Share

Bab 7

Author: Penulis No. 7
Sania!

Jantung Winda berdegup kencang, jarinya memutih saat menggenggam ponsel. "Aku segera pulang."

Winda menyetir seperti orang gila menuju rumah.

Di pintu masuk, pengasuh itu mondar-mandir dengan panik. Begitu melihat Winda, dia buru-buru menyambutnya dengan suara hampir menangis.

"Nyonya Winda, aku benar-benar nggak bisa menghentikan mereka… Pak Tama sendiri yang menelepon dan menyuruh mereka masuk."

Begitu masuk, Winda langsung melihat Alex tengkurap di lantai bermain kelereng kaca. Kelereng kaca warna-warni itu berserakan di mana-mana.

Begitu melihatnya, anak itu berteriak dengan lantang, "Ibu, cepat lihat! Perempuan jahat yang mau mencuri darahku datang lagi!"

Di sisi lain, Sania berdiri di depan tempat tidur bayi milik Lina. Jarinya hampir menyentuh pipi mungil si kecil sambil bercanda dengan nada lembut.

"Menjauh dari putriku!"

Winda berlari dan langsung mendorong Sania.

Sania terhuyung setengah langkah, tetapi bukannya marah, Sania malah menyunggingkan senyumnya ke arah Winda.

"Nona Winda, biarkan aku mengingatkanmu."

"Aku dan Tama adalah suami istri yang sah. Kamu sekarang hanyalah orang ketiga yang harus bersembunyi. Rumah yang kamu tinggali ini adalah harta bersama kami dan aku bisa mengusirmu kapan saja!"

Kata-kata itu seperti jarum es yang menusuk dada Winda dengan kejam, membuat setiap napasnya pun terasa sakit. Namun, dia tetap tak mampu membantah.

"Laki-laki sampah seperti Tama sudah nggak kuinginkan lagi. Aku akan pergi dari sini."

Dia menggertakkan gigi sampai rahangnya menegang, jari-jarinya mengepal hingga pucat. "Tapi, sebelum itu, kamu harus keluar dari sini sekarang juga! Kalau nggak, aku akan menghubungi media dan membongkar aib kalian berdua! Setidaknya, di depan umum, semua orang hanya mengakui aku sebagai istrinya."

"Aku juga ingin lihat, kalau benar-benar memaksaku sampai terpojok, siapa yang akan kehilangan muka!"

Ucapan itu tepat menyentuh titik lemah Sania. Dia menjerit histeris dan penuh amarah. "Apa hakmu bersikap begitu sewenang-wenang? Hukum melindungiku! Yang seharusnya pergi adalah kamu, dasar jalang!"

Winda menatapnya dingin, nada suaranya penuh ejekan saat berujar, "Kalau aku meninggalkannya, masih ada Keluarga Baskoro yang mendukungku di belakang."

"Sedangkan kamu? Seorang pelayan yang menggoda majikannya. Meski Tama menikahimu, terus kenapa? Apa dia berani membawa perempuan dengan status sepertimu tampil di depan umum?"

"Tebakanku, kalian cuma bisa jadi pasangan rahasia."

"Tutup mulutmu!"

Mata Sania dipenuhi kebencian. Dia mengangkat tangan dan menampar wajah Winda dengan keras.

Plak!

Suara tamparan yang nyaring menggema di ruang tamu.

Pipi Winda terasa panas terbakar, tetapi matanya tak mengerjap sedikit pun. Dia langsung membalas dengan tamparan yang lebih keras.

Baginya tak masalah, karena seluruh ruangan terpasang kamera pengawas. Siapa yang benar dan siapa yang salah, semua jelas terlihat.

Namun, tepat saat itu, dari tempat tidur bayi terdengar suara tangisan yang tidak wajar.

Winda sontak menoleh, pupil matanya menyempit.

Alex segera menarik tangannya dari tempat tidur bayi itu, tetapi Winda melihat dengan jelas apa yang baru saja anak itu masukkan ke mulut putrinya.

Itu sebuah kelereng kaca!

"Lina!"

Jantung Winda hampir melompat keluar dari tenggorokannya. Dengan panik, dia menerjang dan mengangkat putrinya, jari-jemarinya gemetar menepuk-nepuk punggung anak itu.

"Keluarkan... Cepat keluarkan!"

"Winda, apa yang kamu lakukan pada putri kita?!"

Dari pintu, tiba-tiba terdengar bentakan marah Tama. Dia masuk seperti embusan angin, begitu melihat Winda mengusik anak itu, ekspresinya langsung muram.

Sania segera berlari meraih lengan Tama, matanya merah sambil beralasan, "Tama, kamu akhirnya kembali! Alex menyukai adiknya dan ingin mengajaknya bermain kelereng, tapi nggak menyangka reaksi Nona Winda sebesar ini..."

