공유

Bab 6

작가: Penulis No. 7
Berkat kebaikan hati seorang donatur yang rela mendonorkan 400cc darahnya, nyawa buah hati Winda akhirnya bisa diselamatkan.

Sungguh ironis!

Ayah kandungnya memonopoli seluruh bank darah, menolak memberikan setetes pun kepada putrinya. Namun, justru seorang yang tak dikenal dengan sukarela menyumbangkan darahnya, lalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak bahkan sekadar nomor telepon.

Warna wajah anak perempuan itu perlahan kembali, bibir mungilnya pun mulai refleks mencari susu.

Di sampingnya, pengasuh menatap anak itu, lalu berbisik mengungkapkan kecurigaannya, "Nyonya Winda, aku merasa ada yang aneh. Biasanya aku merawatnya dengan sangat hati-hati, sama sekali nggak membiarkan ada benda tajam di sekitarnya."

"Tapi, dokter bilang luka itu akibat terkena silet. Padahal dia selalu berbaring di tempat tidur bayi dengan baik."

Hati Winda tersentak. Dia segera pulang untuk memeriksanya.

Benar saja, di balik lipatan seprai beludru tempat tidur bayi itu, tersembunyi beberapa bilah silet yang masih meninggalkan noda darah putrinya.

Pikiran Winda seakan meledak.

Tempat tidur bayi ini dibeli oleh Tama atas permintaannya saat Winda menjalani masa nifas.

Tama memang selalu masa bodoh dengan urusan seperti ini, hanya menyuruh asistennya untuk membeli yang termahal.

Tempat tidur bayi itu justru dibeli melalui Sania.

Pasti Sania yang menyembunyikan silet-silet itu!

Rasa dingin merayap dari tulang punggung, membuat seluruh tubuh Winda menggigil.

Sania ternyata ingin mencelakai putrinya, apakah Tama mengetahuinya?

Kalaupun tahu, apa Tama akan membela putrinya dan menuntut keadilan untuknya?

Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaan itu.

Winda memeluk erat putrinya, meringkuk di sudut sofa. Dia memejamkan mata dan bergumam pelan, "Lina, jangan takut. Ibu nggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."

Untungnya, tinggal dua hari lagi, dia bisa membawa putrinya menuju kehidupan baru.

Begitu Tama pulang dari perjalanan dinas dan masuk rumah, dia langsung menegur Winda tanpa basa-basi, "Winda, belakangan ini kamu terlalu seenaknya sendiri!"

"Aku hanya pergi dinas beberapa hari, tapi kamu malah membuat keributan di rumah sakit. Apa kamu nggak memikirkan harga diriku?"

Mendengar itu, Winda langsung merinding.

Tama melirik putri mereka yang tertidur di pelukannya, keningnya makin berkerut. "Kamu sampai mempermainkan anakmu. Ini sungguh membuatku…"

"Tama, hubungan kita sudah selesai." Winda memotong ucapannya dengan dingin.

Tama tertegun, mencengkeram lengannya erat-erat.

"Apa maksudmu selesai? Winda, kita 'kan teman masa kecil, hubungan kita sudah lebih dari sepuluh tahun! Bagaimana mungkin kamu membesar-besarkan masalah kecil seperti ini?"

Dia masih punya muka menyebut hubungan lebih dari sepuluh tahun itu?

Hati Winda terasa ditusuk jarum. Dia membentak, "Bukannya di telepon kamu sendiri yang bilang kalau Sania itu istrimu dan Alex anakmu?"

Tama mengalihkan pandangannya, tatapannya terlihat canggung dan bersalah.

"Itu situasi darurat! Semua orang di rumah sakit swasta itu mengakui status istri seorang Tama. Kalau aku bilang jujur, bagaimana kalau mereka mendengarkanmu dan menolak memberikan transfusi darah untuk Alex?"

Di saat hatinya terasa perih seakan ditusuk, Winda hendak mengungkap fakta bahwa mereka sebenarnya bukan suami-istri, tetapi kata-kata Tama berikutnya langsung membuatnya terdiam.

"Aku tahu, kamu cemburu pada Sania, 'kan?" Tama memandangnya sambil menyipitkan mata, nadanya terdengar sangat yakin.

"Kamu tahu jelas di hatiku hanya ada kamu, tapi karena cemburu, kamu gunakan anakmu untuk memperebutkan perhatianku?"

