Beranda / Romansa / CINTA PALSU SUAMIKU / BAB 4 - Neraka Dimulai

Share

BAB 4 - Neraka Dimulai

Penulis: Chau Navriena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 21:42:59

Tak bisa Na bayangkan jika malam ini, Evan, laki-laki yang telah berstatus menjadi suaminya itu akan menyentuhnya.

Bukan karena takut, tapi karena selama hampir 3 bulan mereka pacaran, Evan tak pernah benar-benar menyentuhnya.

Hanya kecupan ringan di pipi. Itu pun terasa hati-hati. Pelukan pun nyaris tak pernah. Bahkan saat ia bersandar, Evan selalu menjaga jarak.

Na berpikir, mungkin itu tanda bahwa Evan menghargainya. Bahwa ia bukan tipe lelaki yang terburu-buru. Bahwa Evan ingin menyentuhnya hanya saat mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah.

Pikirannya melayang ke banyak hal. Apakah Evan gugup? Apakah dia juga menantikan malam ini seperti dirinya? Na menarik napas, mencoba menenangkan degup yang terlalu cepat di dadanya. Ia bahkan sempat menepuk pipinya pelan, malu pada bayangan dirinya di cermin.

Saat ini, ia tengah duduk di pinggir ranjang, mengenakan gaun tidur putih tipis yang dibelinya sendiri minggu lalu. Rambutnya dilepas, dibiarkan jatuh alami.

Pintu terbuka.

Evan masuk dengan langkah tenang, jasnya sudah dilepas, hanya kemeja putih dengan lengan tergulung dan dasi yang sudah agak kusut. Membuat Na lagi-lagi terkesiap dengan ketampanan pria itu yang memang sulit dibantah.

Berusaha menyembunyikan kegugupannya,ia bangkit dari tempat tidur. Berjalan pelan mendekati suaminya itu, "Aku bantuin lepasin dasinya,"

Jemari gadis itu mengarah untuk membongkar dasi Evan, namun pria itu reflek menghindar.

"Gak perlu."

Jawabnya dingin. Ia berjalan melewati gadis yang sudah sah menjadi istrinya ini menuju lemari. Memilih baju santai yang akan dikenakannya malam ini, membuat Na mengernyitkan dahinya, bingung dengan sikap suaminya itu.

“Tidur duluan, sana.” Menyadari Na memandanginya dengan raut kebingungan, Evan besuara lagi, namun datar dan dingin. Jelas tak seperti Evan yang biasanya.

Na mengerjapkan matanya. mencoba mencerna sikap Evan yang saat ini tampak sangat dingin.

"Aku tunggu kamu selesai mandi ya, biar kita bisa tidur bareng…”

Navriena berkata pelan, ia berusaha mencoba lagi, dengan penuh harap. pikirnya Evan pasti lelah, atau mungkin ia gugup juga.

Gadis itu mencoba tersenyum pada Evan. Ia hanya ingin jadi istri yang baik malam ini. Menemani, dan memulai sesuatu yang baru bersama dengan Suaminya.

Tapi Evan hanya diam, tak ada balasan.

Sekilas, Na dapat melihat Evan meneliti dirinya dari atas sampai bawah. Pandangan laki-laki itu berhenti pada gaun tipisnya yang memperlihatkan sedikit belahan dada. Warna pucat gaun itu terlihat cocok dengan kulit Na. Menciptakan kontras yang di mata Evan, tak lebih dari sebuah umpan murahan.

Matanya menelusuri gadis itu dari atas sampai bawah, dan yang muncul di benaknya bukanlah kekaguman, bukan juga hasrat.

Tapi jijik.

Mirip, Na terlalu mirip dengan perempuan jalang yang dulu telah menghancurkan keluarganya.

Evan memalingkan tubuhnya dan masuk ke kamar mandi, menutup pintu pelan. Tapi justru keheningan itu, lebih menghantam Na dengan pikirannya yang mulai gelisah.

Na menggigit bibirnya, hatinya mulai merasa aneh. Evan jelas-jelas mengabaikannya, dan ia tak tahu harus merasa apa. Bingung, atau menenangkan diri?

Ia membenahi posisi duduk, menatap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Ia memutuskan untuk tetap menunggu Evan dengan harapan bahwa selesai mandi, sikap dingin itu juga akan ikut hilang.

