Beranda / Romansa / Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku / 4. Kau Adalah Yang Aku Pikirkan

Share

4. Kau Adalah Yang Aku Pikirkan

Penulis: Nabila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 18:27:41

[Davina, kau masih pemenangnya. Meski Fathan bermain-main dengan kami, hatinya tetap untukmu. Kau tak tergantikan. Kau tetap ratu di hatinya. Jadi tolong jangan salahkan aku jika ikut mencicipi secuil kebahagiaanmu. Kamu tahu kehebatan Fathan, bukan? Baginya kami hanya tempat bersenang-senang. Dia butuh banyak dukungan untuk tetap menjadi lelaki hebat. Bukan hanya dari istri tetapi juga dari sekretaris, ahli hukum, desain interior, juga marketing handal. Kau tidak boleh egois jika benar mencintainya, seperti dia juga mencintaimu.)

*

Davina menghentikan langkahnya di tengah tangga. Sebenarnya dia sangat muak melihat wajah Fathan yang memberinya luka menyakitkan.

“Aku tahu siapa yang membunuh Lulu." Suara Fathan berhasil menghentikan langkahnya. Davina membalikkan badan menghadap ke arah laki-laki tegap yang kini terlihat seperti orang asing baginya.

"Kita ke teras belakang, kita perlu bicara." Fathan berjalan mendahuluinya menuju teras belakang. Angin sepoi menyapu wajah Davina, begitu pintu kaca yang terhubung dengan teras belakang dibuka.

Perlahan Davina melangkah mengikuti Fathan. Langkah yang sama persis dengan tujuh tahun lalu. Davina masih ingat akhirnya dia mendapatkan sebuah rumah dengan harga sewa yang sesuai dengan tabungannya, ditambah uang patungan dari kawan-kawannya. Dia mengikuti langkah Fathan seperti sekarang. Memasuki satu demi satu ruang tengah, dapur, juga kamar mandi

Mereka berlima akhirnya menjadikan rumah itu sebagai tempat berkumpul untuk belajar, ngerumpi, sesekali menyetel musik keras dan menari-nari bersama.

Rumah itu juga menjadi tempat yang nyaman untuk kunjungan Fathan pada jam-jam senggang selepas dia kuliah. Fathan hanya datang sesekali. Hubungan pertemanan berlanjut menjadi hubungan percintaan. Hanya sebentar karena Fathan melanjutkan kuliah S2 nya di Kanada. Tanpa Fathan di sampingnya, Davina kembali memberontak.

"Davina mau pindah jurusan, Pa. Davina enggak bisa ngikutin mata kuliah. Semua blank, otak Davina enggak nyampai," keluhnya. Davina menjadi tidak bersemangat untuk kuliah lagi. Ah, tentu saja karena saat itu dirinya memang sudah jatuh cinta kepada Fathan. Cinta yang naif dan bodoh. Davina menarik napas panjang.

"Ayo duduk, Sayang. Kenapa berdiri di situ?" tanya Fathan sambil menarik kursi. Hati Davina kembali sakit dengan sapaan 'sayang' yang diucapkan suaminya. Sapaan itu kini terdengar hambar di telinganya, tanpa rasa.

"Panggil aku Davina. Sayangku padamu sudah hilang bersama pengkhianatanmu. Bicara saja secepatnya, aku harus segera menemani Nafasha," sahutnya ketus.

"Kamu tidak bisa memaafkan aku? Aku tahu aku tak pantas kamu maafkan, setidaknya mari kita lakukan ini demi Nafasha."

"Kenapa baru sekarang kamu memikirkan Nafasha? Kemana pikiranmu saat memeluk Faiza, merayu Arumi, meniduri Lulu dan bercumbu bersama Ghina?" Sekuat tenaga Davina berusaha untuk tidak berteriak di depan Fathan. Percuma hal itu ia lakukan sekarang. Sakit hatinya tidak akan menguap begitu saja hanya dengan berteriak kepada pria yang menculik kewarasannya.

"Davina, aku kesini untuk bicara baik-baik. Bukan untuk bertengkar lagi denganmu. Aku salah, aku sudah minta maaf ...."

"Jadi sudah selesai urusan kita, Mas. Tunggu pengacaraku mengajukan gugatan cerai. Aku harap kamu tidak membuat semua menjadi sulit." Davina akhirnya bisa menguasai diri setelah menarik napas beberapa kali. Dia lelah dengan semuanya.

