Share

CINTAKU SALAH ALAMAT
CINTAKU SALAH ALAMAT
Penulis: Van Rehance

BAB 1 MENIKAHLAH

“Menikahlah dengan pria ini, kamu akan bahagia.”

Sebuah kalimat keluar dari bibir sang ibu. Wanita setengah baya yang melahirkan dirinya itu menyuruh dia untuk menerima kehadiran seorang pria sebagai calon suaminya. 

“Iya dia pria baik, dia adalah pemilik perusahaan besar, rekanan dari perusahaan kakak.”

Satu kalimat pendukung pun meluncur dari bibir sang kakak yang baru dia lihat. Karena sejak menikah dia tinggal di Jakarta bersama suaminya. Dan dia datang hari ini hanya demi memberikan informasi bahwa dirinya akan melakukan perjodohan dengan seorang pria yang sama sekali tidak dia kenal. 

Zivana pulang tergesa-gesa dari kampusnya demi memberikan kejutan kepada keluarganya karena dia telah berhasil mendapatkan juara pertama dari kompetisi debat antar mahasiswa tingkat provinsi.

Dia memang sengaja tidak memberitahukan kepada keluarganya tentang kompetisi ini, khususnya sang ayah karena dia ingin memberikan kejutan. Tetapi sampai di rumah, dia malah diberikan kejutan oleh Ibu dan kakaknya tentang perjodohan yang sedang direncanakan oleh keluarganya untuk dirinya.

Hal ini cukup membuat Zivana terkejut. Dia tidak pernah mengira bahwa dirinya akan dijodohkan dengan seorang pria yang dia tidak tahu bagaimana rupa dan sifatnya. Zivana, putri kedua dari keluarga Ahmad. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal, menjadi putri keluarga kaya membuat ibunya begitu protektif dan melarangnya bergaul dengan sembarang orang. Hal ini lantas membuat Zivana menjadi pribadi yang introvert dan lebih suka menyendiri. Sifatnya ini membuat dia susah untuk menerima orang baru, apalagi orang berjenis kelamin pria.

“Ma, ini bukan lagi zaman siti nurbaya, kenapa aku harus dijodohkan segala. Aku akan menikah jika saatnya tiba,” protes Zivana.

“Sayang, kapan lagi kamu akan menemukan pria baik seperti dia. Dia orang kaya dan terkenal baik. Satu lagi, dia adalah rekanan perusahaan kakakmu. Jika kamu menikah dengan dia maka perusahaan kakakmu akan stabil karena mendapatkan dukungan darinya, sayang.”

Zivana menatap tidak percaya dengan apa yang diucapkan sang ibu. Matanya nanar menatap Ibu dan kakaknya yang sedang bersemangat menjelaskan perihal perjodohan itu. dan sialnya, dirinya dijadikan sebagai tumbal untuk kebaikan perusahaan sang kakak. Zivana mendadak kesal, tidak terima.  

“Apakah ibu berniat menukar kebahagiaanku dengan kestabilan perusahaan kakak? Ibu tega sekali,” jawab Zivana, marah.

Dia meletakkan piagam dan piala penghargaan yang ingin ditunjukkan kepada orang tuanya begitu saja, lalu beranjak ke kamarnya dengan kesal. Selama ini dia selalu mengalah saat sang ibu selalu menomor satukan kakaknya dibandingkan dirinya. Semua prestasi yang dia tunjukkan demi membuat kedua orang tuanya bangga seolah tidak ada harganya di mata sang ibu. 

“Zivana! Kami masih ingin berbicara denganmu,” teriak sang ibu.

Namun teriakan itu diabaikan Zivana. Hatinya kesal, dia tidak bisa menerima sikap pilih kasih sang ibu yang selalu mendahulukan kepentingan kakaknya. Dia menghentakkan kakinya sepanjang perjalanan menuju kamar yang menjadi satu-satunya tempat yang paling nyaman untuknya. 

“Sudah jangan paksa Zivana menerima perjodohan ini, biarkan dia memilih.”

Sang ayah menunjukkan keberatan dengan keputusan yang dilakukan sang istri dan anak pertamanya itu. Namun istrinya hanya menatap tajam ke arahnya sebagai respon untuk menunjukkan bahwa dia tidak setuju dengan ucapan suaminya.

“Ayah ini bagaimana sih, di mana lagi dia akan mendapatkan suami yang sempurna seperti itu. Dia bukan hanya kaya tetapi juga orang baik. Zivana akan bahagia, pernikahan ini juga akan menolong keluarga kita keluar dari masalah yang kini sedang kita hadapi.” 

Ahmad, ayah Zivana pun hanya menghela napas panjang mendengar dalih sang istri. Tanpa mau berdebat lebih lama. Dia beranjak dari tempatnya menuju lantai atas untuk menemui Zivana. Ahmad memang sangat menyayangi putri bungsunya itu. Sedari kecil, dia kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari ibunya yang selalu memberikan apapun yang diminta Sherafina, putri pertamanya. 

Pria berusia 50 tahun itu mengetuk pelan pintu kamar Zivana. Dia ingin meredakan amarah di hati gadis kecilnya itu. Sedari dulu, dia lebih suka mengurung di kamar daripada keluar rumah . Hal itu membuat dirinya menjadi tidak percaya diri.  Dan semakin menarik diri dari pergaulan.

“Sayang, boleh ayah masuk?” tanya Ahmad.

Beberapa detik kemudian, pintu kamar itu terbuka. Wajah cantik Zivana muncul dari sela pintu yang terbuka itu.

“Ada apa Ayah? Zivana mau tidur. Capek!”

Gadis itu tampak malas-malasan melihat papanya. Dia tahu bahwa ayahnya itu datang demi membujuk dirinya agar mau mengikuti perjodohan ini.

“Jika Ayah mau membujuk Zivana agar menerima pernikahan ini, dengan berat hati Zivana usir Ayah. Zivana sedang tidak ingin membahas itu,” kata gadis itu.

Ahmad tersenyum melihat bagaimana sang putri di depannya itu terlihat jelas sangat marah tetapi dalam keadaan marah pun dia selalu menjaga cara bicaranya agar sopan.

“Ayah ingin mengucapkan selamat atas keberhasilanmu dalam perlombaan itu,” kata Ahmad mencoba menghibur hati sang putri.

Zivana tersenyum senang mendengar ucapan ayahnya, dia tahu ayahnya tu tidak mungkin turut andil dalam rencana perjodohannya itu. Karena dia percaya bahwa dia adalah orang yang paling mengenal dirinya.

“Jika kamu tidak menginginkan perjodohan itu. Maka itu tidak akan terjadi, aku pastikan itu.” kata Ahmad mencoba menenangkan hati Zivana.

Zivana memeluk ayahnya dengan penuh cinta. Tidak ada yang paling mengerti dirinya selain ayahnya itu. Namun ternyata, ayahnya itu tidak sendiri. Ibunya dan Sherafina juga berdiri di depan pintu kamar dan mengatakan sesuatu yang cukup membuat Zivana marah. 

Zivana melerai pelukan papanya, dia melihat ke arah ibunya tajam. 

"Apakah Ibu tidak bisa mengerti perasaan Zivana sedikit saja?" kata Zivana, memelas.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Queen Rachma
Namanya bagus. Zivana.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status