Home / Romansa / CINTA PERTAMA SI GADIS ES / Si Jenius Analitis dan Berandal dari Pinggiran

Share

CINTA PERTAMA SI GADIS ES
CINTA PERTAMA SI GADIS ES
Author: Harrymraz

Si Jenius Analitis dan Berandal dari Pinggiran

Author: Harrymraz
last update Last Updated: 2025-06-03 18:53:45

Sasya Maharani, nama itu melekat padanya seperti embun beku di pagi hari. Di SMA Puncak BSD, sebuah institusi megah dengan arsitektur modern yang menjulang, Sasya adalah prototipe siswa sempurna: seragam selalu rapi tanpa cela, langkah tegap penuh tujuan, dan tatapan mata yang hanya tertuju pada satu titik—masa depan. Masa depan yang terangkai dari nilai-nilai sempurna, target universitas ternama, dan jalur karier yang mulus. Ia seperti program komputer yang di-optimalkan, efisien dan tanpa emosi yang mengganggu. Kawan-kawan (jika ia punya banyak) menjulukinya "Si Gadis Es" atau "Kulkas Berjalan," julukan yang ia terima tanpa berkedip, malah menganggapnya pujian atas fokusnya yang tak tergoyahkan.

Setiap pagi, rutinitasnya adalah presisi. Bangun pukul 05.00, jogging singkat di sekitar kluster perumahannya yang asri di Foresta, sarapan oatmeal protein, lalu berangkat ke sekolah. Bukan dengan layanan ride-hailing atau diantar supir, tapi berjalan kaki. Ia menghitung langkah, mengamati ruko-ruko bisnis yang baru dibangun di sepanjang jalan, memetakan setiap detail yang bisa memberinya keunggulan, sekecil apa pun. Di dalam kelas, ia adalah mesin penjawab soal. Di perpustakaan sekolah yang didesain minimalis futuristik, ia bisa menghabiskan berjam-jam, tenggelam dalam buku fisika atau simulasi ujian. Baginya, interaksi sosial hanyalah noise yang mengganggu sinyal kemajuannya.

Namun, ketenangan Sasya yang terencana itu koyak pada suatu siang yang cerah, ironisnya, oleh perintah dari guru wali kelas. "Sasya," Bu Siska, guru sejarah yang selalu tampak lelah, menghela napas. "Tolong antarkan materi pelajaran ke Ardi Sanjaya. Dia murid pindahan, sudah absen hampir seminggu."

Sasya mengerutkan kening. Ardi Sanjaya. Nama itu sudah jadi bisik-bisik paling panas di koridor sekolah selama beberapa hari terakhir. Cerita tentangnya melaju lebih cepat dari fiber optic di BSD. Ada yang bilang ia anak konglomerat yang dikeluarkan dari sekolah elit di Jakarta, ada yang bilang ia terlibat perkelahian brutal di pusat kuliner The Breeze hingga memecahkan meja kaca, bahkan ada yang bersumpah melihatnya berkelahi sendirian melawan tiga orang di area skatepark dekat Green Office Park dan berakhir dengan luka parah. Kabar itu sungguh bertolak belakang dengan citra SMA Puncak BSD yang mengutamakan kedisiplinan dan prestasi akademik.

"Apa dia tidak bisa mengambilnya sendiri?" tanya Sasya, suaranya datar. Waktu untuk mengantarkan materi ini adalah waktu berharga yang bisa ia gunakan untuk mengulas ulang materi kalkulus.

Bu Siska hanya menatapnya dengan pandangan pasrah. "Dia bersembunyi. Dia pikir semua orang membencinya. Cobalah berinteraksi, Sasya. Mungkin kau bisa membantunya."

Sasya mendengus dalam hati. Membantu? Ia bahkan tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Dengan map berisi materi di tangan, ia melangkah menyusuri lorong-lorong sekolah yang hening. Ia mencoba kelasnya, lab sains, dan bahkan kantin yang kosong. Sampai akhirnya, insting aneh membimbingnya ke atap sekolah.

Pintu atap yang berkarat terbuka dengan decitan pelan, memperlihatkan pemandangan gedung-gedung perkantoran dan apartemen modern di kejauhan, kontras dengan langit biru cerah. Dan di sana, di balik tangki air, meringkuk sesosok tubuh. Rambutnya hitam legam, tampak kusut. Seragamnya lusuh, tidak rapi seperti seragam siswa lain. Ia memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya di antara lengan. Sebuah aura liar terpancar darinya, anehnya menyatu dengan lingkungan BSD yang teratur.

"Ardi Sanjaya?" panggil Sasya, suaranya tetap tanpa emosi, tapi ada sedikit rasa ingin tahu yang tak biasa dalam dirinya.

Sosok itu tersentak. Kepalanya terangkat. Sepasang mata gelap yang tajam menatap Sasya dengan sorot seperti binatang yang terpojok—ketakutan, curiga, namun juga sedikit rasa ingin tahu. Wajahnya dipenuhi goresan dan memar yang belum sepenuhnya sembuh, memperkuat rumor tentang perkelahian. Ini pasti Ardi Sanjaya, si berandal.