"Tunggu dulu. Kamu sudah menyewa pengacara? Aku sudah siapkan pengacara untuk mendampingimu saat penyidikan kasus kematian Lulu," sela Fathan berapi-api.

"Terima kasih. Aku bisa menyewa pengacara sendiri. Kupikir sudah tak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Davina tahu jika semakin lama dirinya berbincang dengan Fathan, bisa jadi dia akan berubah pikiran. Sakitnya pengkhianatan suaminya belum seberapa dibandingkan dengan sakitnya menyadari bahwa dia masih sangat mencintai Fathan. Cinta memang segila itu. Membaca catatan Lulu membuatnya sadar Fathan juga masih mencintainya serupa dulu. Ah, sial!

"Kamu tidak ingin tahu siapa pelakunya?" pancing Fathan perlahan. Fathan tahu Davina masih mencintainya. Begitu juga dengan dirinya. Davina menjadi istri karena dia yang memilihnya dibandingkan puluhan gadis lain. Hatinya terikat kuat, meskipun naluri laki-laki nya juga menuntunnya pada petualangan penuh marabahaya. Petualangan bukan tanpa alasan, tapi Fathan enggan memikirkan itu sekarang.

"Katakan saja kepada polisi. Aku tidak tertarik lagi dengan kasus ini. Kamu tahu Mas, sampai detik ini aku masih berpikir kamu pelakunya," tuduh Davina ketus.

Fathan membelalakkan matanya. Davina menatap mata Fathan dengan tajam. Lelaki itu tak mengalihkan pandangan dari wajah cantik wanita yang masih sah menjadi istrinya. Keduanya bertatapan menyelami dasar hati masing-masing. Pengkhianatan hanya membuahkan luka tak nyaris tak bisa disembuhkan.

Fathan tahu siang hari sebelum Lulu meninggal, Davina menemuinya di kantor. Mereka berbicara di ruangan sekitar tiga puluh menit. Dari Cctv terpantau keduanya seperti sedang berdebat. Lulu berkali-kali mencoba menjelaskan sesuatu. Bisa jadi dari pertengkaran itu Davina menghabisi nyawa Lulu. Bukan dirinya orang yang terakhir ditemui Lulu, melainkan Davina. Rekaman Cctv tersembunyi itu hanya Fathan yang punya. Polisi tidak bisa menemukannya.

"Aku rasa pikiran kita sama. Kamu tahu, aku juga berpikir kamu yang membunuh Lulu."

Fathan terus menatap mata Davina. Dia sudah hilang akal menghadapi istrinya. Meminta maaf hingga bersujud telah dia lakukan. Nyatanya Davina berhati batu.

Tangan Davina melayang ke arah pipi Fathan, tetapi segera ditepis oleh laki-laki berkumis dan berjenggot rapi itu. "Aku tahu kamu bersamanya pada siang sebelum dia terbunuh." Fathan menegaskan kalimatnya

Davina memelototkan matanya. Saat dia datang ke kantor menemui Lulu, Fathan tidak berada di kantornya karena sedang pergi ke luar kota. Davina masuk melalui pintu khusus, tidak akan terekam kamera Cctv. Tangannya spontan menutup mulutnya saat dia menyadari bahwa ternyata Fathan berpikir dia membunuh Lulu. Tuduhan Ini lebih kejam dari yang dia pikirkan.

Tiba-tiba pintu terbuka. Suster Ratna datang tergopoh-gopoh dan berteriak dengan panik.

"Bu, maaf badan adik Nafasha demam. Empat puluh derajat tadi saya cek. Adik mengigau terus."

Davina terperanjat lalu segera berlari menuju kamar Nafasha. Fathan tak mau kalah, dia juga berlari sekencang-kencangnya menuju kamar puterinya. Nafasha sedang mengigau berteriak-teriak memanggil Davina.

"Ini mama sayang, Nafasha panas sekali badannya." Davina menempelkan tangannya pada dahi putrinya. "Mas tunggu apalagi? Cepat kita bawa Nafasha ke rumah sakit sekarang!" teriaknya panik.

Fathan segera mengangkat putrinya ke dalam mobil. Sebentar saja mobil itu sudah berpacu di jalan raya.

"Sabar sayang, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit. Mas cepat sedikit, Nafasha mulai kejang!" imbuhnya masih dengan nada kekhawatiran. Fathan menambah kecepatan mobilnya. Rumah sakit terlihat sepi, Nafasha segera mendapatkan pertolongan pertama.

"Maaf bapak dan ibu tunggu di luar," kata seorang perawat sambil menutup pintu ruang ICU. Davina limbung, Fathan segera menangkap tubuhnya lalu membawanya duduk di kursi sofa ruang tunggu.

