Beranda / Romansa / CINTA PERTAMA SI GADIS ES / Squad Dadakan dan Pusat Perbelanjaan

Share

Squad Dadakan dan Pusat Perbelanjaan

Penulis: Harrymraz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 19:00:36

Penolakan Sasya di Taman Kota tidak membuat Ardi gentar sedikit pun. Justru sebaliknya, seolah-olah kata "tidak" baginya adalah undangan untuk lebih mendekat. Ardi bukan variabel yang bisa dihilangkan dari persamaan; ia adalah konstanta yang mendadak muncul dalam rumus kehidupan Sasya, mengacaukan semua hasil yang terprediksi.

Keesokan harinya, dan hari-hari setelahnya, Ardi masih ada di samping Sasya. Di koridor sekolah, di kantin, bahkan saat Sasya berusaha mencari ketenangan di perpustakaan yang tenang di Universitas Prasetiya Mulya untuk mengerjakan tugas kelompok, Ardi muncul, membawa Rambo di pundaknya, membuat pustakawan geleng-geleng kepala. Bagi Ardi, penolakan Sasya hanyalah tanda bahwa Sasya belum sepenuhnya memahami betapa tulus perasaannya.

"Kau harus lebih banyak tertawa, Sasya," kata Ardi suatu sore, saat mereka duduk di bangku taman sekolah. Sasya sedang membaca ringkasan materi pelajaran, sementara Ardi mengamati awan. "Wajahmu seperti mau mengerjakan ujian terus."

Sasya tidak menanggapi. Ia sedang mencoba mengabaikan Ardi, seperti ia mengabaikan spam email yang memenuhi kotak masuknya. Namun, usahanya sia-sia.

Tak lama kemudian, kehidupan sosial Sasya yang minim mulai terisi—bukan oleh siswa-siswa teladan atau anak-anak dari keluarga terpandang yang bisa menunjang masa depannya, melainkan oleh dua individu aneh lainnya yang entah bagaimana menjadi bagian dari lingkaran Ardi.

Yang pertama adalah Nisa Adelia. Gadis ini adalah definisi sesungguhnya dari generasi digital native di BSD. Ia seperti etalase berjalan dari fashion trend terbaru di AEON Mall, dan hidupnya berputar di sekitar likes, followers, dan endorsement di media sosial. Setiap kalimatnya diakhiri dengan pertanyaan retoris tentang sudut foto yang paling instagrammable atau filter apa yang sedang viral. Sasya pertama kali bertemu Nisa saat gadis itu sedang merengek di depan foodcourt sekolah, mencoba menarik perhatian Ardi untuk membantunya menghadapi beberapa cyberbully di forum online.

"Ardi! Mereka bilang fotoku jelek! Hiks, aku kan sudah pakai outfit dari butik di QBig BSD!" rengek Nisa, air mata membasahi pipinya yang dipoles blush on.

Ardi, yang awalnya cuek, langsung berbalik dengan tatapan tajam. "Siapa yang bilang begitu? Tunjukkan padaku. Akan kuberi pelajaran."

Sasya menghela napas. Keliaran Ardi memang selalu datang dengan bonus masalah.

Individu kedua adalah Rizky Pratama, yang lebih sering dipanggil Kiki. Ia adalah kebalikan total dari Ardi dan Nisa. Kiki adalah kapten tim basket di Gor BSD, pribadi yang tenang, dewasa, dan selalu membawa aura damai. Sasya pertama kali bertemu Kiki saat ia sedang mencari Ardi di lapangan basket sekolah, dan menemukan Kiki dengan sabar mengajari Ardi teknik dribble yang benar. Kiki seolah menjadi penyeimbang dalam kegilaan Ardi.

"Ardi mungkin terlihat seperti preman," Kiki pernah berkata pada Sasya suatu kali, suaranya tenang saat mereka menunggu Ardi yang entah ke mana. "Tapi dia sebenarnya anak yang baik. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain."

Perlahan tapi pasti, Sasya mendapati dirinya sering hangout bersama squad dadakan ini. Mereka sering berkumpul di berbagai tempat di BSD: dari area foodcourt yang ramai di The Breeze, mencoba berbagai jajanan kaki lima modern, hingga sore-sore di Danau Vanya Park tempat Ardi sering "mengasingkan diri" bersama Rambo. Sasya akan duduk di bangku, membaca bukunya, sementara Nisa sibuk membuat story I*******m, Ardi bermain-main dengan Rambo atau tiba-tiba berlari kencang, dan Kiki akan menatap mereka semua dengan senyum tipis.

Awalnya, Sasya merasa tidak nyaman. Ia merasa seperti spreadsheet yang dilemparkan ke tengah-tengah carnival. Mereka terlalu berisik, terlalu spontan, terlalu... berantakan. Nisa akan terus-menerus bertanya padanya tentang tips belajar atau meminta Sasya membantu Nisa menulis caption yang "cerdas tapi tetap relatable." Kiki terkadang akan mengajaknya berdiskusi tentang strategi basket, mencoba menariknya dari dunianya sendiri. Dan Ardi, oh, Ardi akan terus memandangnya dengan tatapan aneh itu, dan terkadang melontarkan kalimat-kalimat random tentang perasaannya.