"Hanya karena dia melahirkan anak laki-laki, sedangkan kamu melahirkan anak perempuan, kamu sengaja bikin keributan, begitu?"

Sebelum Winda sempat membantah, ponsel Tama berdering.

Melihat layar panggilan masuk, Tama menatap Winda sebentar dan berkata dengan singkat, "Kamu refleksi diri di rumah saja. Jangan pergi ke kantor." Lalu, dia segera pergi.

Winda menahan amarah yang bergejolak di dadanya.

Pernikahannya dengan Tama hanyalah sebuah kebohongan, bahkan Winda tidak punya hak untuk menggugat Sania agar mengembalikan harta bersama.

Namun, meski begitu, apa yang menjadi miliknya tidak boleh berkurang sedikit pun!

Winda kembali memeriksa dengan cermat saham-saham yang dia pegang, berencana untuk menghubungi pemegang saham lainnya untuk menjual sahamnya dengan harga murah.

Namun, baru saja dia tiba di perusahaan, telepon dari pengasuh anaknya pun berdering.

"Nyonya, cepat pulang dan lihatlah!"

"Ada seorang wanita yang mengaku sebagai asisten Pak Tama datang ke rumah sambil membawa seorang anak! Dia bilang... Pak Tama sendiri yang mengizinkan. Nggak ada yang bisa menghentikannya!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 25

    Winda terdiam sesaat, tetapi tetap menolak."Kalau dia mau berdiri di luar, biarkan saja. Kita sudah dewasa, harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri."Farel mengetuk pintu dan masuk sambil membawa secangkir susu hangat. Suaranya tetap lembut seperti biasa."Sayang, kamu pasti lelah. Minum susu ini dan tidurlah lebih awal."Winda menerima susunya. Percakapan hangat mereka sebelum tidur seakan menutup suara hujan di luar.Keesokan paginya, pelayan datang dengan tergesa-gesa."Nyonya Winda, ada masalah! Pria itu pingsan!"Winda segera mengenakan pakaian dan keluar, lalu mendapati Tama benar-benar menunggu di luar sepanjang malam.Tama demam tinggi, seluruh tubuhnya panas sekali, dan jatuh pingsan di tanah.Winda meminta seseorang membawa Tama ke rumah sakit.Saat Tama sadar, dia langsung menggenggam tangan Winda, suaranya serak tak karuan."Winda, kamu mengantarku ke rumah sakit, berarti kamu masih punya perasaan padaku."Winda menarik tangannya dan menggeleng pelan."Aku hanya

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 24

    Setelah mengetahui anaknya mengalami disabilitas, Sania mulai mencari prostetik yang sesuai untuknya.Namun, prostetik bukan barang sembarangan, tidak seperti membeli sayur. Pemakaian prostektik bersifat jangka panjang. Di pasaran ada banyak jenis prostetik, sehingga harus dipilih dengan cermat.Satu-satunya pilihan terbaik adalah produk terbaru dari Lina Technology.Sayangnya, prostetik bionik pintar ini harus dibuat khusus dan karena perusahaan sudah memasukkan Sania dan anaknya ke daftar hitam, mereka sama sekali tidak bisa mendapatkannya.Sementara itu, prostetik murah memerlukan waktu adaptasi yang lama.Anak manja seperti Alex setiap hari menangis dengan keras dan sama sekali tidak mau bekerja sama.Sania pun merutuki Winda berulang kali.Akhirnya, dia mengambil langkah ekstrem dengan mencuri prostetik yang sebelumnya diproduksi dari gudang Grup Harto. Namun, dia sendiri tampaknya lupa bahwa itu adalah produksi yang dia sendiri ikut awasi, produk cacat yang belum dimusnahkan.Sa

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 23

    Satu kalimat itu seperti bom waktu yang membuat semua orang terkejut.Polisi segera memanggil Tama untuk mengonfirmasi keadaan.Tama buru-buru tiba di kantor polisi. "Itu mustahil. Bagaimana bisa kamu hamil? Padahal aku selalu menggunakan pengaman."Dia terkejut dan menyadari pasti Sania yang melakukan sesuatu.Wanita licik itu, tak pernah melupakan cara untuk memanfaatkan situasi melawannya!Sania menutupi perutnya yang sudah mulai terlihat, menatapnya dengan tatapan dingin."Tama, ini anakmu. Kalau kamu nggak percaya, kita bisa melakukan tes DNA. Sekarang usia kehamilannya empat bulan, bisa juga amniosentesis.""Toh, Winda sudah membawa putrimu pergi. Kalau bayi ini laki-laki, biarkan aku melahirkannya."Tama menatap Sania dengan ketakutan, seluruh tenaganya seakan tersedot habis.Kalau Sania benar-benar hamil anaknya, dia tidak tahu bagaimana menghadapi Winda.Sesampainya di rumah sakit, mereka melakukan tes DNA dan hasilnya segera keluar.Ternyata, anak itu memang miliknya.Tama me

