Share

bab 2. Bekal Makan

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-27 11:13:03

Aksara mulai membuka bekal makanan dari babysitter barunya. Nasi goreng minimalis tanpa sosis, tanpa ayam. Bahkan telur pun tak ada. Ya, hanya ada nasi yang digoreng dengan racikan bumbu. Dilihat saja sangat tak berselera.

“Bagaimana kamu mengurus saya dan anak-anak saya, kalau menyajikan makanan saja tidak becus seperti ini? Apa ini yang kamu bilang memasak?” ucap Aksara bermonolog. 

Usai kerja nanti, ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk memecat Celine. Gadis itu masih terlalu dini untuk mengurus rumah besarnya. Apalagi mengurus anaknya yang masih balita. Aksara sama sekali tak mempercayai gadis itu. 

Dilihatnya kembali jam yang melingkari lengannya, Pikirannya sudah mulai kacau membayangakan apa yang terjadi dengan putra kesayangannya. Satu-satunya kenangan yang istrinya berikan untuknya. Ya, istri Aksara meninggal ketika melahirkan Denim.

“Bas, kita pulang sekarang!” ucap Aksara kepada supirnya. 

“ini baru jam makan siang, Pak.”

“Terserah saya.”

“Ba- baik, Pak.”

Baskoro mulai melajukan kendaraan. Namun, tiba-tiba ekor mata Aksara tertuju ke kotak makan yang belum disentuh sedikit pun isinya. Bentuk nasi goreng yang pucat, tanpa adanya protein sedikit pun itu sama sekali tak menggugah selera makannya. 

“Tadi ikut sarapan masakan Celine gak, Pak?” tanya Baskoro kepada Tuannya. Ya, hanya dialah yang berani berbicara panjang kali lebar dengan lelaki arogan itu.

“Nasi goreng? Kenapa?”

“Beuh, enak banget, pak. Masakan mbok Inah lewat,” ucap Baskoro antusias. 

“Saya tak tertarik, lihatnya saja gak menarik.”

“Justru itu, Pak. Nasi goreng Celine mengingatkan saya saat di kampung. Masakan orang desa itu enak lo, Pak.”

“Gak yakin.”

“Ya terserah bapak.”

Mendapati argument seperti itu, kini tangannya mulai meraih kotak makan itu. Ia membuka wadah makan dan sedikit menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Awalnya ia tak yakin, hingga makanan bumbu ndeso itu masuk ke mulutnya. Aksara baru tersadar dengan apa yang diucap supirnya. 

Makanan yang di cap pucat dan tampil tak menarik itu nyatanya memiliki rasa yang luar biasa. Berkali-kali ia mengecap makanan tersebut untuk memastikan. Tapi, perpduan bu,bu di dalamnya benar-benar pas. Tanpa sadar kotak makan yang dibawanya telah kosong, hanya meninggalkan sedikit minyak dari sisa penggorengan.

“Bapak makan bekal dari Celine?” tanya sopir itu sambil melirik kaca mobil di atasnya. Lelaki yang menggajinya cukup besar itu tampak mengusap mulutnya dengan sapu tangan.

“Iya.”

“Bagaimana, Pak?”

“Biasa saja. Tapi berhubung saya lapar, belum sarapan dan makan siang maka saya habiskan.”

“Apa kita cari makan siang dulu?”

“Tidak usah. Saya tak yakin meninggalkan Denim bersama Celine.”

“Kenapa? Bukannya Celine babysitternya Denim.”

“Gadis itu terlalu belia untuk mengurus anak saya. Saya jadi tidak tenang untuk bekerja.”

“Tapi, Pak -.”

“Kamu focus saja menyetirnya. Sekalian cari kan saya babysitter pengganti itu. Satu kali dua puluh empat jam.”

“Tapi, Pak -.”

“Saya tidak menerima alasan, Bas.”

Kendaraan roda empat itu mulai melambat ketika memasuki halaman rumah. Terlihat gadis dengan baju selutut itu tengah bermain dengan putra mahkota keluarga Aksara. Lelaki yang tengah aktif-aktifnya berjalan itu tampak menyusuri rerumputan yang menghijau sambil memegang buah di tangannya.

Aksara turun sebelum tiba di depan pintu. Disusulnya anaknya dengan raut muka khawatir. Wajah memerah dengan tangan yang berwarna sama. Masih tertinggal sedikit irisan buah naga itu di tangan mungil Denim.

“Apa yang kamu lakukan sama anak saya?” tanya Aksara setengah berteriak. Baru kali ini ia melihat anaknya sangat berantakan. Compang-camping dengan noda buah naga yang tak langsung dibersihkan. Bahkan anak yang begitu disayangnya itu harus makan dengan tangannya sendiri tanpa disuapi.

“Terus, kenapa anak saya dibiarkan telanjang kaki? Bagaimana kalau kulitnya tergores? Apa kamu bisa tanggung jawab?”

Celine menundukkan pandangan. Tangannya memilin ujung baju dengan ketakutan. Sedang rambut panjangnya, setengah menutupi bagian wajahnya yang sedikit berisi. 

“Maaf, Tuan. Saya memang mengajari Denim makan sendiri. Selain supaya dia mandiri, system motoriknya pun ikut terasah. Begitupun dengan berjalan tanpa alas kaki. Ada bagian syaraf-syaraf di telapak kakinya yang harus tersentuh tanah dan rumput. Supaya system motoric itu terbangun. Saya juga sudah memilah tempat ini dan memastikan rumput di halaman ini aman untuk Denim,” ucap Celine panjang kali lebar dengan nada ketakutan.

“Papa pulang,” ucap Denim manja sambil mengulurkan tangannya yang kotor.

“Dek Denim, tante bersihkan dulu tangannya ya,” ucap Celine yang kini mengusap lembut tangan lelaki kecil itu dengan tisu basah. Denim yang berada di pangkuan Celine, memegang pipi tembem babysitternya. Ia tersenyum, terlihat bahagia dengan tante baru itu. 

“Papa sudah pulang, salim dulu! Bagaimana salimnya, Dek?” tanya Celine kepada bocah kecil itu. 

Denim berjalan perlahan menuju papanya dan mengulurkan tangan. Sontak, sudut mata Aksara mengembun, baru kali ini anaknya meminta jabat tangan padanya. Hal yang sama sekali tak diajarkan olehnya maupun dari simbok Inah yang mengurusnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status