"Aku Sasya," lanjut Sasya, tak mau membuang waktu. Ia meletakkan map di lantai, menjaga jarak yang aman. "Ini materi pelajaran. Aku sudah menyusunnya berdasarkan bab."

Ardi tidak bergerak. Ia hanya menatap Sasya, seperti meneliti setiap detail dari gadis di hadapannya. Tiba-tiba, ia berdiri. Tinggi badannya jauh di atas Sasya, bayangannya menaungi Sasya. Ada senyum tipis yang muncul di bibirnya, senyum yang aneh, seperti anak kecil yang baru menemukan mainan baru.

"Kau datang menemuiku..." bisiknya, suaranya dalam dan sedikit serak. Ia melangkah mendekat. "Kau pasti menyukaiku, ya?"

Sasya terkejut. Logikanya gagal memproses kalimat itu. Suka? Ia bahkan tidak mengenalnya! "Apa maksudmu? Aku hanya menjalankan tugasku sebagai ketua kelas."

Ardi mengabaikan penjelasan itu. Ia semakin dekat, tatapannya lekat, dan Sasya bisa mencium bau cologne maskulin yang bercampur dengan aroma tanah dan sesuatu yang samar seperti...ayam? Ia melihat seekor ayam jantan kecil yang bersembunyi di balik Ardi, menatap Sasya dengan mata bulat. Ini benar-benar aneh.

"Semua orang lari dariku," kata Ardi, senyumnya melebar. "Tapi kau, kau datang menemuiku. Kau yang pertama. Kau temanku!"

Dengan gerakan yang terlalu cepat untuk Sasya proses, Ardi meraih pergelangan tangannya. Jemarinya dingin, namun cengkeramannya kuat. "Mulai sekarang, kita teman! Kau teman pertamaku!"

Sasya terpaku. Ia tak pernah merasakan sentuhan seaneh ini, seintens ini. Pikirannya kosong. Semua program logisnya mendadak corrupt. Di atas atap gedung sekolah yang serba modern, dengan pemandangan kota BSD yang teratur membentang di bawah, kehidupan Sasya Maharani yang terencana rapi baru saja bertabrakan dengan sebuah anomali tak terduga bernama Ardi Sanjaya. Dan ia, si Gadis Es, baru saja merasakan percikan kehangatan yang asing. Sebuah percikan yang akan mengubah seluruh peta kehidupannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Jejak Digital yang Membeku

    Minggu-minggu berlalu dengan lambat bagi Sasya dan Ardi. Tekanan terus-menerus dari ancaman Rifky, meski kini lebih halus, menguras energi mereka. Anggrek putih misterius yang muncul di meja Sasya, pesan-pesan gelap yang Ardi terima, dan rasa diawasi yang tak pernah hilang, semuanya mengikis ketenangan mereka. Namun, di balik tirai kekhawatiran itu, mesin penyelidikan yang diprakarsai Yudha Sanjaya dan kepolisian terus bekerja, perlahan namun pasti, melacak bayangan Rifky.Yudha tidak main-main. Ia telah mengalokasikan sumber daya besar dari Sanjaya Group, termasuk tim ahli keamanan siber eksternal terkemuka. Mereka bekerja sama dengan tim IT internal dan penyidik kepolisian, menelusuri setiap jejak digital yang mungkin ditinggalkan Rifky. Ini adalah perburuan yang rumit, karena Rifky adalah seorang jenius yang sangat berhati-hati."Rifky itu bersih, Pak Yudha," lapor Kepala Tim IT, Diki, suatu sore dalam rapat tertutup dengan Yudha dan Sasya. "Dia selalu menggunakan VPN berlapis, ser

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Badai yang Belum Berlalu

    Meskipun Yudha Sanjaya telah bertindak cepat, badai yang dilepaskan Rifky belum berlalu. Laporan polisi telah dibuat, tim hukum Sanjaya Group bergerak, namun prosesnya lambat. Sementara itu, Rifky Aditama masih bebas, dan Sasya serta Ardi merasakan bayangan ancamannya masih menggantung di atas mereka. Tekanan media, yang dipicu oleh artikel blog dan video viral, mulai terasa.Telepon rumah Sasya tak berhenti berdering. Nomor tak dikenal, beberapa di antaranya dari media yang mencoba mendapatkan pernyataan eksklusif. Mereka harus mematikan telepon rumah dan hanya mengandalkan ponsel. Setiap kali Ardi dan Sasya keluar rumah, mereka merasa diawasi. Setiap mobil yang lewat terlalu lambat, setiap wajah yang menoleh, terasa mencurigakan. Perasaan paranoid itu menggerogoti."Aku merasa kita hidup di bawah mikroskop, Ardi," Sasya berbisik suatu malam, saat mereka berdua duduk di ruang keluarga, Rambo meringkuk di kaki mereka. "Aku benci perasaan ini."Ardi memeluknya erat. "Aku tahu, Sayang.

