Share

Pemerasan

Bab 8

Pov Author

Ana akhirnya pulang bersama Rendi. Didalam mobil mereka bertengkar, Rendi tidak menyangka ternyata Ana diam-diam mengkhianatinya.

"Ana. Kenapa kamu mendekati Andi sekarang? apa karena dia kaya jadi kamu mau berpaling dariku?" pertanyaan Rendi membuat Ana menatap kepadanya.

"jawab Ana! jangan diam saja," ucap Rendi dengan suara lantang.

"Kalau iya kenapa? aku begini juga karena kamu gak bisa memenuhi keinginanku Mas. Dulu kamu menyanggupi semua biaya pernikahan kita, tapi kenyataannya apa? hingga saat ini tinggal beberapa hari lagi pernikahan kita kamu belum juga mempersiapkannya. Semua biaya aku yang bayarin. Sedangkan Ani dia beruntung mendapatkan calon suami yang kaya raya apa aja yang diinginkannya dipenuhi oleh Andi, aku iri padanya Mas," ungkap Ana.

Ana tak dapat lagi menahan air matanya yang jatuh ke pipi, iapun menangis.

"Bagaimana lagi Na uangku belum cukup untuk memenuhi semua permintaan kamu yang terlalu banyak. Kamu pakai dulu tabunganmu nanti kalau kita sudah menikah aku ganti uangmu dari amplop kondangan tamu-tamuku," terang Rendi.

"Ya gak bisa gitu dong Mas. Tabunganku sudah habis untuk uang muka WO dan gedung. Pokoknya aku gak mau tau bagaimanapun caranya kamu harus bisa melunasi semua biaya pernikahan kita sesuai perjanjian awal! Kamu kan bisa korupsi diperusahaan Andi!" ujar Ana yang memberikan saran.

Padahal dari dulu Rendi sudah menggelapkan uang perusahaan tapi Ana tidak tahu kalau sudah terbongkar, bahkan mereka belum tahu nasib Rendi kedepannya karena sudah ketahuan korupsi.

Ana turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan kasarnya. Ia masuk kedalam rumah tanpa berpamitan pada Rendi. Rendi yang pusing dibuatnya memukul stir mobil sebagai pelampiasan amarahnya.

****

Usai acara prewedding selesai Andi mengajak Ani makan di Restorant mewah. Restorant yang membuat Ani canggung untuk makan di tempat seperti ini.

"Kenapa kita gak langsung pulang saja Mas?" pinta Ani yang merasa tidak nyaman.

"Masih ada yang mau Mas bicarakan sama kamu De," ungkap Andi.

"Apa Mas?" tanya Ani penasaran.

"Mas ingin nanti setelah kita menikah kamu tinggal bersamaku! Mas sudah siapkan rumah baru untuk kita tinggal berdua dan kamu tidak perlu bekerja lagi,"

"Iya Mas. Aku siap ikut tinggal bersamamu," jawab Ani tersenyum.

"Kamu mau minta apa De untuk seserahan nanti? mobil, motor atau perhiasan nanti Mas akan belikan,"

"Tidak perlu semewah itu Mas. Aku gak mau nantinya membuat iri Kak Ana dan dia menginginkan posisiku. Kamu mulai sekarang harus hati-hati Mas jangan sampai tergoda Kak Ana seperti kejadian tadi! karena dia punya ambisi besar ingin memilikimu," terang Ani.

"Tenang saja De. Mas gak akan berpaling darimu," ujar Andi menenangkan Ani.

Ani sedikit lega mendengar jawaban dari Andi. Walaupun dia tau Kakaknya tidak akan berhenti sampai disini untuk terus mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi dia mempercayai sepenuhnya pada Andi kalau ia tidak akan mudah tergoda oleh calon Kakak Iparnya sendiri.

"Mas sudah hampir jam 8 malam, ayo antar aku pulang!" pinta Ani.

Andi mengantarkan Ani pulang menggunakan mobil hitamnya. Setibanya dirumah Ani menawarkan Andi untuk masuk kedalam terlebih dahulu, tapi Andi enggan dan dia langsung berpamitan.

Saat Ani membuka pintu ia dikagetkan dengan suara Kakaknya yang sedang menangis tersedu-sedu hingga seisi rumah ikut berantakan.

