Share

[1] 6 - Kerja bagus

Keesokan paginya, aku berangkat lebih cepat dari biasanya.

Ibu dan adikku berada di meja makan ketika aku keluar rumah.

Aku tidak pernah suka bertatap muka dengan ibu, yang ada kami selalu bertengkar.

Aku tak ingin membuat keributan di pagi buta, tidak di depan adikku yang nantinya malah akan memperparah masalah yang sepele itu.

Kami bertiga ini tidak seharusnya tinggal dalam satu rumah, sangat berbahaya.

Aku tidak memakai apapun untuk ke sekolah, rumahku tidak sejauh Cindy atau pun Lithia. Cukup berjalan kaki.

Ketika sampai aku hanya meletakkan tasku di kelas dan berjalan menuju kafetaria.

Sarapan itu penting. Terutama hari ini.

Kelas pertama adalah kalkulus, aku tidak ingin terlihat bodoh di depan Mrs. Nessie. Dia sangat sulit dibuat senang dan aku tidak ingin mengulang pelajaran ini.

Roti isilah yang terpilih sebagai sarapanku hari ini, belum termasuk roti bakar dan susu hangat.

Aku berusaha menjaga tingkah lakuku ketika Brian dan Britt memasuki kafetaria.

Aku sadar mereka melihatku lalu mengabaikanku. Aku juga berusaha mengabaikan keberadaan mereka.

Tidak terlalu banyak orang pagi ini, hanya cekikikan Britt yang mengganggu ketenanganku.

"Catherine!"

Juga teriakan Cindy.

Suaranya lebih dulu terdengar sebelum tubuhnya memasuki kafetaria.

Dia bergerak gesit menujuku. Tak mengindahkan hal lain selain aku, Cindy terlihat kesal.

"Apa kau harus sekasar itu, Cath? Kau menolaknya begitu saja."

Omongan Cindy membuatku teringat pada Nanda, juga kejadian tadi malam.

Harus kuakui aku memang agak kasar.

Tapi itu bukan aku, percayalah.

"Seperti yang dikatakannya," kataku berusaha terlihat tidak peduli. Aku menelan roti isiku sebelum berkata, "Aku tahu perasaanku tidak akan bertahan lama."

Suara cekikikan Britt masih terdengar dan sungguh, itu terdengar sangat menjengkelkan.

Seharusnya mereka pergi ke ruangan kosong atau tidak perlu pergi ke sekolah.

Cindy memerhatikanku makan, aku yang seolah tidak terganggu karenanya.

Maksudku, apa dia bahkan akan percaya jika aku bilang yang menolak Nanda itu bukan aku?

Tentu saja tidak.

Apa lagi yang bisa kukatakan.

"Dengar, Cath. Aku melakukannya karena Nanda juga menyukaimu."

"Kau tahu aku—"

"Dia mengatakan dia menyukaimu, dia tak pernah menyukai siapa pun sebelumnya!"

Cindy membentakku, napasnya memburu.

"Aku bisa apa."

Seisi kafetaria menatap kami, Cindy terlihat tidak peduli sama sekali.

"Setidaknya kau tidak perlu memperlakukannya seperti itu."

Aku menahan napas.

Cindy meninggalkanku jelas dalam keadaan marah besar.

Aku tidak tahu dia sedekat itu dengan Nanda, dia tak pernah berkata apa-apa.

Dan aku tahu aku berbuat kesalahan lagi. Aku menghindari masalah A sekaligus menciptakan masalah B.

Bagus sekali.

Kerja bagus untukmu juga, perasaan aneh terkutuk.

Jangan pura-pura menghilang, aku tahu kau mendengarku.

Kafetaria semakin ramai tapi aku masih belum bergerak dari tempatku.

Bergerak pelan menghabiskan sarapanku, bersikap acuh pada sekitar.

Kali ini Lithia yang menyusulku, dirinya menatapku pasrah.

Dia duduk di hadapanku tanpa berkata apa-apa. Membiarkanku menghabiskan roti bakar terakhirku.

Menjelang suapan terakhirku, akhirnya aku berhasil mengarang cerita yang bisa dengan mudah untuk dipercayai dibandingkan cerita tubuhku diambil alih alien.

"Tidak akan pernah berakhir baik, semuanya," kataku datar. "Belum pernah, Lith.”

“Tadi malam sepertinya kita berdua yang terlalu mendorongmu.”

“Aku tak ingin membuat kita canggung karena nantinya aku berakhir menjadi mantan dari sepupunya—maksudku, sudah pasti alasan kita putus itu karena akunya yang bosan duluan,” aku mendesah, “Wow, aku terdengar benar-benar jalang.”

Bel berbunyi, kelas akan segera dimulai.

Lithia merangkulku dan membantuku bangun sambil berbisik di telingaku.

"Cindy akan memaafkanmu."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status