Share

Sentilan untuk Ayah

[Kamu tidak bisa menikah tanpa wali, Halwa,] teriak ayah.

[Orang yang mati tidak bisa menjadi wali. Ayahku sudah mati. Raganya yang dirasuki iblis tidak bisa menjadi wali!]

Tubuhku bergetar dengan tangan yang terjuntai, Radit bergeming dari depan pintu.

Braakk! ponsel yang kupegang jatuh dengan sendirinya.

Tubuhku seperti batu yang berjalan, kaku dan dingin. Berjalan perlahan menuju balkon. Sebenarnya aku ingin meraung-raung saat ini, menumpahkan marah yang tak terbendung, tapi mengingat ada orang lain di kamar, aku malu melakukannya.

"Suster, bisa tolong bawa Khawla ke kamar Bian sebentar," pinta Radit.

"Iya Pak."

Aku mendengar pintu kamar tertutup bersama dengan suara langkah kaki yang mendekat.

"Masuklah, Hal."

Tangan Radit menelukup di pundak, air mataku sudah jatuh dalam diam, hanya pundak yang terasa naik turun. Pegangannya melebar hingga merangkul dari belakang, mengajakku untuk masuk.

"Banyak orang yang melihatmu di sini," lirihnya.

Aku menurut dan mengikutinya masuk, menjatuh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status