Share

Rencana Pembunuhan

Pagi ini adalah sidang pertama perceraianku dengan Mas Rian. Sebelum berangkat aku masuk ke dalam kamar Bian. Anak usia 7 tahun itu masih berbaring di tempat tidurnya.

"Hei sayang," sapaku membuyarkan lamunanannya.

"Mamah," jawabnya tersenyum.

"Apakah kamu baik-baik saja jagoan?" Kutatap matanya untuk menyelami.

"Ya, Bian sangat baik," jawabnya tersenyum tipis.

"Apakah Bian masih memikirkan ucapan Papah kemarin?" tanyaku menebak. Matanya tidak bisa berbohong ia sedang memikirkan sesuatu.

"Mah, Papah kayanya sakit deh," jawab Bian serius, membalas tatapan mataku.

"Enggak kok, Papah sangat sehat," tuturku agar membuatnya tenang.

"Tidak, bukan itu Mah. Tapi, sakit yang lain ...," ujar Bian lagi.

"Sakit yang lain?" Aku menyipit dan pura-pura tak paham, ingin mendengar penjelasannya.

"Kemarin, Papah menatap Bian, mengelus tangan Bian seperti ini," ucapnya sembari memperagakan, "lalu dia berkata sembari menyentuh pipi Bian, ''Seburuk-buruknya Papah Nak, kenyataan bahwa Papah adalah orang tu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lusi Agustina
MasyaAllah... seneng nya,punya anak ky Bian.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status