CINTA PALSU SUAMIKU

CINTA PALSU SUAMIKU

last updateLast Updated : 2025-07-19
By:  Chau NavrienaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
18Chapters
8views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Na bukan siapa-siapa. Tetapi bagi Evan, dia adalah segala hal yang salah dalam hidupnya. Anak dari wanita yang merampas ayahnya. Perempuan tak bersalah yang kebetulan lahir dari kehancuran keluarganya. Jadi Evan memutuskan satu hal. Dia akan menghancurkan Na. Perlahan. Pasti. Sampai habis.

View More

Chapter 1

BAB 1 - Niat Terselubung

"Gua cuma butuh waktu. Sedikit lagi, biar dia jatuh lebih dalam.”

Evan Raegar Mahesa, atau biasa dipanggil Evan. Laki-laki itu menyalakan rokoknya dengan tenang, asapnya mengepul lambat di antara lampu ruang basecamp yang redup. Matanya kosong, tapi sudut bibirnya melengkung.

Riki duduk diam disampingnya. Ia sudah terlalu sering mendengar hal yang sama.

“Na itu gampang, terlalu gampang malah. Kayak cewek-cewek bodoh yang haus validasi. Gua senyum dikit, dia luluh. Gua bilang ‘sayang’, dia percaya.”

Evan terkekeh, padahal tidak ada yang lucu.

"Dan lo tau apa yang paling lucu?” Ia menoleh, matanya menyala di bawah cahaya lampu yang dingin. “Dia pikir dia beda dari nyokapnya. Padahal sama aja, murahan.”

“Van...” Riki buka suara, namun setelahnya ia terdiam. Antara ngeri, atau karena sudah tahu tak akan ada gunanya.

“Gua pacarin dia bukan karena suka,” lanjut Evan pelan, “tapi karena dia anak dari perempuan yang dulu ngehancurin keluarga gua. Sekarang, giliran gua balas. Pelan-pelan. Pake cara yang paling manis.”

Ia menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengadahkan kepalanya, menatap langit malam.

“Gua bakal bikin dia percaya gua cinta mati. Terus gua hancurin dia dari dalam.”

-----

"Sayang? Kamu udah nunggu lama?"

Navriena Carabella, atau gadis yang biasa dipanggil Na, menghampiri Evan sambil tersenyum. Ia menemukan lelaki itu berdiri di depan gerbang kampus. Evan membalas senyumnya sekilas. Tapi senyum itu lenyap ketika matanya menangkap sosok pria yang berdiri di sebelah Na.

“Gue balik duluan ya, Tom. Udah dijemput pacar gue. Thanks buat bantuannya tadi,” ujar Na pada Tommy.

"No problem, Na. See you."

Pria itu lalu melangkah pergi. Tapi Evan tak melepas pandangannya, mengikuti Tommy dengan tatapan tajam seperti sedang melihat musuh.

“Sayang?” suara Na memanggil, menyentak Evan dari pikirannya. Tatapannya pun beralih ke wajah gadis itu.

“Dia bantuin kamu apa?” tanya Evan, nadanya datar tapi jelas menyimpan rasa selidik.

“Tadi di kelas. Dia bantuin aku ngerjain soal Statistik yang susah banget,” jawab Na ringan. Selama 2 bulan menjalin hubungan, Ia tahu betul, Evan bukan tipe pria yang suka melihat pacarnya terlalu dekat dengan laki-laki lain.

“Kenapa nggak minta bantu aku aja?” Kali ini nada Evan berubah, lebih menekan.

“Tadi itu mendadak banget, sayang. Nanti malam kamu ajarin aku, ya? Sekarang kita pulang dulu.”

Na mencoba mengalihkan topik, tahu betul arah pembicaraan ini hanya akan jadi debat yang tak ada habisnya.

“Aku nggak suka lihat kamu deket-deket sama cowok lain. Aku cemburu.”

Suara Evan melembut, penuh drama. Matanya menatap Na seperti seseorang yang benar-benar takut kehilangan.

Na tersenyum. Cemburunya Evan terlihat menggemaskan di matanya, seolah jadi tanda bahwa ia benar-benar dicintai.

“Maaf, ya, Sayang. Besok aku nggak bakal ngulangin lagi.” Ujarnya menyudahi obrolan mereka.

Evan mengangguk, lalu meraih tangan Na, membimbingnya masuk ke mobil. Sudut bibirnya terangkat saat Na mengusap kepalanya sambil terkekeh manja.

