terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Arga membantu Shenna untuk masuk ke dalam kamar hotelnya, ia masih berusaha menenangkan Shenna yang saat ini diam saja. "Gapapa pak, saya baik-baik aja. Makasih banyak ya" ujarnya pelan. Arga mengangguk paham, saat ini yang Shenna butuhkan adalah istirahat. Perempuan itu pasti merasa sangat lelah sekarang. "Istirahat yang cukup ya, besok kita free, kamu bisa istirahat yang banyak" ujar Arga sebelum keluar. Bahkan saat menutup pintu kamar perempuan itu, Arga masih merasa tidak rela. Rasanya ia ingin membakar hidup-hidup orang yang sudah membuat Shenna ketakutan seperti itu. *Fikri Call* "Bapak di mana, pak?" tanya pria itu pada Arga. "Saya udah di hotel, mau istirahat, cape." balasnya cepat dan singkat. Fikri mengerti, ia lalu mematikan sambungan telepon itu. Kini ia di repotkan dengan dua gadis yang sudah menghabiskan banyak alkohol. "Indy bangun dong, ndy bangun, bangun, woi bangun napa" teriaknya tepat di telinga Indy. Namun Indy sama sekali tidak merespon, perempu
Kevin tidak tenang sejak kemarin, ia dan Shenna bahkan tidak saling memberi kabar. Kevin sangat sibuk karena katingnya di kampus mengajaknya untuk ikut repot dalam acara yang mereka buat. Sehingga waktu Kevin ia habiskan bersama dengan katingnya, menyukseskan acara amal untuk anak yatim yang akan mereka lakukan besok. Pukul satu pagi, laki-laki itu membuka ponselnya. Saat membuka ponsel, senyuman dirinya dan Shenna sudah menyambutnya. Damar datang dengan dua botol beer binteng dan meletakkan tepat di depan Kevin. Keduanya memutuskan untuk menghangatkan tubuh dengan minuman beralkohol ini. "Perasaan lo akhir-akhir ini sibuk mulu, Shenna gimana?" tanya Damar yang sembari membuka tutup beer itu. "Shenna juga sibuk" sahutnya pelan. Kembali meletakkan ponselnya, sudah jam segini, pastinya perempuan itu sudah tertidur lelap. Tidak baik jika dirinya memaksakan kehendak untuk mendapatkan balasan pesan saat itu juga. Ia meneguk satu sloki beer yang di tuangkan Damar untuknya, "Gua
Indy terbangun dari tidurnya, perempuan itu seperti biasa harus melihat wajah bangun tidurnya yang sudah pasti sangat cantik. Indy turun dari ranjang kamar hotel, melangkah menuju kaca hias yang berada di dekat pintu kamar. Sembari tersenyum perempuan itu hendak mengikat rambutnya yang terurai. Matanya menyelidik saat melihat tanda merah di sekitar leher, kembali memastikan tanda merah apa yang ada di lehernya. Wanita itu terkejut bukan main, hampir berteriak namun untungnya tidak terlalu keras. Pikirannya kacau, mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam. Indy merutuki dirinya sendiri yang minum terlalu banyak, salah satu hal yang paling ia benci dalam dirinya adalah selalu melupakan hal-hal penting ketika mabuk. Indy tidak bisa mengingat apapun jika dirinya sedang dalam pengaruh alkohol. Wanita itu terus memikirkan kemungkinan yang terjadi, mencoba mengingat-ingat apa yang ia lakukan semalam. Wanita itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang, kepalanya masih sedikit p
"Besok kita bakal ada meeting lagi di tempat yang sama seperti kemarin, saya harap kalian sudah menyelesaikan tugas kalian masing-masing sehingga meeting kita besok lancar. Lakukan yang terbaik, saya mau kita berhasil besok." ujar Arga usai mereka semua menyantap sarapan pagi mereka. Semuanya mengangguk paham akan maksud Arga, "Sekarang kalian bisa istirahat, lakuin apa aja yang bisa bikin kalian happy di sini" "Gausah banyak pikiran, nikmatin aja momen nya" tambahnya lagi. Arga berdiri dari tempat duduknya, menyisakan empat karyawan yang menatap kepergian pria kaya itu. Shenna beralih pandangan, kini perempuan itu menatap mas Fikri yang sejak tadi diam saja. "Kenapa mas? ada masalah kah?" tanyanya tiba-tiba. Mendapatkan pertanyaan tiba-tiba dari Shenna, membuat Fikri terkejut, lalu menggelengkan kepalanya pelan, tanda semuanya aman. Shenna mengangguk paham, "Gimana kemarin?" tanyanya pada Indy, kali ini matanya menatap pada wanita yang asik menikmati seduhan hot lattenya.