Sementara di dalam sana, Evan menatap cermin dengan tatapan kosong, lalu menyeringai saat mengingat Na berusaha terlihat menarik didepan dirinya.

Namun sayangnya, hal itu malah membuat Evan semakin jijik. Jika Gadis itu berfikir Evan akan menyentuhnya malam ini, maka ia salah besar. Mungkin dia pikir tubuhnya cukup untuk membuat Evan luluh.

Tapi Evan hanya melihat kulit yang terlalu mudah dibuka, kesucian yang terlalu cepat diberikan. Ia memandang Na seperti memandang barang yang sudah tak steril. Terlalu kotor untuk disentuh. Terlalu mudah untuk dimiliki.

"Mulai malam ini, lo bakal ngerasain gimana rasanya dibenci dan gak dianggap sama suami lo sendiri, persis kayak yang nyokap gue rasain dulu..."

---

Hangat cahaya pagi menyusup dari sela tirai jendela. Na perlahan membuka matanya, ia mengerang pelan rasa dingin menerpa kulitnya yang masih mengenakan gaun tidur tipis tadi malam. Ingatannya berputar pada tadi malam disaat ia menunggu Evan selesai mandi. Ah, dia ketiduran.

Tangannya terulur ke sisi tempat tidur yang lain, terasa kosong dan dingin. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna.

“Evan…?”

Tapi hanya suara jam dinding yang menjawab. Detiknya terdengar terlalu keras di kamar yang sepi. Ia pun duduk perlahan, menatap bantal di sebelahnya yang masih rapi, tidak tersentuh.

Suaminya tidak tidur di ranjang itu. Na menggigit bibirnya, mencoba menelan rasa pahit yang mulai naik ke tenggorokannya. Ia tak ingin berpikiran buruk. Mungkin Evan kelelahan. Mungkin ia masih belum terbiasa.

Menahan semua tanda tanya yang berputar di kepalanya, Na beranjak dari tempat tidur dan merapikannya.

Langkahnya pelan menuruni tangga. Tak ada suara, tak ada musik yang lembut. Hanya aroma ruang makan yang familiar. Dan... sosok Evan. Pria itu duduk di meja makan dengan kemeja putih kusut dengan rambutnya yang basah seperti habis mandi.

“Pagi, Sayang,” sapa Na dengan suara yang ia buat seceria mungkin.

Namun tak ada balasan. Evan meliriknya, dan hanya mengangguk sekilas.

"Kamu udah makan? Aku bikinin sarapan ya?”

Karena tak mendengar jawaban dari Evan, Na berinisiatif langsung menuju dapur, mencoba menyingkirkan rasa sakit yang mulai mencuat.

Ia memilih membuat omelet dan roti panggang. Hal-hal sederhana yang mereka bicarakan saat masih pacaran. Katanya, itu makanan pagi favorit Evan.

Tidak memakan waktu lama sampai Na menyajikannya di meja, lalu duduk diseberang Evan. Menanti respon pria itu.

Tapi Evan tak menyentuhnya, tangannya malah sibuk memainkan ponsel.

Na memecah keheningan dengan suara kecil, “Ini.. nggak cocok sama selera kamu, ya?”

Evan mengangkat pandangan, akhirnya menatapnya.

“Gue gak laper.”

Jantung Na terasa mencelos. Ia berusaha tetap tenang, lalu berkata pelan, “Aku bisa masak yang lain kalau kamu mau…”

Tapi Evan sudah bangkit berdiri.

“Gak usah. Mending lo mulai bersih-bersih rumah aja.”

Na membeku di tempat duduknya.

“Bersih-bersih?”

Evan berjalan ke arah tangga, berhenti sejenak dan melirik Na dengan tajam.

“Semua maid gue pecat. Sekarang lo yang urus rumah ini."

“Van… tunggu.”

Langkah Evan terhenti di anak tangga ketiga. Ia menoleh, menunggu apa yang akan dikatakan gadis itu katakan dengan suara gemetar.

Na menelan ludah, lalu bertanya pelan, seperti seseorang yang takut akan jawabannya sendiri.

“Kamu kenapa? Kamu… beda dari tadi malem. Aku salah apa?”

Matanya tampak memohon dan menyiratkan kebingungan.

Sedangkan Evan, sudut bibirnya terangkat. Puas hanya dengan pernyataan frustasi dari gadis itu.

