"aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du
"Ruhi...?" Panggil Akbar dengan suara yang cukup kuat. Buru- buru ia menghampiri sang istri yang sedang tertidur pulas di dalam bathtub.Tanpa berfikir panjang, Akbar segera mengangkat Puteri yang tanpa memakai pakaian sehelai pun dan membawanya masuk kedalam kamar tidur, meletakkan dengan lembut dan membungkus tubuh sang istri dengan handuk berukuran besar.Puteri yang merasa tubuhnya terangkat dan tidak merasakan dinginnya air lagi, segera membuka matanya."Ada apa? Kenapa?" Tanya Puteri heran melihat Akbar yang kalang kabut dengan ekspresi wajah yang cemas."Sayang....?" Kamu mau buat mas kena serangan jantung, hhhmmmm...? kenapa kamu tidur dikamar mandi didalam bethup lagi...!" Tanya Akbar lembut namun tegas.Puteri hanya mendesah, sedikit kesal. Perlahan Puteri bangkit, dan berniat untuk mengambil pakaiannya."Mau kemana?" tanya Akbar lagi dengan rasa sabar dan sayangnya."Mau pakai baju," jawab Puteri datar, sedikitpun tidak ada lagi sifat manja yang Puteri tunjukkan kepada Akba
Ambulans yang membawa Puteri sampai dilobi rumah sakit bersamaan dengan sampainya Akbar ditempat itu. Pihak rumah sakit yang sudah standby menunggu istri dari bos besar mereka, segera menyambut kedatangan ambulansPintu belakang mobil ambulans segera dibuka, terlihat Puteri yang tengah terpejam.Dua orang perawat laki- laki langsung menurunkan brankar ambulans tersebut."Ruhi....?" Panggil Akbar cemas.Sedangkan Yani juga mengikuti kemana Puteri dibawa tim medis. Ruang persalinan dilantai empat sudah disiapkan sejak tadi, dokter Mira yang sudah standbye menunggu kedatangan Puteri, istri dari atasannya itu segera menyambut dan memeriksa kondisi wanita hamil tersebut."Dokter, saya tidak mau operasi," ucap Puteri lemah."Kita akan usahakan yang terbaik ya Bu...kalau tidak memungkinkan untuk normal terpaksa harus operasi juga, karena kondisi ibu tidak begitu sehat." Ucap dokter Mira. Sedangkan Akbar yang ada disamping Puteri hanya diam mendengarkan dua orang wanita itu berbicara.Selang
Satu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem
"Saya terima nikah dan kawinnya Adriani Puteri binti Muhammad Yusuf dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." ucap pak Akbar Firdaus dengan suara lantang dan tegas.Sah..Sah..Ucap para saksi.Tak jauh dari acara ijab kabul, Ibu Nova Kumala istri dari pak Akbar menatap sedih dan dendam campur aduk. Menangis lirih sambil berguman "semua ini gara- gara kamu Rizal, kamu mengorbankan mama". Bu Nova terus meratapi nasibnya yang sudah Bermadu.Setelah ijab kabul, pengantin perempuan dibawa kehadapan suaminya yaitu pak Akbar."Pak," panggil puteri kepada pak Akbar yang kini telah sah menjadi suaminya."Saya bukan atasan kamu lagi, saya suami kamu. Mulai sekarang panggil saya mas," pak Akbar berkata dan memberikan tangan kanannya untuk dicium oleh puteri.Lalu keduanya duduk berdampingan untuk doa bersama. Tanpa disadari puteri, pak Akbar menarik tangan puteri dan menggenggam jemarinya erat, setelah acara doa selesai."Pak...ehh mas..eehh? Ini, lepas ?" Puteri memelas dengan rasa takut.Juju
Akbar Firdaus adalah seorang bos besar yang mempunyai rumah sakit. Rumah sakit di mana Puteri bekerja, rumah sakit swasta saraf terbesar di jakarta. Akbar Firdaus juga seorang dokter senior saraf dan juga seorang dosen jurusan kedokteran di universitas negeri jakarta. Seorang pria dewasa yang semakin gagah dan semakin ganteng diusia yang ke empat puluh tujuh tahun. Mempunyai calon pewaris tunggal akan harta dan perusahaannya, namun telah lari dihari pernikahannya."Mas, akan keluar setelah ini. Kamu boleh istirahat, tukarlah pakaianmu, tidak usah dilayani ucapan Nova kalau dia masuk ke kamar ini. Mas harap kamu paham dengannya, atau sebaiknya kunci saja kamarnya dari dalam supaya tidak ada yang mengganggumu." ucapnya sebelum dia keluar."Ayahku boleh masuk kesini ?" tanya Puteri."Ayahmu adalah sahabat surgaku, dia berhak atasmu," ujar Akbar sambil melangkah keluar.Segera puteri mengunci pintu kamar, setelah suaminya keluar dari dalam kamar.Pesta pernikahan tetap berjalan dengan
"Sudah hampir sore, acara akan segera berakhir. Mungkin saya akan terlambat masuk ke kamar ini, kamu istirahatlah dulu." ucap Akbar, setelah dapat menstabilkan gejolak tubuhnya.Perhatiannya tak lepas dari wajah cantik Puteri.Merasa terus diperhatikan, Puteri langsung pergi kekamar mandi, tanpa ucapan apapun."Hhuuuhhhh..ya Allah, jantungku rasanya mau copot. Tolong hamba ya Allah, hamba takut. Dia seperti harimau." guman Puteri dan terdengar lirih.Begitu melihat wajahnya dipantulan cermin dikamar mandi, Puteri baru tersadar kalau dia sudah tidak menggunakan hijab sejak tadi." Mati aku, pak Akbar melihat rambutku yang kucel ini.malunya..? segera Puteri membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket dan gerah.Hari mulai gelap, tamu- tamu undangan sudah pada berpulangan. Pak Akbar baru saja selesai melaksanakan solat magrib di kamar hotel tempat istri pertamanya."Kenapa mama tidak solat ?" Tanya pak Akbar lembut. Melangkah menghampiri istrinya yang sedang duduk diatas pembaringan
Perlahan pak Akbar masuk kedalam kamar istri barunya, pelan dan sangat perlahan, dia menutup kembali pintu dan langsung menguncinya dari dalam.Pak Akbar mendekati Puteri yang sudah terbang kenirwana dengan pulasnya, memandangnya dengan tajam dan menarik nafas berat."Bukan ini mau hamba ya Allah, memiliki dua istri, hamba lelaki akhir jaman yang tidak akan dapat adil dan amanah untuk mereka." gumannya pelan.Semakin mendekati sang istri dan perlahan duduk disampingnya. Selama ini tidak pernah sekalipun dia melihat sang istri yang dulu calon menantunya itu tidak mengenakan hijab, ternyata dibalik hijab kecantikannya sungguh luar biasa.Perlahan tangannya menyentuh anak rambut Puteri yang selalu melambai lambai didahi dan daun telinganya. Tatapan matanya tak lepas dari wajah, terutama bibir Puteri.Perlahan tapi pasti pak Akbar mencium dahi, hidung dan bibir istrinya. Setelah itu dia melangkah kearah sofa untuk mengerjakan tugas melalui laptop yang tadi dibawa nya.Perjanjian operasi u