Begitu polos. Begitu mudah dibodohi.

Di balik tatapan hangat itu, Evan menyimpan sesuatu yang tak pernah Na tahu.

Ia bukan pacar yang baik. Ia hanya aktor dengan rencana, dan Na hanyalah satu peran kecil dalam cerita balas dendam yang tak akan pernah selesai.

-----

At Basecamp

"Pan, bagi rokok," ucap Kael sambil menarik sebatang dari bungkus rokok di tangan Evan tanpa menunggu izin. Evan tak menggubris, matanya hanya terpaku pada ujung rokok yang perlahan terbakar di antara bibirnya.

“Gimana lo sama cewek lo? Ada kemajuan?” tanya Kael santai, menghembuskan asap rokoknya.

Evan tersenyum miring, masih menatap kosong ke depan.

“Dia udah cinta mati sama gue.”

Perkataan itu cukup untuk membuat Riki dan Juan menoleh bersamaan. Mereka saling pandang dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mereka tahu siapa Na, dan mereka juga tahu siapa Evan. Lebih tepatnya, seberapa dalam kebencian Evan pada gadis itu.

“Yakin lo?” Juan ikut nimbrung, nada suaranya penuh keraguan.

“Gue lagi mikir.” tanpa menanggapi Juan, Evan berkata datar.

“Mikir apaan? Jangan bilang lo yang jatuh cinta,” Kael menyela dengan nada bercanda.

Evan memutar kepalanya, menatap ketiga temannya itu lurus-lurus, “Gue lagi mikir buat nikahin tu cewek murahan.”

Seketika, suasana jadi sunyi. Raut wajah ketiga pria itu menegang karena tahu apa yang dikatakan Evan biasanya tidak main main.

“Nyiksa dia pas udah jadi istri kayaknya lebih seru. Dia nggak bakal bisa lari dan bakal terjebak... selamanya.”

Mereka saling berpandangan. Bahkan Kael, yang biasanya paling santai, kini membuang napas berat. Juan terlihat hendak bicara, tapi dia urungkan.

“Gila lu, Van,” ujar Riki akhirnya. Suaranya pelan, tapi serius. “Jangan main-main sama yang namanya pernikahan. Itu bukan cuma lo dan dia. Ada kehidupan sebenarnya yang dipertaruhkan di situ.”

“Justru karena itu. Biar dia ngerasain hidup yang hancur, kayak yang gue dan keluarga gue rasain dulu.”

Kael menatap Evan lekat-lekat, mencoba membaca wajah Evan yang kini tak menyisakan sedikit pun rasa bersalah.

“Na nggak salah, Pan.”

“Dia anak dari orang yang bersalah,” jawab Evan cepat. Kali ini suaranya dingin. Penuh dendam.

Suasana membeku. Mereka semua tak setuju, tapi tak ada yang berani bicara. Di antara asap rokok dan lampu Basecamp yang redup, hanya satu hal yang jelas. Evan sudah sangat jauh dengan dendamnya, dan tak satu pun dari mereka tahu bagaimana menghentikannya.

Suara pintu berderit, menandakan seseorang masuk ke basecamp mereka-ruang setengah jadi di belakang rumah Juan yang sudah mereka sulap menjadi markas tetap.

"Makan malam datang,” seru Jayden, muncul dengan kantong kresek besar berisi botol-botol minuman keras dengan berbagai jenis. Ia lalu menaruh semuanya ke atas meja.

“Rik, telfonin Sean sama Ian. Bilangin cepet ke sini, sebelum gua habisin sendiri,” ucapnya sambil menyambar satu botol.

Namun Jayden mengernyitkan dahinya saat melihat ke empat temannya itu hanya duduk diam, tenggelam dalam kabut rokok, seperti habis mendengar kabar duka.

“Lah, kenapa kalian? Biasanya baru ngeliat kresek hitam aja udah kayak anak kecil liat kue ulang tahun. Lagi tobat, apa gimana?”

Tak ada respons. Juan bengong sambil mengetuk-ngetukkan jari ke kaleng, Kael menyalakan kembali api rokoknya yang padam. Dan Riki hanya menatap lantai seperti sedang memikirkan sesuatu.

Jayden melirik mereka satu-satu. “Serius, ini kenapa? kalian kesambet?"

“Jay.”

Akhirnya Evan buka suara. Suaranya pelan, nyaris seperti gumaman.

Jayden menoleh. “Apaan?”

“Waktu itu, lo ngelamar istri lo di mana?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
18 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status