa saja.Semalam, saat ia mengucapkan kata cerai, ia mengira segalanya akan berakhir. Ia pikir, Evan akan menyambutnya dengan senyuman sinis dan ejekan dingin—seperti biasa. Atau mungkin pria itu akan berterimakasih padanya karena membebaskannya dari pernikahan yang tidak bahagia. Namun yang terjadi justru sebaliknya.Evan marah. Bukan marah seperti biasanya. Bukan sekadar kata-kata tajam atau sikap dingin yang menjatuhkan harga dirinya. Tapi kemarahan yang meledak-ledak dan berhasrat.Hasrat yang menyentuh tubuh Na, meninggalkan jejak-jejak yang tak hanya terasa di permukaan—tapi jauh di dalam.Gadis itu menahan napas. Sejak pernikahannya, baru kali ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status