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Badai Publik dan Korban Tak Terduga

    Pesan Ardi di papan tulis Rifky adalah percikan api yang menyulut bom. Rifky, sang ahli kendali, tidak bisa menerima bahwa "algoritmanya" telah ditembus, ruang pribadinya diinvasi. Amarahnya meluap, memicu serangkaian tindakan balasan yang jauh lebih ekstrem, menargetkan Sasya dan Ardi di ranah publik, di mana reputasi adalah segalanya.Beberapa hari setelah insiden di apartemen Rifky, Sasya dan Ardi mulai merasakan dampaknya. Telepon iseng berdatangan ke rumah mereka, tanpa suara di ujung lain. Pesan-pesan aneh muncul di kotak masuk media sosial Sasya, berisi kalimat-kalimat mengganggu yang tampaknya acak, tetapi memiliki pola tersembunyi yang hanya bisa dipahami oleh seorang ahli kriptografi.Namun, yang terburuk terjadi pada hari Jumat.Pagi itu, sebuah artikel muncul di sebuah blog berita online yang cukup populer, yang berfokus pada gosip dan skandal korporat. Judulnya mencolok: "Ambisi Beracun di Sanjaya Group: Direktur Pemasaran Dituding Memanipulasi Proyek Demi Kekuasaan."Jan

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Gema Retaknya Kendali

    Pagi itu, Rifky Aditama kembali ke apartemennya setelah berbelanja. Pikirannya dipenuhi rencana baru. Pembebasan tugas dari Sanjaya Group memang menyakitkan ego-nya, namun itu hanya kemunduran sementara. Ia akan menunjukkan pada Yudha dan Sasya bahwa mereka telah membuat kesalahan fatal. Algoritmanya tidak patah; ia hanya perlu menyesuaikannya.Ia membuka pintu apartemennya. Tidak ada yang terasa aneh. Ia meletakkan belanjaannya di dapur, lalu berjalan menuju ruang tamunya. Pandangannya jatuh pada papan tulis besarnya. Jantungnya mencelos.Di sana, di antara coretan-coretan algoritmanya yang rumit, terpampang sebuah kalimat besar, kasar, dan begitu asing: "ALGORITMA ANDA MUDAH DITEMBUS, THE CIPHER. DAN KAMI TAHU SEMUANYA."Rifky menegang. Warna di wajahnya menghilang. Ia menatap kalimat itu, lalu matanya bergerak cepat ke sekeliling ruangan. Tidak ada kerusakan. Tidak ada yang hilang. Namun, pesan itu... pesan itu menembus pertahanannya. Seseorang telah masuk. Seseorang telah menginva

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Balas Dendam Sang Pelindung

    Malam itu, setelah penemuan mengerikan rekaman di rumah mereka, amarah Ardi membakar. Sasya duduk di sudut, memeluk lututnya, gemetar tak terkendali. Privasi mereka telah dilanggar dengan cara yang paling keji. Ini bukan lagi tentang karier atau persaingan; ini adalah serangan pribadi yang tak termaafkan."Aku akan membunuhnya, Ardi!" Sasya berbisik, air mata mengalir deras. "Dia sudah keterlaluan!"Ardi memeluknya erat. "Tidak, Sayang. Jangan berpikir begitu. Aku yang akan menanganinya. Dia sudah melangkah terlalu jauh."Malam itu Ardi tidak bisa tidur. Ia menghubungi Dika, temannya dari biro investigasi swasta, dan menceritakan semuanya, termasuk rekaman video itu. Dika, yang biasanya tenang, terdiam mendengar detail invasi privasi itu."Ini sudah masuk ranah pidana, Ardi," Dika berkata, suaranya serius. "Pelanggaran privasi dan pengancaman. Kita bisa laporkan ini ke polisi.""Tidak," Ardi menolak, tatapannya dingin. "Aku ingin dia merasakannya langsung. Aku tidak ingin dia lolos de

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Kemarahan Algoritma yang Patah

    Pembebasan tugas Rifky Aditama dari proyek Asia Tenggara mengguncang kantor Sanjaya Group. Secara resmi, itu adalah "evaluasi kinerja mendalam." Namun, bisikan di antara karyawan tak terhindarkan. Kepergian Rifky yang mendadak, setelah Yudha memanggilnya, menimbulkan spekulasi. Sasya dan Ardi merasa lega untuk sesaat, tetapi mereka tahu, Rifky tidak akan menerima ini begitu saja. Algoritmanya telah "patah," dan itu bisa memicu reaksi yang tak terduga.Rifky menghilang dari kantor tanpa jejak. Laptop dan ponsel kerjanya disita oleh tim IT untuk penyelidikan. Namun, Ardi tahu, pria sepertinya akan selalu memiliki cara lain untuk beroperasi di balik bayangan. Ia telah kehilangan kendali atas Sasya di Sanjaya Group, tetapi obsesinya tidak akan hilang. Sebaliknya, itu mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap dan berbahaya.Beberapa hari setelah Rifky dibebastugaskan, ketenangan Sasya mulai terusik lagi. Kali ini, ancaman tidak datang dalam bentuk email anonim atau sabotase hal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status