Namun, perlahan, di tengah semua kekacauan itu, Sasya mulai merasakan sesuatu yang baru. Ia melihat bagaimana Ardi membela Nisa dari bullying online dengan caranya sendiri yang unik dan agresif. Ia melihat bagaimana Kiki dengan sabar mengarahkan Ardi untuk lebih terkontrol. Ia melihat bagaimana Nisa, di balik obsesinya pada media sosial, adalah gadis yang sebenarnya kesepian dan mendambakan perhatian tulus.

Sasya, yang selama ini hanya peduli pada buku dan angka, mulai mengamati dinamika pertemanan yang aneh ini. Ia menyaksikan tawa renyah Nisa, senyum kalem Kiki, dan kegilaan tak terduga dari Ardi. Mereka adalah sebuah unit yang tidak sempurna, tapi entah kenapa, mereka saling melengkapi.

Satu sore, saat mereka semua sedang makan es krim di sebuah kafe aesthetic di kawasan ruko strategis BSD, Nisa tiba-tiba berteriak. "Sasya! Senyum dong! Kayak kulkas begitu mana ada cowok yang mau!"

Sasya terkesiap, pipinya sedikit memerah. Ardi di sampingnya hanya menatap Nisa dengan tatapan dingin, lalu mendekatkan wajahnya ke Sasya. "Kau cantik kok, Sasya. Aku suka."

Kata-kata Ardi itu membuat Sasya membeku. Namun, yang lebih mengejutkan adalah perasaannya sendiri. Di balik kekesalan, ada sedikit percikan aneh yang tak bisa ia jelaskan. Di tengah obrolan Nisa yang tak henti-hentinya tentang followers dan Kiki yang tenang mengamati mereka, Sasya menyadari bahwa ia tidak lagi merasa terasing. Ia adalah bagian dari squad ini.

Ironisnya, di BSD yang serba terencana dan teratur, Sasya menemukan sebuah "keluarga" yang paling tidak terduga. Sebuah keluarga yang tidak ia cari, tapi kini ia sadari, ia mungkin membutuhkannya. Ketenangan iceberg-nya perlahan mulai mencair di bawah pengaruh hangat dan aneh dari Ardi Sanjaya, Nisa Adelia, dan Rizky Pratama.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Sebuah Peringatan Halus

    Perjalanan pulang dari luar kota terasa panjang bagi Sasya. Pikirannya dipenuhi bayangan tatapan Rifky di restoran tadi malam. Ketidaknyamanan yang semula samar kini terasa nyata. Setibanya di rumah, ia langsung memeluk Ardi erat."Aku merasa aneh, Ardi," bisiknya, melepaskan tasnya. "Malam itu... Rifky menatapku saat kau menelepon. Seperti ada sesuatu di matanya. Rasa... kesal, mungkin?"Ardi mengeratkan pelukannya. "Aku tahu, Sayang. Aku sudah merasakan itu. Aku tidak suka bagaimana dia selalu mengawasimu, bagaimana dia selalu ada di dekatmu. Profesionalisme itu satu hal, tapi ini... ini terasa beda." Ardi tahu ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa hanya berdiam diri sementara istrinya merasa tidak nyaman.Keesokan harinya, Ardi memutuskan untuk mengunjungi kantor Sasya di Sanjaya Group. Ia punya janji makan siang dengan Sasya, tapi juga punya agenda lain yang tak terucap. Ia ingin mengamati Rifky secara langsung, dari dekat, tanpa Sasya menyadarinya.Saat ia tiba di lobi Sanjay

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Tatapan yang Mengganggu

    Setelah makan malam tim yang hangat namun diwarnai ketegangan tak terlihat, perhatian Sasya terhadap Rifky Aditama semakin intens. Bukan lagi sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah firasat samar yang mengganggu. Ia mulai menangkap pola: di rapat, di lorong kantor, bahkan saat mereka sesekali berpapasan di kafetaria, Rifky selalu tampak mengamatinya. Tatapan itu tidak terang-terangan atau mengancam, melainkan tersembunyi di balik kacamata tipisnya, penuh perhitungan.Sasya adalah wanita yang logis, namun intuisinya jarang meleset. Ia menyadari bahwa Rifky tidak hanya mengamati dirinya sebagai seorang atasan atau kolega. Ada sesuatu yang lebih personal, lebih dalam. Ia mulai merasa sedikit tidak nyaman.Suatu siang, saat Sasya sedang berjalan menuju ruang rapat, ia berpapasan dengan Rifky yang baru saja keluar dari pantry. Mereka bertukar sapa singkat, dan Rifky dengan cepat menunduk, namun Sasya menangkap matanya sejenak terpaku pada gerakan tangan Ardi yang tidak sengaja menyentuh