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 22

    Rizka, ibunya Tama seketika merasa canggung. "Aku nggak tahu. Tama nggak pernah bilang. Aku malah mengira…"Winda mendengus sinis."Sania menggunakan bahan berkualitas rendah sehingga banyak orang dirugikan dan hal itu merusak reputasi teknologi ini.""Tapi, ayahku sebenarnya sudah menyiapkan langkah cadangan, karena inti teknologi paten ini terus dikembangkan oleh tim luar negeri ayahku. Prostetik bionik yang kalian produksi sebelumnya memang seharusnya sudah dihentikan."Rizka yang tadi masih penuh percaya diri, sekarang merasa malu sampai wajahnya pucat pasi."Kalau begitu, kamu harusnya menjaga harga diri Tama. Dia pasanganmu. Sekarang kamu terang-terangan merebut bisnisnya, apa pantas bagimu melakukan ini?"Winda tak bisa menahan tawa."Bibi, izinkan aku mengingatkanmu sekali lagi.""Anakmu yang baik itu nggak ada hubungannya denganku. Kami nggak pernah mendaftar di Kantor Catatan Sipil. Dia menikahi Sania, mantan pengasuh yang dulu dipecat."Seketika, seluruh ruangan langsung gad

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 21

    Tama tampak sangat terkejut."Winda, maksudmu apa? Kamu ingin anak perempuanku memakai nama Farel? Apa kamu nggak tahu kalau aku dan dia musuh bebuyutan?"Farel sudah memeluk bahu Winda dan berbalik pergi, meninggalkan Tama beserta teriakannya yang terhalang pintu.Sejak hari itu, Winda mulai fokus pada kariernya.Dengan bantuan Farel, Winda mendirikan sebuah perusahaan baru atas nama putrinya, bernama Lina Teknologi.Dia memulai kembali proyek prostetik bionik pintar.Teknologi paten ini sejatinya milik ayahnya Winda. Meski sebelumnya Sania sempat menangani proyek tersebut, itu hanya memanfaatkan yang sudah ada. Teknologi inti tetap ada di tangan Winda.Begitu perusahaan baru dibentuk, media segera bergerak meliputnya.Saat Winda keluar dari gedung, banyak wartawan langsung mengarahkan mikrofon ke hadapannya."Kabarnya, Bu Winda sebelumnya juga bekerja di Grup Harto. Baru-baru ini proyek prostetik bionik mereka bermasalah besar, apa ini ada hubungannya dengan Anda?""Bu Winda, Anda da

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 20

    Sebuah suara rendah terdengar, Farel keluar dari balik pintu.Dia berdiri di sisi Winda, keduanya saling bertukar senyum, terlihat sangat serasi."Farel!"Tama langsung mencengkeram kerahnya."Kenapa selalu kamu? Sejak kecil sampai sekarang, kamu selalu merebut segala sesuatunya dariku! Kapan kamu akan berhenti?"Farel melepaskan cengkeramannya dengan santai, lalu berbicara dengan nada mengejek."Winda adalah orang, bukan benda seperti yang kamu omongkan.""Selain itu, kamu sendiri tahu betapa kotor tindakanmu. Seharusnya orang yang Winda sukai adalah aku."Seketika, ekspresi Tama berubah.Melihat ekspresinya, Winda merasakan firasat buruk."Farel, maksudmu…"Farel mengangguk, menatap tajam ke arah Tama."Delapan tahun lalu, di pesta topeng yang diadakan oleh orang terkaya di Kota Persy, akulah yang menyelamatkan Winda, tapi kamu malah mengaku-ngaku sebagai penyelamatnya."Saat Farel menceritakan semuanya dengan terputus-putus, Winda pun teringat sesuatu.Salah satu alasan besar mengap

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status