“Kenapa? Lo pikir, cuma karena udah nikah, semua bakal kayak drama yang lo tonton? Ini bukan cerita dongeng. Kehidupan pernikahan yang sebenernya emang gini, kurang-kurangin ekspetasi lo."

Kemudian ia melanjutkan langkah ke atas. Tak memberi ruang untuk pertanyaan lanjutan, dan tak perduli dengan Na yang masih terperajat ditempatnya, berusaha mencerna apa yang Evan lontarkan barusan.

"Lo..."

Kata itu seperti menggema di kepalanya, jauh lebih keras daripada semua suara yang ada. Bukan hanya sikapnya yang berubah. Tetapi gaya bicara, dimana kata 'sayang' dan penuturan lembut yang selalu Evan ucapkan padanya?

Ini tak seperti Evan yang ia kenal. Atau... mungkin dari awal, ia tidak pernah benar-benar mengenalnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CINTA PALSU SUAMIKU   Bab 27 - Evan mengetahui tentang Raka

    Na masih terduduk di lantai, air matanya mengalir deras. Tangannya berusaha meraih pecahan kalung yang sudah tak berbentuk dan menyebar, meski jari-jarinya tergores serpihan tajam.Evan menatapnya beberapa detik lebih lama, seolah menikmati tapi sekaligus makin terbakar emosi. Dadanya bergemuruh melihat Na yang menangis karena liontin itu hancur.Tak lama, Evan keluar dengan membanting pintu kamar keras-keras.____Evan duduk di dalam mobil, kepalanya menempel di sandaran kursi, napasnya masih berat.Tangannya meraih ponsel, menekan nomor seseorang. Begitu tersambung, suara Evan langsung terdengar dingin dan ketus.“Cariin gue orang. Namanya Raka.” Evan mengatupkan rahangnya, “Gue nggak peduli pake cara apa. Gue harus tau siapa dia dan semua tentang dia."Evan memutus panggilan, lalu mengusap wajahnya kasar. Ada sensasi aneh di dadanya, seperti terbakar, tapi dia menolak mengakuinya.“Liat aja.." gumamnya pelan, “gue bakal cari sampe ke akar soal selingkuhan lo itu.”_____Kamar itu

  • CINTA PALSU SUAMIKU   Bab 26 - Kalung

    Pintu rumah terbuka keras. Aroma alkohol samar ikut masuk bersama Evan yang melangkah masuk, kemejanya sedikit kusut, langkahnya tak seimbang namun masih cukup sadar untuk menguasai diri.Na yang duduk di ruang tamu sontak menoleh. Wajahnya pucat, tubuhnya masih terasa panas karena sakit yang belum reda. Namun melihat suaminya pulang larut malam dengan kondisi seperti itu, hatinya makin teriris.“Kamu.. dari mana?” suaranya pelan, hampir tenggelam.Evan menoleh sekilas, tatapannya tajam. “Ngapain nanya? Emang penting?” ucapnya ketus, menendang sepatunya sembarangan hingga berserakan di lantai.Na terdiam sejenak. Ia menunduk, meremas jarinya. “Aku cuma khawatir… Jam segini kamu baru pulang. Kamu...habis minum-minum, ya?”Evan tertawa hambar,“Terus kalo iya? Lo mau apa? Ceramahin gue?” Na menggelengkan wajahnya, “Aku.. aku nungguin kamu dari tadi. Aku cuma pengen pastiin kamu baik-baik aja.”Tatapan Evan berubah gelap. Suara Na menyebut nama lelaki lain dalam tidurnya kembali terngia

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 25 - Kesalahpahaman Evan

    Keheningan kembali merayap di kamar saat bi Nani keluar dari kamar. Hanya terdengar detak jam dinding yang berjalan lambat, seolah menertawakan betapa kosongnya ruangan itu. Na menunduk, sendok di tangannya tak kunjung bergerak, membiarkan bubur di meja yang mulai dingin.Na menarik nafas berat. Yang tersisa hanyalah dirinya sekarang. Ingatannya seketika beralih pada laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu. Saat ini sudah menunjukan pukul 11 malam, namun Evan belum pulang. Dan Ia tahu betul bagaimana sikap Evan. Setiap kali ia pulang, yang Evan inginkan hanyalah tubuhnya. Selalu ada tuntutan, seakan keberadaannya hanya sebatas untuk melayani hasrat Evan.Tidak peduli Na sedang lelah, sakit, atau bahkan menangis—Evan akan tetap menuntut, dan menekan dirinya seolah itu memang merupakan kewajiban seorang istri.Dan Na tetap menurut, meski hatinya hancur setiap kali Evan paksa untuk meneguk sebuah pil penghalang kehamilan, karena jika menolak, ia tahu amarah Evan bisa lebih menyaki