Winda sama sekali tidak sempat menghiraukan provokasinya. Ujung jarinya gemetar saat mengorek mulut putrinya, suaranya berubah menjadi cemas.

"Lina sayang, muntahkan saja… Ibu ada di sini…"

Tama tak tahan melihatnya dan segera merebut anak itu. "Kau gila?! Mengorek seperti itu bisa menyakitinya!"

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Tama.

"Kamu menamparku?" Tama menutupi wajahnya, sorot matanya penuh keterkejutan.

Lina, yang digendong, kaget oleh suara itu hingga tiba-tiba muntah. Sebuah kelereng kaca bulat menggelinding keluar dari mulutnya, jatuh berdebam ke karpet. Segera setelah itu, terdengar tangisan keras yang menyayat hati, wajah kecilnya merah.

"Lihat itu!"

Winda menatap dengan mata merah dan berteriak keras, menunjuk kelereng di lantai. "Anak jahat itu memasukkan kelereng ke mulut putrimu yang baru lahir! Apa matamu buta?!"

Dia seketika merebut putrinya dan memeluknya erat, menatap Sania dan anaknya dengan tatapan seperti pisau beracun, seakan ingin membunuh mereka habis-habisan.

Akhirnya, ekspresi Tama sedikit berubah. Dia menoleh dan menarik Alex. "Alex, cepat minta maaf pada Bibi dan adikmu."

Namun, Alex malah menangis dengan keras, menendang-nendang sambil berguling di lantai. "Ayah jahat! Ayah galak ke Alex! Alex nggak mau Ayah lagi! Huwaaa…"

Tangisan dua anak itu bercampur, menusuk telinga sampai menyakitkan.

"Sudah, sudah, Alex masih kecil, belum mengerti. Nggak perlu minta maaf."

Tama segera memeluk anaknya, menepuk punggungnya penuh kasih sayang. Saat menoleh menatap Winda, tatapannya kembali menjadi dingin.

"Anak kecil memang mainnya suka berlebihan. Harusnya kamu nggak usah terlalu mempermasalahkannya, 'kan? Winda, kamu 'kan orang dewasa, bisa nggak lebih bijak lagi? Nanti bagaimana kamu mau mendidik putrimu!"

"Pergi!"

Perkataan itu mengoyak hati Winda sampai berdarah. Dia menunjuk ke arah pintu dan dengan sekuat tenaga menampar wajah Tama sekali lagi.

"Bawa istri dan anakmu, keluar dari sini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 25

    Winda terdiam sesaat, tetapi tetap menolak."Kalau dia mau berdiri di luar, biarkan saja. Kita sudah dewasa, harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri."Farel mengetuk pintu dan masuk sambil membawa secangkir susu hangat. Suaranya tetap lembut seperti biasa."Sayang, kamu pasti lelah. Minum susu ini dan tidurlah lebih awal."Winda menerima susunya. Percakapan hangat mereka sebelum tidur seakan menutup suara hujan di luar.Keesokan paginya, pelayan datang dengan tergesa-gesa."Nyonya Winda, ada masalah! Pria itu pingsan!"Winda segera mengenakan pakaian dan keluar, lalu mendapati Tama benar-benar menunggu di luar sepanjang malam.Tama demam tinggi, seluruh tubuhnya panas sekali, dan jatuh pingsan di tanah.Winda meminta seseorang membawa Tama ke rumah sakit.Saat Tama sadar, dia langsung menggenggam tangan Winda, suaranya serak tak karuan."Winda, kamu mengantarku ke rumah sakit, berarti kamu masih punya perasaan padaku."Winda menarik tangannya dan menggeleng pelan."Aku hanya

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 24

    Setelah mengetahui anaknya mengalami disabilitas, Sania mulai mencari prostetik yang sesuai untuknya.Namun, prostetik bukan barang sembarangan, tidak seperti membeli sayur. Pemakaian prostektik bersifat jangka panjang. Di pasaran ada banyak jenis prostetik, sehingga harus dipilih dengan cermat.Satu-satunya pilihan terbaik adalah produk terbaru dari Lina Technology.Sayangnya, prostetik bionik pintar ini harus dibuat khusus dan karena perusahaan sudah memasukkan Sania dan anaknya ke daftar hitam, mereka sama sekali tidak bisa mendapatkannya.Sementara itu, prostetik murah memerlukan waktu adaptasi yang lama.Anak manja seperti Alex setiap hari menangis dengan keras dan sama sekali tidak mau bekerja sama.Sania pun merutuki Winda berulang kali.Akhirnya, dia mengambil langkah ekstrem dengan mencuri prostetik yang sebelumnya diproduksi dari gudang Grup Harto. Namun, dia sendiri tampaknya lupa bahwa itu adalah produksi yang dia sendiri ikut awasi, produk cacat yang belum dimusnahkan.Sa

