Share

Diperbudak Tuan

Warna Fajar semakin terlihat terang.

Aku memutuskan untuk bangun dari tempat tidur, dengan kondisi tubuh yang benar-benar pegal seperti remuk.

Apalagi jika aku memegang area wajah, rasa sakitnya terasa sekali.

Seperti biasa aku selalu membuka jendela kamar agar bisa menghirup udara sejuk di sini.

Aku terdiam sesaat sambil memperhatikan warna indahnya matahari yang akan terbit.

Angin sejuk menyelinap masuk ke dalam tulangku yang hampir tak berdaging.

Sebelum memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah, aku selalu terdiam beberapa menit di sini.

Menetralkan seluruh pikiran buruk dan melupakan kejadian tadi malam yang begitu menyakitkan.

Pernah sekali saja aku bisa tenang diam di rumah.

Atas segala kejadian yang terjadi, aku kemudian memutuskan untuk diam dan tak banyak bicara daripada membuat Ibu lebih murka.

Walau memang sejatinya hatiku meronta dan ingin memberontak, tapi percuma saja.

Dia tidak akan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status