"Ani. Kamu apakan Kakakmu sampai dia menangis kayak gini?" tegur Soimah Ibunya yang seketika datang menghampiri Ani.

"Aku gak apa-apakan Kak Ana Bu. Hanya saja menggagalkan rencana jahatnya," jawab Ani dengan santai.

"Dia bilang kamu mempermalukannya di depan Andi dan Rendi,"

"Kak Ana yang buat malu dirinya sendiri Bu. Jadi itu akibat dari ulahnya. Lagi pula kenapa Ibu terus membela Kak Ana yang jelas-jelas bersalah?"

"Ibu hanya tidak mau Kakakmu berbuat yang aneh-aneh. Kamu tahu sendiri kan dia itu nekat, jadi kamu harus mengalah padanya!" ungkap Soimah.

"Ibu menyuruhku mengalah padanya? aku harus merelakan Mas Andi direbut Kak Ana? sampai kapanpun aku gak mau Bu! aku tau Kak Ana hanya berambisi ingin menguasai harta Mas Andi karena dia tidak ingin melihatku bahagia bersamanya,"

"Setidaknya kamu bantu Kakakmu melunasi biaya pernikahannya! biyar dia gak mengganggu hubungan kalian berdua," ungkap Soimah.

"Bukan urusanku Bu," kali ini Ani harus tegas menolak permintaan Ibunya. Sudah cukup dia selalu mengalah pada Kakaknya dari dulu.

"Ani mau kemana kamu? Ibu belum selesai bicara," teriak Soimah.

Ani berlalu masuk ke kamar meninggalkan Ibunya. Dia merasa sudah tidak ada gunanya lagi mendengar permintaan Ibunya yang tidak masuk akal. Dia merebahkan badannya di ranjang dengan memijat keningnya yang pusing mendadak gara-gara berdebat dengan Ibunya. Besok sepulang bekerja Ani berencana akan kerumah Pamannya, Adik dari Almarhum Bapak untuk meminta tolong menjadi wali nikahnya nanti, walau Ibunya tidak setuju karena Soimah dan keluarga Almarhum suaminya tidak akur mungkin karena sifat Soimah yang sombong dan seenaknya sendiri hingga dijauhi saudara-saudaranya.

****

Esok hari usai Ani berangkat kerja diam-diam Soimah Ibunya berencana menelepon Andi demi memenuhi permintaan Ana.

[Assalamuallaikum Andi] sapa Soimah.

[Wallaikumsalam. Iya Bu tumben telepon saya, ada apa?] tanya Andi.

[Begini Ndi. Ibu rencana akan membuat acara syukuran dirumah untuk pernikahan kalian nanti. Walaupun kalian mengadakan resepsi di Gedung tapi Ibu juga harus tetap mengundang kerabat, saudara dan tetangga untuk acara syukuran pernikahan kalian berdua. Apalagi calon menantu Ibu Orang kaya malu kalau gak ngundang mereka] ungkap Soimah.

[Iya Bu silahkan] jawab Andi menyetujuinya.

[Tapi masalahnya Ibu gak ada uang untuk membeli semua keperluan tasyakuran. Ibu juga tidak tega meminta uang pada Ani, kamu kan tau sendiri gaji Ani tidak seberapa]

[Berapa yang Ibu butuhkan?] tanya Andi.

[Gak banyak ko cuma 30 juta saja] ujar Soimah.

[Kalau hanya untuk syukuran uang segitu terlalu banyak Bu. Memangnya Ibu mengundang berapa orang?]

[Rencananya juga Ibu ingin berbagi ke Anak yatim sebagai rasa syukur Ibu karena kalian telah menikah. Tapi kamu tidak usah memberitahu soal ini pada Ani! karena pasti dia tidak setuju]

[Iya Bu. Kirim saja no rekening Ibu! nanti saya transfer] jawab Andi dalam telepon.

[Oke. Nanti setelah ini Ibu kirim no rekeningnya lewat WA. Terimakasih Andi] Soimah kemudian mematikan sambungan teleponnya.

"Bagaimana Bu berhasil?" tanya Ana yang sedari tadi ternyata ada disamping Soimah mendengar pembicaraan mereka.

"Berhasil. Kita porotin aja si Andi" ujar Soimah.

"Salah siapa Ani gak mau membantuku. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri," ungkap Ana tidak tahu diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status