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 23

    Satu kalimat itu seperti bom waktu yang membuat semua orang terkejut.Polisi segera memanggil Tama untuk mengonfirmasi keadaan.Tama buru-buru tiba di kantor polisi. "Itu mustahil. Bagaimana bisa kamu hamil? Padahal aku selalu menggunakan pengaman."Dia terkejut dan menyadari pasti Sania yang melakukan sesuatu.Wanita licik itu, tak pernah melupakan cara untuk memanfaatkan situasi melawannya!Sania menutupi perutnya yang sudah mulai terlihat, menatapnya dengan tatapan dingin."Tama, ini anakmu. Kalau kamu nggak percaya, kita bisa melakukan tes DNA. Sekarang usia kehamilannya empat bulan, bisa juga amniosentesis.""Toh, Winda sudah membawa putrimu pergi. Kalau bayi ini laki-laki, biarkan aku melahirkannya."Tama menatap Sania dengan ketakutan, seluruh tenaganya seakan tersedot habis.Kalau Sania benar-benar hamil anaknya, dia tidak tahu bagaimana menghadapi Winda.Sesampainya di rumah sakit, mereka melakukan tes DNA dan hasilnya segera keluar.Ternyata, anak itu memang miliknya.Tama me

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 22

    Rizka, ibunya Tama seketika merasa canggung. "Aku nggak tahu. Tama nggak pernah bilang. Aku malah mengira…"Winda mendengus sinis."Sania menggunakan bahan berkualitas rendah sehingga banyak orang dirugikan dan hal itu merusak reputasi teknologi ini.""Tapi, ayahku sebenarnya sudah menyiapkan langkah cadangan, karena inti teknologi paten ini terus dikembangkan oleh tim luar negeri ayahku. Prostetik bionik yang kalian produksi sebelumnya memang seharusnya sudah dihentikan."Rizka yang tadi masih penuh percaya diri, sekarang merasa malu sampai wajahnya pucat pasi."Kalau begitu, kamu harusnya menjaga harga diri Tama. Dia pasanganmu. Sekarang kamu terang-terangan merebut bisnisnya, apa pantas bagimu melakukan ini?"Winda tak bisa menahan tawa."Bibi, izinkan aku mengingatkanmu sekali lagi.""Anakmu yang baik itu nggak ada hubungannya denganku. Kami nggak pernah mendaftar di Kantor Catatan Sipil. Dia menikahi Sania, mantan pengasuh yang dulu dipecat."Seketika, seluruh ruangan langsung gad

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 21

    Tama tampak sangat terkejut."Winda, maksudmu apa? Kamu ingin anak perempuanku memakai nama Farel? Apa kamu nggak tahu kalau aku dan dia musuh bebuyutan?"Farel sudah memeluk bahu Winda dan berbalik pergi, meninggalkan Tama beserta teriakannya yang terhalang pintu.Sejak hari itu, Winda mulai fokus pada kariernya.Dengan bantuan Farel, Winda mendirikan sebuah perusahaan baru atas nama putrinya, bernama Lina Teknologi.Dia memulai kembali proyek prostetik bionik pintar.Teknologi paten ini sejatinya milik ayahnya Winda. Meski sebelumnya Sania sempat menangani proyek tersebut, itu hanya memanfaatkan yang sudah ada. Teknologi inti tetap ada di tangan Winda.Begitu perusahaan baru dibentuk, media segera bergerak meliputnya.Saat Winda keluar dari gedung, banyak wartawan langsung mengarahkan mikrofon ke hadapannya."Kabarnya, Bu Winda sebelumnya juga bekerja di Grup Harto. Baru-baru ini proyek prostetik bionik mereka bermasalah besar, apa ini ada hubungannya dengan Anda?""Bu Winda, Anda da

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 20

    Sebuah suara rendah terdengar, Farel keluar dari balik pintu.Dia berdiri di sisi Winda, keduanya saling bertukar senyum, terlihat sangat serasi."Farel!"Tama langsung mencengkeram kerahnya."Kenapa selalu kamu? Sejak kecil sampai sekarang, kamu selalu merebut segala sesuatunya dariku! Kapan kamu akan berhenti?"Farel melepaskan cengkeramannya dengan santai, lalu berbicara dengan nada mengejek."Winda adalah orang, bukan benda seperti yang kamu omongkan.""Selain itu, kamu sendiri tahu betapa kotor tindakanmu. Seharusnya orang yang Winda sukai adalah aku."Seketika, ekspresi Tama berubah.Melihat ekspresinya, Winda merasakan firasat buruk."Farel, maksudmu…"Farel mengangguk, menatap tajam ke arah Tama."Delapan tahun lalu, di pesta topeng yang diadakan oleh orang terkaya di Kota Persy, akulah yang menyelamatkan Winda, tapi kamu malah mengaku-ngaku sebagai penyelamatnya."Saat Farel menceritakan semuanya dengan terputus-putus, Winda pun teringat sesuatu.Salah satu alasan besar mengap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status