"Jangan anakku Tuhan. Tolong jangan anakku," bisiknya pelan dengan mata tertutup. Fathan memeluk istrinya lebih erat. Davina tak menolaknya, tapi juga tak membalas pelukan itu.Fathan termenung smbil memeluk Davina. Apakah ini karma instan yang harus dia terima dari perbuatannya? Tidak. Tidak boleh sekarang.

Keduanya terdiam larut dalam do'a masing-masing. Saat orang yang tersayang berada di ujung takdir, Davina dan Fathan berharap bisa menukar hidup mereka dengan Nafasya. Malam itu keduanya saling berpelukan dan menguatkan hati untuk berita baik yang dinantikan. Sejenak ego mereka tersingkirkan, demi Nafasha yang belum jelas nasibnya.

Lemah.

Mungkin Davina memang lemah. Sejatinya dia masih mencintai Fathan, meski cinta itu harus berakhir di Pengadilan Agama.

Malam yang sangat panjang tidak hanya dirasakan oleh Davina dan Fathan, tetapi juga ketiga orang lainnya. Faiza, Arumi dan Ghina tidak bisa memicingkan mata, karena esok hari giliran mereka yang harus memberikan keterangan di depan polisi.

Bagaimana semua cerita ini bermula. Bagaimana mereka bisa terlibat dalam cinta segi lima yang rumit. Cinta yang membuat mereka rela mengkhianati sahabat yang sudah mereka kenal jauh sebelum mereka bertemu dengan Fathan Rafid Pahlevi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    33. Akhir Perjalanan Arumi

    Viandra sedang mengamati layar laptopnya, memerhatikan satu persatu angka yang tertera di dalam rekening yayasan. Setelah acara lelang barang branded berakhir, tugasnya mencatat semua uang yang masuk di rekening. Dahinya berkerut saat mendapati satu berita pada bukti transfer. Segera ia mengambil kertas lalu mulai mencetak bukti uang masuk. Ada sepuluh halaman kertas yang kini berjejer di mejanya. Jarinya dengan cekatan melingkari nomor rekening yang namanya sama. Ada satu nama dan berita transfer yang membuatnya bertanya-tanya. "Kak, ada yang aneh dengan donatur ini, deh. dia mengirimkan donasi dalam jumlah yang sama selama enam bulan ini. Setiap tanggal dua puluh dia mengirimkan donasi seratus juta. Beritanya juga sama 'Geng Cokelat' ini maksudnya apa, ya?"Davina terkejut mendengar nama yang setahun ini tidak pernah dia dengar lagi, dan memang sudah dia hapus dari memorinya. "Pengirimnya atas nama siapa?" selidiknya. "Ghina Ulya. Kakak kenal?'Davina segera mendekati Viandra

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    32. Menerima Tanpa Membenci

    Udara pagi yang dingin menerpa wajah Fathan saat mama mematikan lampu dan membuka jendela kamarnya."Fathan bangun, ayo salat Subuh dulu. Sudah azan, segeralah pergi ke masjid!" Mama menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Fathan, lalu menepuk-nepuk punggung anak semata wayangnya."Hoam ... dingin sekali, Ma," keluh Fathan sambil menguap begitu menyadari hawa dingin menusuk tulangnya. Mereka sedang berada di villa. Sejak perceraiannya dengan Davina diketuk palu, Fathan tidak lagi punya gairah pada dunia bersenang-senang. Dia lebih memilih menemani mamanya yang sekarang sudah tidak lagi aktif berbisnis, hanya mengawasi dan sesekali menjadi penasehat. Mereka memutuskan rehat seminggu di villa."Ayolah bangun, jangan malas. Perkara nomor satu yang mesti kau perbaiki adalah hubunganmu dengan Tuhan." Suara mama masih saja yang lembut membuat Fathan mau tak mau membuka matanya."Allah mau kamu kembali, Fathan. Dari semua lika-liku perjalanan dan masalah yang kau lalui kemarin, sekarang