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Hangatnya Rumah, Dinginnya Ketegangan

    Rumah Sasya dan Ardi di Puri Sanjaya malam itu bersinar hangat, dipenuhi aroma gurih masakan dan alunan musik jazz lembut. Ini adalah upaya Sasya untuk melunakkan suasana tim proyek, terutama Rifky, agar mereka bisa berinteraksi di luar batasan kantor. Ardi, dengan antusiasme khasnya, bertindak sebagai host yang ramah, sesekali melucu dan memastikan gelas setiap orang terisi. Rambo, si kucing jumbo, dengan malasnya menyambut setiap tamu di ambang pintu, seolah tahu ia adalah bagian penting dari keluarga.Tim inti proyek ekspansi, termasuk Hendra, Mira, dan beberapa manajer lainnya, tiba satu per satu. Suasana cair dengan cepat, diwarnai tawa dan obrolan ringan tentang pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sasya merasa lega melihat mereka mulai berbaur.Namun, ketika Rifky Aditama tiba, suasana sedikit berubah. Ia datang dengan setelan kemeja yang rapi, nyaris terlalu formal untuk makan malam santai, dan membawa sebotol anggur merah mahal sebagai hadiah. "Selamat malam, Bu Sasya, Pak Ardi,"

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Bayangan di Balik Kecerlangan

    Proyek ekspansi Sanjaya Group ke Asia Tenggara terus melaju, didorong oleh efisiensi yang luar biasa dari tim inti Sasya. Rifky Aditama, tanpa diragukan lagi, adalah bintang paling terang dalam tim itu. Laporannya selalu sempurna, analisisnya tak bercela, dan ia selalu selangkah di depan dalam mengidentifikasi potensi masalah dan solusi. Sasya merasa bangga memiliki Rifky, namun pada saat yang sama, ada bayangan halus yang mulai menyelimuti perasaannya.Rifky seolah tak pernah tidur. Email balasan darinya bisa datang di tengah malam atau dini hari. Ia seringkali menjadi orang pertama yang tiba di kantor dan yang terakhir pulang. Dedikasinya memang patut diacungi jempol, tetapi intensitasnya mulai terasa sedikit berlebihan bagi Sasya.Suatu sore, Sasya menemukan Rifky masih di mejanya, wajahnya hanya diterangi cahaya monitor. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan kantor hampir kosong. Sasya sendiri baru saja menyelesaikan panggilan video panjang dengan Yudha."Rifky, kau bel

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Memecah Dinding Profesionalisme

    Proyek ekspansi Sanjaya Group ke Asia Tenggara bergerak dengan kecepatan tinggi. Sasya Maharani, sebagai pemimpin proyek, adalah poros di mana semua pergerakan berpusat. Di antara semua anggota timnya, Rifky Aditama adalah yang paling menonjol dalam efisiensi dan ketajaman analisisnya. Namun, di balik profesionalisme yang sempurna itu, Sasya merasakan ada dinding tipis yang memisahkan Rifky dari yang lain, bahkan darinya. Ia ingin memecah dinding itu, bukan hanya demi kolaborasi yang lebih baik, tetapi juga karena rasa ingin tahu.Suatu siang, setelah rapat proyek yang intens membahas strategi penetrasi pasar di Vietnam, Sasya melihat Rifky masih duduk di mejanya, menganalisis data dengan fokus penuh, bahkan saat sebagian besar tim sudah bubar untuk makan siang."Rifky, kau tidak makan siang?" Sasya bertanya, berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.Rifky mendongak, ekspresinya datar. "Belum, Bu Sasya. Ada beberapa metrik yang ingin saya selesaikan sebelum istirahat. Saya membawa beka

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   bayangan

    Keputusan untuk menerima tawaran Yudha tidaklah mudah bagi Sasya. Butuh waktu beberapa hari, diisi dengan percakapan panjang bersama Ardi, malam-malam tanpa tidur, dan pemikiran mendalam tentang ambisi serta prioritas hidupnya. Pada akhirnya, nyala ambisi profesionalnya, ditambah dengan dukungan tak tergoyahkan dari Ardi, memantapkan langkahnya. Ia akan menerima tantangan ekspansi ke Asia Tenggara.Ketika Sasya menyampaikan keputusannya kepada Yudha, pria itu hanya mengangguk, senyum puas terukir tipis di bibirnya. "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku, Sasya. Ini adalah langkah besar bagi Sanjaya Group. Kau akan memimpin tim yang terdiri dari talenta terbaik, baik dari internal maupun rekrutan baru. Mereka akan membantumu membangun fondasi di pasar baru ini."Beberapa minggu kemudian, persiapan proyek ekspansi ke Asia Tenggara dimulai. Kantor Sasya kini dilengkapi dengan layar-layar besar yang menampilkan peta geopolitik regional, grafik ekonomi, dan data pasar potensial di negara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status