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 24 - Raka

    Malam itu, Evan pulang lebih larut dari perkiraannya. Rumah gelap, hanya lampu ruang tamu yang menyala temaram. Di tangannya, tanpa alasan yang jelas, ada sebungkus kecil es krim yang ia beli di minimarket dekat basecamp. Bahkan dirinya sendiri heran saat kasir menyerahkan kembalian. Ia tidak ingat benar kenapa bisa tiba-tiba mengambil es krim dari freezer saat mengingat Na sangat menyukai makanan dingin itu.Langkah Evan pelan saat menaiki tangga. Begitu membuka pintu kamar, ia menemukan Na meringkuk di ranjang.Evan mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Na tertidur jam segini. Biasanya ia akan menunggu Evan pulang. Ia meletakkan kantong es krim di meja kecil di samping ranjang, lalu menyalakan lampu tidur agar kamar tidak terlalu gelap. Sekilas, wajah Na terlihat pucat di bawah cahaya kuning redup itu.Dengan ragu, Evan duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur, menyentuh dahi Na sekadar memastikan. Seketika, alisnya berkerut lebih dalam. Tubuh Na panas.Evan mendiamkan jemarinya di

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 23 - Diendra Ketahuan Selingkuh

    Awalnya Evan berencana pergi ke kantor, ada beberapa urusan yang harus ia cek meski tubuhnya belum pulih sepenuhnya. Namun telepon dari Riki mengubah arah langkahnya. Katanya ini bersangkutan dengan Juan dan pacarnya yang dicurigai selingkuh.Di antara mereka, hal-hal semacam ini memang tidak pernah dianggap remeh. Urusan pribadi pun sering kali dibawa ke meja rundingan, seakan-akan nasib satu orang adalah urusan semuanya. Kadang merepotkan, tapi begitulah cara mereka menjaga lingkaran ini tetap utuh. Mobilnya berbelok, bukan menuju kantor, melainkan ke basecamp. Untungnya, posisinya yang punya jabatan cukup tinggi memberinya kelonggaran untuk mengatur waktunya sesuka hati.Mobil Evan berhenti di depan basecamp. Begitu masuk, ia mendapati mereka semua sedang berbincang, membahas hal yang saat ini menjadi hot topic.“Nah dateng juga,” sapa Riki.Evan menjatuhkan diri ke sofa. “Ceritain detailnya.”Ian menghela napas, lalu mulai berbicara, memulai pembahasan, “Tadi pagi gue sama Kael n

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 22 - Na yang ketularan Evan

    Na langsung terlonjak, ia mendorong bahu Evan menjauh, wajahnya merah padam. Di sana, Bi Nani berdiri kaku dengan nampan buah di tangan, jelas tak sengaja menyaksikan momen yang tidak seharusnya.Na nyaris menahan nafas karena malu. Tapi Evan tidak memberi kesempatan. Ia hanya terdiam sejenak sebelum menyambar tubuh Na ke dalam gendongannya.“E-Evan!” Na memprotes panik, tangannya memukul pelan dada Evan.Namun seakan tuli, dengan santai langkah kaki Evan mantap menuju kamar, Meninggalkan ruang tamu dan Bi Nani yang pura-pura sibuk setelah menyaksikan hal itu.Pintu kamar terbanting rapat, Evan mencengkram pinggang Na, mengangkat tubuhnya lebih ke tengah ranjang. Gadis itu menggeliat panik, kedua tangannya menahan dada Evan.“Evan… kamu lagi sakit,” suaranya bergetar.Tapi pria itu hanya menelusuri wajah panik istrinya sejenak, lalu menunduk lagi, mencium leher Na, membuat gadis itu meremang dengan perlakuan Evan. Setiap sentuhan bibirnya meninggalkan bekas kontras pada kulit Na.Tanp

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status