Ara mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari.Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca"Gimana kalau Ara suka denganmu ?" Ucap Austin yang sukses menghentikan langkah kaki Axton.Axton membalikkan badannya menatap Austin yang terlihat serius dengan ucapannya.Suka ? Ara suka padanya ? Pikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Walaupun tidak pernah terlintas tetapi hal itu tak menutup kemungkinan jika Ara bisa saja menyukainya.Axton terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada kembarannya. Ucapan Axton sangat tak terduga bahkan tak pernah terpikirkan jawabannya."Lebih tepatnya dalam kasus ini. Kau harus mencintainya, Axton. Posisinya tidak akan mudah karena janji bullshitmu. Kita tau akan hal itu" ucap Austin dan Axton langsung paham kemana arah pembicaraannya.Menjadi anak pertama dari Boss Mafia bukanlah hal mudah. Menjadi sosok yang diincar kematiannya oleh setiap musuh ayahnya adalah mimpi buruk bagi Axton.Dulu Axton adalah sosok yang ceria seperti anak pada umumnya. Hingga kematian Ibunya mengantarkannya menjadi sosok pend
"Aku tidak ingin pulang, Axton" ucap Ara dan cengkraman di pundaknya terasa sedikit menekan."Ara kau sedang hamil anakku, jadi kau milikku" bisik Axton lagi dan Ara menggelengkan kepalanya.Ara melepaskan tangan Axton dan maju menerima gelato yang sudah disediakan. Ketika tangannya akan memberikan uang kepada penjual.Tiba-tiba tangan Axton sudah terulur lebih dulu memberikan uang pada penjual gelato itu.Pria itu mengalihkan pandangan matanya ketika sudah menyelesaikan transaksi itu. Menatap Ara yang tentu saja tingginya jauh dari tinggi Axton.Ara tidak ingin kabur. Entah kenapa hatinya ingin mereka membicarakan hal ini. Sampai kapanpun kabur tidak akan menyelesaikan masalah.Buktinya walaupun Austin saudara pria itu sendiri yang membawanya kabur. Pria ini masih menemukannya.Apalagi jika dirinya kabur ke London. Pasti Axton juga bisa menemukannya dengan mudah. Jangan membuang waktu untuk kabur yang tau jawabannya akan sia-sia."London adalah rumahku, hidupku di sana Axton" ucap Ar
Ara melirik Axton yang sedang serius menyetir di sampingnya. Pria itu setelah mengatakan jika dirinya adalah 'Istrinya'. Axton membawanya pergi dari sana.Hal itu membuat Clark menjadi kesal tetapi Axton mengatakan jika ini adalah hal penting. Clark mau tidak mau mengiyakan dan tidak menutupi wajah kesalnya pada AxtonSekarang Ara sendiri tidak tau akan di bawa kemana. Axton hanya membantunya masuk ke dalam mobil dan sekarang pria itu sibuk dengan kegiatannya."Jika ada yang ingin dikatakan, katakan saja" ucap Axton tiba-tiba dan membuat Ara terkesiap langsung mengalihkan pandangan matanya."Tidak baik perempuan hamil memendam rasa" ucap Axton lagi setelah Ara tak mengatakan apapun dan hanya diam.Ara yang mendengar bahasa Axton yang berbeda langsung menatap pria itu dengan pandangan ngeri. Menatap Axton dari atas sampai bawah"Kau Axton ? Oh atau Austin ?" Ucap Ara yang seketika meragukan jika pria di sampingnya ini adalah Axton."Jadi kau sampai sekarang belum bisa membedakan ku dan
Ketika ingin mengungkapkan penolakannya. Tiba-tiba tangan Axton bergerak mengusap perutnya tersebut. Perasaan hangat langsung terasa memenuhi relung hatinya.Tidak pernah di sangkanya jika Axton akan melakukan hal itu. Hal kecil beribu makna dan reaksi yang ditimbulkannya pada tumbuhnya.Axton masih dengan menyandarkan tubuhnya pria itu tetap mengelus perutnya lembut. Sesekali hanya jempol tangan Axton saja yang bergerak mengusap."Kita menikah, kita rawat anak ini sampai besar" ucap Axton yang membuat Ara semakin terdiam."Orang tua yang lengkap adalah kunci utama anak akan bertumbuh baik. Itu kata Mom" ucap Axton dengan suara kecilnya.Ara tertegun mendengar hal itu. Untuk pertama kalinya Axton mengatakan hal yang menyangkut kehidupan keluarganya, kecuali Austin.Axton yang menjauhkan tubuhnya membuat Ara menoleh menatap pria itu. Tangan Axton masih berada di perutnya."Kita nikah ya" lanjut Axton dengan menatapnya sungguh-sungguh.Entah kerandoman apa lagi yang akan dirasakannya ji
