Share

Jangan beritahu ibu!

Seperti biasanya, aku pulang dengan Predi mengenakan mobil hitam nya yang kupredisikan selama seminggu ini belum dicuci. Atau mungkin lebih dari seminggu, ban-bannya sudah seperti sehabis dibawa balap di adrenalin lapangan  bola yang baru surut dari banjir bandang.

Predi masih dalam keadaan seperti biasanya, yakni mengemudi dengan senyum yang  merekah.

"Tadi Esa ngapain?"

Entah kenapa ia tiba-tiba jadi menanyakan perihal Abay. 

"Ngajakin pulang bareng." Ujarku.

"Oh, terus gak kamu terima?"

Aku mengerutkan kening tanda tak mengerti pertanyaannya ini. Kalau aku terima artinya saat ini pasti aku sudah pulang bersama Abay dan tidak bersamanya.

"Nggak." Aku menjawab sangat singkat. Lagipula mau apa lagi yang harus aku katakan.

"Kenapa?"

"Kan aku pulang bareng kamu."

Senyum Predi semakin mengembang kala aku berkata begitu. Bukan maksud ku kepedean, tapi aku bisa menyadarinya dari garis senyum di pinggir b

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status