Shenna mengetik nama Kevin, mencoba menghubungi laki-laki itu. Namun tidak ada jawaban meskipun ia sudah mencoba beberapa kali. Shenna mencoba untuk menghubungi Damar, laki-laki itu pasti tahu alasan kenapa Kevin tidak menjawab panggilannya. *Damar call* *Damar call* "Hallo" ujar seorang laki-laki dari sebrang sana. Terdengar seperti suara Damar, tentu saja karena dia adalah pemilik nomer ini. "Dam," panggil Shenna pelan. "Iya shen?" tanya Damar, sedikit bingung karena Shenna tiba-tiba menghubunginya seperti ini. "Lo lagi sama Kevin ga?" tanya Shenna. "Kevin? oh engga Shen, dia ikut acara amal sama kating-katingnya di kampus" ujar Damar memberikan informasi. "Lo telfonin ga di angkat ya? santai saja, dia emang lagi sibuk belakangan ini, biar engga terlalu kepikiran lo juga katanya haha" tambah Damar. Kesibukan yang Kevin lakukan selain karena permintaan katingnya, itu juga sebagai salah satu cara agar dirinya tidak terlalu memikirkan Shenna. Kevin bisa gila jika te
"Hai Dam" sapa Tiara saat masuk ke dalam kedai Senjani, menyapa Damar yang saat ini sibuk mengelap meja. Laki-laki itu tersenyum, melihat penampilan Tiara yang sederhana namun sangat cantik di matanya. "Baru pulang kerja?" tanya laki-laki itu basa-basi. Tiara mendudukkan bokongnya di salah satu kursi, sembari memperhatikan Damar yang asik dengan pekerjaannya sendiri. "Iya" sahut perempuan itu pelan. "Sorry ya, Kevin ngerepotin lo lagi. Padahal gua bisa kok jaga sendirian" ujar Damar merasa bersalah karena mengganggu waktu istirahat perempuan itu. Tiara baru saja pulang bekerja, perempuan itu sudah harus langsung membantu Damar membuka kedai. "Gapapa lagi, santai aja, gua kok yang nawarin bantuan" sahutnya jujur. Namun tetap saja Damar merasa bersalah, laki-laki itu kasihan karena Tiara pasti sangat lelah sekarang. Waktu istirahatnya jadi terganggu karena harus membantunya hingga malam hari. Tiara pergi ke depan, meletakkan tasnya dan memakai celemek yang sudah di sediakan
Meeting kedua di mulai pagi ini, Arga dan para karyawannya sedang duduk berdiskusi mengenai meeting hari ini. Pria itu kembali menjelaskan rencananya dan mempercai mereka semua, ia yakin usahanya dan empat anggota teamnya itu akan berhasil jika mereka mau bekerja sama. Karena meeting kali ini bersifat tertutup, jadi Shenna memilih untuk menunggu di luar, lagi pula ia sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab banyak dalam projek ini. Perempuan itu menunggu hampir tiga jam, berharap ada hasil memuaskan yang mereka dapatkan. Indy dan yang lainnya sudah mempersiapkan semuanya sejak sebulan yang lalu, sedangkan Shenna bahkan baru tahu saat Arga mengatakannya tepat beberapa hari sebelum keberangkatan. Tiga jam sudah berlalu, Shenna melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas siang. Satu per satu clien Arga keluar dari ruangan, di ikuti Arga dan yang lainnya. "Terima kasih pak, senang bekerja sama dengan anda" ujar Arga penuh wibawa. Pria yang umurnya jauh lebih tua dari m
Malam ini Shenna dan yang lainnya sudah bersiap, dengan pakaian santai mereka berjalan beriringan menuju basement. Mereka akan berangkat bersama, dengan Fikri yang akan menyetir mobilnya. Di dalam mobil semuanya tak sabar untuk bersenang-senang, "Mau dengerin musik pak?" tanya Fikri agar suasana mobil tidak begitu sepi. "Kalian mau dengerin lagu?" Arga balik bertanya pada ketiga perempuan yang duduk di belakang. Semuanya mengangguk dengan semangat, setuju untuk menghidupkan lagu dan menemai perjalanan mereka agar tidak terlalu sepi. Fikri menyetel playlistnya, menghidupkan lagu Young dumb & broke milik Khalid yang sudah pasti diketahui oleh yang lainnya. ~So you're still thinking of me Just like i know you should I can not give you everything, you know i wish i could i'm so high at the moment i'm so caught up in this yeah, we're just young, dumb and broke but we still got love to give while we're young dumb, young, young dumb and broke young dumb, young, young dumb and