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    31. Tipu Daya Arumi

    Fathan tidak menyangka Arumi tega mengkhiantinya sejauh itu. Setelah dilakukan investigasi Arumi telah berbuat curang lebih jauh dengan memanfaatkan tanda tangan Fathan dan Davina. Dulu Fathan begitu mempercayainya hingga Arumi memegang semua dokumen asli yang dimilikinya. Habis sudah.Fathan Corp menanggung kerugian tidak sedikit hingga terancam kolaps. Arumi mengambil semuanya. Kontrak yang masih berjalan dialihkan, piutang berjalan juga sudah berhasil ditagih dan masuk ke rekening perusahaan yang dipegang Arumi. Gadis itu begitu lihai terencana melakukan semuanya. "Pa, Fathan minta maaf karena ternyata gagal memimpin perusahaan Papa. Sekarang kita terlilit utang cukup besar. Jika papa mengizinkan, Fathan akan menjual perusahaan kita yang kondisinya sekarat." Fathan duduk dengan muka mienunduk di dekat papanya yang terbaring lemah. Pria tua yang sudah kehilangan semuanya itu, hanya bisa terdiam mendengar laporan anaknya."Robby ... sudah ... lapor ... Elsye ...." Sambil terengah

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    30. Awal Petaka Farhan

    Fathan tak menyangka Elsye berani menelponnya. Dari mana wanita itu tahu nomor teleponnya. Pasti bukan hal sulit, karena Elsye bisa mencari tahu lewat Aina, sekretarisnya sebelum Lulu. Fathan bertemu Davina saat dirinya lulus kuliah di Kanada. Satu tahun setelah mereka berpacaran, Fathan kembali melanjutkan kuliah S2 di Kanada. "Aku dengar kamu sudah menikah sekarang. Congrats, Dear. Kamu sekarang pasti sudah jadi suami yang hebat.""Elsye, berani-beraninya kamu meneleponku." "Rileks, Than. Mami cuma kangen sama kamu. Masa kangen sama anak nggak boleh? Kamu, kan, anak kesayangan Mami." Suara Elsye mendesah membuat Fathan menjauhkan ponsel dari telinganya. "Ternyata kamu sudah merencanakan semuanya. Dasar wanita licik!""Oh, Dear. Kenapa bicara kasar sama Mami? Hidup memang harus direncanakan, Sayang. Lihat dirimu sekarang. Kamu masih muda, punya istri cantik, punya anak lucu, punya perusahaan besar. Ah, yang terakhir itu pasti kamu tidak pernah merencanakannya, bukan? Kamu hanya be

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    29. Terjerat Ibu Tiri

    Permainan asmara selalu menuntut penyelesaian. Dari mencoba menjadi ketagihan. Waktu sebulan mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Hampir setiap hari Fathan dan Elsye saling memuaskan. Bagi Fathan, ibu tirinya adalah sosok ibu peri yang memberinya pengalaman baru yang sangat menyenangkan.Berbagai macam gaya bercinta dari video yang mereka tonton akhirnya mereka praktekkan tanpa bosan, hingga Elsye memetik hasil didikannya kepada pemuda culun itu. Fathan berubah menjadi pemuda yang sangat tangguh di ranjang dan paham memuaskan wanita seperti dirinya. Fathan makin percaya diri ketika Elsye mendandaninya seperti pemuda gaul yang selama ini hanya dia lihat dari sosial media. Selama ini masalah terbesar Fathan adalah kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memedulikan penampilannya, cara berjalannya, juga gaya berbicaranya. Bersama Elsye, Fathan seperti menemukan guru privat sekolah kepribadian. Fathan menjelma menjadi pemuda tampan yang mampu memikat lawan jenis pada pertemuan pertama. Pesona

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    28. Masa Lalu Fathan 2

    "Ini keputusan sulit, tetapi mama dan papa tidak punya solusi lain," ucap Papa pasrah. Setali tiga uang. Ternyata papanya juga begitu enteng bicara tentang perceraian semudah pamit saat akan pergi ke luar kota."Sekarang mungkin kamu belum mengerti meskipun mama dan papa jelaskan. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa terjadi seperti keinginan kita. Nanti kalau kamu dewasa, kamu akan paham," imbuh papanya. "Kamu tidak perlu khawatir karena kami tetap orang tuamu. Kamu akan tinggal bersama Mama tetapi bebas datang ke rumah papa, kapanpun kamu mau." Fathan menoleh ke arah mamanya. Mama yang selama ini mendukungnya, malam ini terlihat berbeda. Ada gurat kesedihan yang tak ingin ditampakkan, meskipun begitu Fathan tetap melihat wajah keruh itu."Kamu bebas memilih sekolah yang kamu mau, mama dan papa akan menyekolahkan kamu setinggi-tingginya." Kali ini Fathan menoleh ke arah papanya. Lelaki yang mengajarinya tanggung jawab ini sekarang justru seperti sedang berusaha melepaskan tangg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status