Ara menatap cincin yang melingkar di tangannya. Cincin sederhana tetapi beribu makna baginya. Cincin pernikahan. Tak pernah dipikirkannya jika dirinya akan menikah ketika baru saja lulus sekolah.Apa yang akan dikatakan orang tuanya jika mengetahui tentang fakta ini. Ara menghela nafas pelan. Ini sudah jalan takdirnya dan kenyataannya harus berjalan seperti ini.Pernikahan mereka diselenggarakan secara tertutup. Tidak banyak orang yang datang atau malahan hanya beberapa orang saja.Bibi, Austin, Melly, teman-temannya dan beberapa orang yang tak dikenalnya. Bahkan setelah acara utama mereka semua hanya memutuskan untuk makan bersama.Selesai.Pernikahan yang manis bukan. Ara menggelengkan kepalanya ketika pikirannya menjalar kemana-mana.Saat ini dirinya tengah berada di kamar yang ditempatinya selama di apartemen Axton. Pria itu mengatakan jika ada beberapa hal yang harus di urusnya jadi pria itu menghilang sejak satu jam yang lalu.Keren bukan. Me
Ara memasuki ruangan super mewah yang dilengkap oleh berbagai perlengkapan bekerja super lengkap. Tidak heran jika mengingat ini adalah ruang petinggi perusahaan seperti Axton.Lebih tepatnya ini adalah perusahaan miliknya. Tentu saja dia lebih spesial dari siapapun.Hari ini pagi-pagi sekali Axton membangunkannya mengatakan jika hari ini Ara akan di ajak ke perusahaannya. Alhasil di sinilah mereka berdua.Mood Axton terlihat sangat baik bahkan pria itu tidak menatapnya dingin sama sekali. Ingatannya langsung berputar pada ucapan Melly beberapa waktu lalu ketika perempuan itu memeriksa kandungannya."Mungkin sedikit olahraga ranjang bisa membuatmu mengontrol pria itu"Sepertinya tuhan menghukumnya untuk tidak akan pernah bisa melupakan ucapan Melly. Maafkan hamba mu ini dengan pikiran kotornya."Apa yang sedang kau pikirkan" ucap Axton dengan menoel lengan Ara.Ara menatap pria itu yang berdiri di sampingnya dengan menggunakan jas mahalnya."A
Ara menatap beberapa orang yang berdiri menatapnya. Mereka terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum melambaikan tangannya."Kau pasti pegawai baru ?" ucap salah satu pria yang membuat Ara langsung tersenyum kaku.Kenapa suasananya begini ?"Ya, Aratha Casabelle. Mohon bantuannya" ucap Ara dengan canggung dan mereka langsung tersenyum."Salam kenal, Ara" ucap pria itu dengan mengulurkan tangan padanya. Ara dengan senang hati langsung mengangkat tangannya dan menjabat tangan pria itu."Devian" ucap pria itu dan membuat Ara tersenyum.Ketika pria itu ingin berucap kembali tiba-tiba sosok perempuan yang ditemuinya kemarin masuk. Perempuan yang baru diketahui Ara bernama Mrs. Fransiska."Saya harap kalian bisa berbaur dengan baik dengan Mrs. Casabelle dan bisa saling bekerja sama ya" ucap Mrs. Fransiiska yang langsung dijawab dengan serempak oleh semua orang di Divisi ini."Devian, tolong bantu Mrs. Casabelle" ucap perempuan itu sebelum
Ara memasuki ruangan divisinya dan langsung menemukan wajah teman-teman nya terlihat berbeda. Ara berjalan mendekat dengan rasa bingung yang menghinggapi hatinya."Ada apa ?" Ucap Ara kepada Celline yang terlihat kebingungan.Perempuan itu menatapnya sebentar sebelum membalas pesan di ponselnya"Devian tiba-tiba di pindah ke cabang di luar kota. Tanpa alasan dan dia menjadi pegawai biasa juga di sana" ucap Celline dengan kerutan yang jelas di keningnya.Devian ? Dipindahkan tanpa alasan? Bukankah hal seperti itu tidak di benarkan ? Apalagi Devian di sini merupakan kepala divisinya.Seharusnya tidak mungkin jika perpindahan di lakukan secara mendadak. Harus ada pemberitahuan terlebih dahulu."Kau tenang saja. Nanti pasti kita akan diberitahu. Tidak perlu di pikirkan" ucap Celline sambil menepuk lengan Ara."Kerjakan tugasmu saja dulu. Hampir jam masuk kerja" ucap Celline yang membuat Ara memutuskan berbalik menuju tempat duduknya.Ara berdiri d